Makna Filosofi dan Konsep dari Suara Gamelan Bali


Musikal Instrumen Kendang dalam Gamelan Bali

Kendang adalah salah satu instrumen karawitan Bali yang masuk dalam golongan perkusi. Pada Ada berbagai macam jenis kendang yang ada di Bali, jika digolongkan secara umum dari segi ukurannya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: kendang sangat besar, kendang besar, kendang menengah dan kendang kecil. Kendang yang termasuk dalam golongan sangat besar ialah, kendang mebarung dari Kabupaten Jembrana, dari golongan kendang besar ialah kendang lelambatan dan kendang beleganjur, dari golongan kendang menengah ialah kendang gupekan dan kendang bebarongan, dan yang terakhir dari golongan kendang kecil ialah, kendang angklung dan kendang krumpungan. Selain membahas instrumen kendang tersebut, jika ingin mempelajari kendang Bali, karakter pengendang Bali juga perlu dipelajari.

Pada gamelan golongan baru, peranan instrumen kendang dan juru kendang jauh lebih menonjol daripada sebelumnya, dan fungsinya juga masih sebagai pemimpin dan pemurba irama (Bandem, 2013).
Gamelan gong kebyar menjadikan instrumen kendang sebagai pemimpin dalam konteks musikalitasnya. Pada gamelan golongan madya peranan instrumen kendang sudah mulai berfungsi sebagai pimpinan dalam konteks musikalitas dari sebuah barungan gamelan Bali. Selain itu, kendang juga sudah memiliki peranan penting sebagai pemimpin dan pengatur jalannya sebuah gending atau lagu yang disebut dengan istilah pamurba irama (I Gede Made Indra Sadguna, 2010).

Seorang pengendang Bali memiliki posisi yang vital di dalam sebuah barungan gamelan gong kebyar. Posisi sebagai pemimpin harus diambil oleh seorang pengendang Bali. Jika seorang pengendang Bali tidak memiliki jiwa pemimpinan, ia tidak akan memiliki wibawa dan kharisma dalam memimpin sebuah sekeha gamelan gong kebyar.

Kharisma tersebut mampu menghipnotis penonton dan anggota sekeha gong lainnya. Jika seorang pengendang Bali sudah memiliki ilmu dan kharisma yang lebih dari anggota sekehe lainnya, sifat-sifat itu akan membuatnya lebih percaya diri di dalam memimpin anggota sekehe gongnya. Seorang pengendang Bali biasanya akan menjadi musisi yang paling menguasai lagu atau gending dan biasanya akan disebut guru oleh teman-temannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kriteria seorang pemimpin harus mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh semua anggotanya, sehingga anggotanya tidak kehilangan arah dan tujuan pada saat melakukan sebuah pekerjaan.
Fungsi mendasar dari seorang pengendang Bali adalah sebagai pemurba irama, mengatur cepat lambatnya sebuah gending, mengatur dinamika (keras halusnya sebuah gending), memberi sinyal mulai dan berakhirnya sebuah gending dan masih banyak lagi yang lainnya. Banyaknya fungsi dan hal-hal yang menyangkut wibawa dari seorang pengendang Bali menunjukkan pentingnya posisi dan fungsi dari seorang pengendang Bali. Mengacu pada pentingnya posisi dan fungsi pengendang Bali, perlu diketahui pula tata cara menjadi seorang pengendang di dalam sebuah sekeha gamelan gong kebyar.

Seorang pengendang biasanya memimpin permulaan sebuah lagu atau gending sampai dengan mengakhirinya. Permainan instrumen kendang berfungsi untuk memimpin dalam sajian karawitan, fungsinya adalah untuk memulai gending, mempercepat, dan memperlambat tempo. Selain itu, fungsi kendang mengalihkan dari gending yang satu ke gending yang lainnya, serta memberikan jiwa pada gending agar gending menjadi lebih hidup dan memiliki taksu.

Sebagai MEdiator Dengan bahasa musikal

Bahasa nonverbal adalah bahasa yang dalam implementasinya mengunakan bentuk gerakan tubuh, gerakan tangan, gelengan kepala dan sebagainya. Seorang pengendang lebih cenderung menggunakan bahasa non-verbal dalam memimpin sebuah grup gamelan gong kebyar dari segi musikalitasnya.

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang implementasinya menggunakan isyarat bukan kata-kata. Teknik yang bagus akan menghasilkan suara kendang yang tegas dan jelas, dan seorang pengendang sebaiknya menguasai teknik tersebut agar seseorang mampu memunculkan sebuah suara kendang yang jelas, mereka harus melatih tangan mereka dengan menggunakan kendang yang kulitnya masih kaku.

Seorang guru kendang akan menyarankan agar murid-muridnya belajar memukul kendang yang kulitnya masih kaku, karena jika murid tersebut mampu memunculkan suara cung pada kulit kendang yang masih kaku, maka akan sangat mudah sekali memunculkan suara cung pada kulit kendang yang sudah lentur.

Dalam sebuah pertunjukan Barong atau pun pertunjukan kesenian yang memerlukan permainan kendang tunggal, seorang juru kendang hendaknya mempersiapkan hal-hal yang penting sebelum pertunjukan dimulai. Hal penting tersebut dimulai dari pemilihan kendang yang suaranya bagus dan kulitnya lentur, penguasaan warna suara kendang, dan memiliki pengetahuan mengenai pola kendang tunggal yang baik.

Seorang pengendang Bali diwajibkan memiliki teknik permaian yang tinggi sebab dalam permainannya, ia mempresentasikan vokabuler ritmis yang dimiliki serta improvisasi yang kuat. Selain memiliki teknik permainan yang tinggi, seorang pengendang Bali juga harus mampu menjadi seorang mediator.

Mediator yang dimaksud adalah penyampai pesan antara penari dengan musisi gamelan Bali yang mendukungnya. Ketika penari membuat gerakan tertentu, seorang pengendang harus mengerti maksud dari gerakan penari tersebut. Pemahaman tersebut kemudian ditransformasikan dengan bahasa musikal dan disampikan kepada musisi yang lainya, sehingga terjadi komuniksi yang jelas antara penari, pengendang, dan musisi yang mendukungnya. Proses komunikasi seperti ini sangat berbeda dengan proses dari komunikasi verbal.

Dalam komunikasi musikal, proses penyampaian pesannya menggunakan modus yang berbeda dengan komunikasi verbal, tetapi tidak berarti bahwa pengungkapan komunikasi jenis ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia untuk kehidupan sehari-harinya.

Seorang pengendang dalam memimpin sebuah grup gamelan gong kebyar Bali dapat diwujudkan melalui isyarat dari bahasa tubuh dan suara tertentu dari instrumen kendang yang memberikan sebuah isyarat. Adapun beberapa bahasa tubuh dari seorang pengendang Bali adalah sebagai berikut.

1. Membungkuk sedikit dan kembali tegap dengan tiba-tiba

Membungkuk sedikit dengan tiba-tiba memiliki arti bahwa melodi tertentu dalam sebuah gending harus dimainkan dengan frekuensi suara yang lebih lirih atau halus. Setelah pengendang membungkuk sedikit dan tiba-tiba kembali ke posisi semula dengan postur badan tegap, hal itu menandakan bahwa pemain dari instrumen lain harus memainkan melodi tertentu dalam sebuah gending dengan frekuensi suara yang lebih keras.
Dalam dunia tari Bali, gerakan yang direspon oleh seorang juru kedang ini disebut dengan gerakan malpal. Teknik malpal tersebut berupa gerakan seorang penari yang sedang berjalan, yang langkahnya jatuh sesuai dengan tempo. Oleh karena itu dibutuhkan pola kendang yang panjang.

Malpal memiliki arti melihat seseorang yang sedang berjalan dan jalan memiliki arti pemalpal atau pemilpil juga sebuah motif berjalan yang langkahnya jatuh pada tiap-tiap hitungan atau ketukan pada melodi tertentu di dalam sebuah gending (Bandem, 1983).
Gerakan malpal adalah gerakan kaki tari laki-laki yang menirukan permainan dari instrumen kajar. Gerakan ini termasuk gerakan yang disebut dengan tandang. Tandang adalah perpindahan gerakan dari satu posisi ke posisi lainnya. Terkadang teknik malpal yang ditarikan oleh penari berisi gerakan naik dan gerakan turun yang gemulai sehingga seorang pengendang secara otomatis merespon gerakan naik dan turun tersebut dengan teknik dan pola permaian kendang yang keras dan halus. Pada saat penari melakukan teknik gerakan malpal naik, pengendang akan meresponnya dengan teknik dan pola permaian kendang yang keras, sedangkan jika penari melakukan teknik gerakan malpal turun, seorang pengendang akan meresponnya dengan teknik dan pola permaian kendang yang lirih dan halus.

2. Memperkeras permainan pola kendang

Selain memberi isyarat dengan bahasa tubuh, seorang pengendang juga bisa mengatur keras lirihnya melodi tertentu di dalam sebuah gending dengan bahasa musikal dari teknik dan pola permainan kendang-nya. Di saat seorang pengendang ingin memperkeras permainan instrumen dari pemain lain, ia akan memainkan kendang dengan keras. Demikian pula sebaliknya, jika seorang pengendang ingin memperhalus permainan instrumen dari pemain lain, seorang pengendang akan memainkan instrumen kendang dengan frekuensi yang lebih rendah dan halus.
Seorang pengendang Bali biasanya mulai memainkan instrumen kendang dengan keras pada saat akan memainkan pola angsel. Angsel adalah sebuah kode yang diberikan oleh seorang juru kedang kepada pemain dari insrumen lain dengan maksud mengubah dinamika pada melodi tertentu dalam sebuah gending atau lagu. Angsel adalah sebuah aba-aba untuk menandai perubahan dinamika pada melodi tertentu.

Dalam memainkan angsel kendang, seorang pengendang akan memainkan instrumen kendangnya dengan keras sehingga tindakan tersebut memberi kode pada pemain yang lain agar memainkan instrumennya dengan keras pula. Warna merah dalam gambar 6 menunjukan seorang pengendang mulai memainkan angsel kendangnya setelah pukulan instrumen gong. Hal tersebut langsung diikuti oleh pemain lain yang diberi tanda dengan warna biru. Hal ini menunjukan pengendang memimpin melalui angsel kendang yang dimainkannya setelah gong pada nada ndong dibunyikan.

 

Musikalitas Seorang Pengendang

Konsep musikalitas seorang pengendang dalam memimpin grup gamelan gong kebyar, diimplementasikan dengan cara mengatur dinamika atau keras lirihnya frekuensi suara dari instrumen kendang dalam sebuah komposisi lagu atau gending. Saat seorang pengendang mengatur dinamika dalam sebuah komposisi gending karawitan Bali, ia harus hafal dengan jiwa gending tersebut. Jiwa yang dimaksud adalah dinamika, tempo, ritme dan lain-lain. Hal ini terkait dengan keberadaan dinamika sebagai penentu letak keras dan halusnya suara dari sebuah gending. Seorang pengendang Bali harus mampu memberi kode dan petunjuk kepada musisi dari instrumen gamelan yang lain mengenai letak keras dan halusnya sebuah komposisi gending karawitan Bali.

Selain itu, seorang pengendang Bali dituntut untuk mampu menguasai dan memberi petunjuk kepada musisi yang lain. Beberapa syarat untuk bisa menjadi pengendang Bali yang baik sebagai berikut.

  1. Secara fisik, mampu duduk dengan baik (masila nyempel) selama berjam-jam ketika sedang bermain kendang Bali.
  2. Membuat bunyi kendang dengan jelas dan tegas, magagedig atau matatekep dan menguasai bunyi kendang dengan lengkap dan baik, dengan menggunakan panggul (stik pemukul) maupun telapak tangan. Pengendang harus mampu membunyikan kendang dengan baik yang akan menimbulkan nilai estetis tersendiri sehingga dapat dinikmati oleh pengendang dan juga pendengarnya.
  3. Mengetahui gending (paniti giying, penyacah, calung, jegog), dan pamurba irama atau instru-men kolotomik (kajar, kempur, klentong, dan gong).
  4. Menguasai pupuh kendang (hasta windu atau palet).
  5.  Mampu membuat improvisasi, hiasan-hiasan pola kendang, dan macingklak (keluar dari rhythm) di luar pupuh dari melodi gending atau lagu.
  6. Mengetahui koreografi dan pembendaharaan gerak tari seperti pajalan (pajalan adeng, ngayal, malpal); angsel-angsel (angsel bawak, angsel lantang, dan angsel kado).

Kriteria pengendang adalah sebagai berikut:

Pertama, mampu duduk dalam waktu sangat lama dimaksudkan agar pengendang tidak meninggalkan tempat pementasan sehingga sebuah pementasan menjadi lebih sempurna kerena tidak ada satupun musisi gamelan yang meninggalkan panggung pementasan.  Selain mampu duduk dengan lama, kecakapan seorang pengendang dalam membunyikan instrumen kendang mampu menambah wibawa di dalam diri seorang pengendang tersebut. Hal itu terbentuk karena bunyi kendang yang dimainkan dengan jelas, tegas, dan bagus akan menambah rasa kagum penonton kepada seorang pengendang.

Kedua, hafal dengan gending menjadi kriteria yang sangat penting bagi seorang pengendang Bali. Hal itu menjadi suatu keharusan karena jika seorang pengendang tidak hafal dengan gending atau lagu yang dimainkannya, permainan musisi dari instrumen lainnnya akan ikut hancur. Hal tersebut terjadi karena pemimpinnya tidak bisa memimpin alur sebuah gending dengan baik. Selain itu, seorang pengendang harus menguasai pola kendang yang Pryatna dan Santosa, Konsep Musikal Kendang Gong Kebyar akan dimainkan dalam sebuah gending karena setiap gending membutuhkan pola kendang yang berbeda-beda.

Perbedaan pola kendang itu ditentukan oleh gerakan penari yang direspon oleh pengendang melalui pola kendang yang sesuai. Dalam sebuah pementasan kesenian Bali sering terjadi hal yang tidak terduga. Seperti penari secara mendadak membuat gerakan improvisasi, pengendang juga harus siap dengan pola kendang improvisasi agar mampu mengimbangi gerakan penari yang dibuat secara mendadak tersebut.

Oleh karena itu, seorang pengendang harus memiliki banyak pola kendang cadangan dan insting yang tajam dalam merespon gerakan improvisasi yang diberikan oleh penari.

Memunculkan sebuah pola kendang dengan improvisasi, membutuhkan daya kreativitas yang tinggi dan instan. Daya kreativitas adalah sebuah daya cipta yang memunculkan ide-ide yang baru.
Selain itu, seorang juru kedang juga harus mengetahui gerak tari yang akan diiringinya agar koneksivitas antara pukulan kendang dan gerakan penari mengalami aksentuasi yang seimbang pada saat pementasan. Seorang pengendang harus memiliki pukulan yang mantap jika ingin menyukseskan sebuah pertunjukan seni dengan grup gamelan yang dipimpinnya. Pukulan yang mantap dan bagus itu juga disebut dengan gegedig wayah.

Kekendangan atau mekendang tunggal adalah permainan yang memerlukan keterampilan secara virtuistik berupa intensitas dan kualitas permainan yang mencerminkan suatu kematangan dengan stilisasi tertentu yang dalam istilah karawitan disebut “gegedig wayah”. Virtuistik tersebut berupa kemampuan teknis yang dimiliki oleh seorang pengendang dalam memimpin sebuah group gamelan dari sisi musikalitasitasnya.


Sumber :

I Putu Ariyasa Darmawan dan Ida Bagus Wika Krishna
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja


I Gede Arya Sugiartha
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


I Kadek Sugiarta, I Gede Arya Sugiartha dan Kadek Suartaya
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


I Putu Danika Pryatna dan Hendra Santosa
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


Pande Made Sukerta
GENDING GENDING GONG GEDE

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Sejarah & Purbakala,
Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Jakarta 2002



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga