- 1Asal Mula Nada (Suara)
- 2Sumber Suara Gambelan
- 2.1Lontar Prakempa
- 2.2Lontar Aji Ghurnita
- 2.2.1Proses Penciptaan Gamelan
- 2.2.2Konsep Purusa dan Pradhana
- 2.2.3Konsep Dewa Catur Loka Phala
- 2.2.4Konsep Dewata Nawa Sanga
- 2.2.5Konsep Bhakti Saat Tumpek Krulut
- 2.2.6Konsep Ketuhanan
- 3Bentuk Musik Tradisional dan Tembang Bali
- 3.1Sumber Bunyi
- 3.2Musikalitas
- 3.3Ekspresi Musikal
- 3.4Tata Penyajian
- 4Musikal Instrumen Kendang dalam Gamelan Bali
- 4.1Sebagai MEdiator Dengan bahasa musikal
- 4.2Musikalitas Seorang Pengendang
- 5Estetik Filsafat Musik Tradisional Bali
- 5.1Estetika Ilmiawi
- 5.2Estetika Filsafat
- 6Jenis-Jenis dan Bagian Gamelan di Bali
- 6.1A. Gambelan tua
- 6.1.1Gambelan Gambang
- 6.1.2Saron
- 6.1.3Slonding Besi
- 6.1.4Gambelan Gong Luwang
- 6.1.5Gambelan Angklung
- 6.1.6Gender Wayang
- 6.2B. Gambelan Madya
- 6.2.1Gambelan Gambuh
- 6.2.2Smar pegulingan
- 6.2.3Pelegongan
- 6.2.4Bebarongan
- 6.2.5Joged Pingitan
- 6.2.6Gong Gangsa jongkok
- 6.2.7Babonangan
- 6.2.8Rindik Gandrung
- 6.3C. Gambelan Baru
- 6.3.1Gong kebyar
- 6.3.2Pejangeran
- 6.3.3Joged Bung-bung
- 6.3.4Gong Suling
- 7Gambelan Bali Lainnya
- 7.3.1Geguntangan
- 7.3.2Gerantang
- 7.3.3Jegogan
- 8Nama, Bagian dan Bentuk Gending Bali
- 8.1Nama Gending
- 8.2Bagian Gending
- 8.3Bentuk Gending
- 9Ricikan Bantang, Bentuk Gending dan Lagu Gambelan Bali
- 9.1Jenis-Jenis Ricikan Bantang Gending
- 9.2Seleh Bantang Gending
- 9.3Kebebasan Sajian Bantang Gending
- 9.4Kalimat Lagu dan Bentuk Gending
- 9.4.1Bentuk Gending Gilak/Gegilak
- 9.4.2Bentuk Gending Tabuh Pisan
- 9.4.3Bentuk Gending Tabuh Pat
- 9.4.4Bentuk Gending Tabuh Nem
- 9.4.5Bentuk Gending Tabuh Kutus
- 10Hubungan Bagian-bagian Gending Gambelan Bali
- 10.1Hubungan dalam Tempo
- 10.2Hubungan dalam Seleh
- 10.3Hubungan Bantang dengan Struktur Gending
- 10.3.5.1Bagian-bagian Gending
- 10.3.5.2Pola Tabuhan dari Ricikan-ricikan Garap
- 10.3.5.3Penggunaan Tempo
- 11Teknik Pelarasan (Tuning) pada Gamelan Bali
- 11.1Teknik Angkepan Gamelan
- 11.2Teknik Meninggi Rendahkan Nada
Nama, Bagian dan Bentuk Gending Bali
Nama Gending
Pada umumnya dalam tradisi karawitan
Bali, nama dari suatu karya atau gending dianggap sebagai tanda artinya nama gending
tidak terkait dengan karyanya. Oleh karena itu banyak dijumpai dalam karawitan Bali dan khususnya dalam repertoar gending-gending Gong Gede
tidak mempunyai nama khususnya pada gending-gending
bentuk Gegilak
dan Tabuh Telu
dan kadang-kadang juga pada bentuk-bentuk gending
yang lain.
Apabila suatu gending diberi nama, kadang-kadang pemberian nama gending tersebut diantaranya diambil dari daerah asal gendingnya. Misalnya seorang penabuh dari desa A mendengarkan gending di desa B, kemudian gending tersebut diajarkan di desa A, karena A itu tidak tahu nama gendingnya, maka gending yang dituangkan tadi disebut gending B. Peristiwa ini misalkan terjadi didesa Tejakula yaitu dengan adanya gending Belaluan
. Belaluan
adalah nama salah satu Banjar yang ada di Kodia Denpasar, adanya gending Tabuh Kutus Sembiran
, Sembiran
adalah nama salah satu desa di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Pemberian nama gending yang lain misalnya, diambil dari suatu peristiwa yang dialami oleh seniman penyusun pada saat pemberian nama susunan gendingnya seperti misalnya, Lelasan Megat Tugad
artinya suatu binatang yang bernama Lelasan
yang menyebrangi sungai.
Contoh yang lain juga terdapat pada gending Gong Kebyar
. Konon ceritanya gending-gending Gong Kebyar berasal dari desa Bantiran, maka dari itu gending-gending Gong Kebyar
tersebut sering disebut dengan gending Bantiran
atau Bebantiran
. Selain itu pemberian nama gending dapat disesuaikan dengan tari yang diiringinya, misalnya tari Truna Jaya
diiringi dengan gending Truna Jaya
, tari Oleg Tambulilingan
diiringi dengan gending Oleg Tambulilingan,
demikian juga nama-nama gending lainnya. Peristiwa seperti ini khususnya pemberian nama suatu gending merupakan hal yang sudah wajar dilakukan pada karawitan
tradisional Bali khususnya.
Hal yang lain yang terkait dengan nama gending
adalah adanya nama suatu gending
di daerah tertentu sama dengan nama gending
yang terdapat di daerah lain. Kedua gending
yang namanya sama tersebut sama sakali berbeda gending
maupun garapannya. Misalnya bentuk gending Tabuh Pat Pengeger
yang ada di desa Tejakula, Buleleng, berbeda dengan Tabuh Pat Pengeger
yang ada di desa Sulahan, Karangasem.
Dengan melihat contoh peristiwa pemberian nama dari suatu gending
diatas, maka dapat dikatakan bahwa nama dari suatu gending
tidak merupakan masalah yang pokok di Bali dan tidak terkait dengan gendingnya.
Bagian Gending
Masing-masing bentuk gending Gong Gede
, merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing bentuk mempunyai urutan sajian bagian gending yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada bagian-bagian gending yang belum diberikan nama, maka dari itu atas persetujuan, menentukan nama dari salah satu bagian gending, seperti nama bagian gending Pemalpal
, baik yang terdapat pada bagian gending Pengecet
maupun dalam bentuk gending Tabuh Telu
yang terletak sesudah bagian gending Kawitan
. Adapun urutan bagian-bagian gending dari masing-masing bentuk gending adalah sebagai berikut:
- Bentuk gending Gilak/Gegilak terdiri dari bagian gending Kawitan dan Pengawak.
- Bentuk gending Tabuh Pisan terdiri dari bagian gending Kawitan. Pengawak, Ngisep Ngiwang, Pengisep dan Pengecet.
- Bentuk gending Tabuh Telu, terdiri dari bagian gending Kawitan, dan Pengawak.
- Bentuk gending Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus mempunyai bagian gending yang.sama yaitu Kawitan, Pengawak, Pengisep dan Pengecet. Pada Bagian gending Pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah Kawitan; Pemalpal, Ngembat Trompong. Pemalpal Tabuh Telu, dan Pengawak Tabuh Telu, alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam Pengecet ini adalah Kawitan. Pemalpal, Ngembat Trompong dan Gilak atau Gegilak.
Bentuk Gending
Dalam repertoar gending-gending Gong Gede, terdapat 6 bentuk gending yaitu bentuk gending Gilak/Gegilak, Tabuh Pisan, Tabuh Telu, Tabuh Pat, Tabuh Nem, dan Tabuh Kutus.
Menurut pengamatan kami, nama dari bentuk-bentuk gending Gong Gede diatas, belum dikenal meluas sampai pelosok-pelosok di Bali. Kebanyakan sekehe/perkumpulan dan atau penabuh Gong Gede khususnya tidak rnengetahui soal bentuk gending. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan mereka saat rnenyebutkan salah satu repertoarnya, bentuk gending tidak pernah disebutkan. Salah satu contoh di desa Tejakula, kalau akan rnenyajikan bentuk-bentuk gending seperti Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus, disebut dengan megending, tapi bentuk gending lainnya tidak pernah disebut sebagai megending.
Pada umumnya kalau akan rnenyajikan gending-gending Gong Gede, selalu diawali dengan gending Gilak kemudian dilanjutkan dengan bentuk gending-gending Tabuh Telu. Setelah menyajikan gending-gending Tabuh Telu kernudian dilanjutkan menyajikan bentuk-bentuk gending lainnya seperti bentuk gending Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus. Kebetulan sekarang ini di desa Tejakula sudah tidak ada bentuk gending Tabuh Kutus (sudah punah). Pada saat menyajikan bentuk gending-gending Tabuh Telu, karena kebanyakan gendingnya tanpa nama, maka sajian gendingnya diserahkan sepenuhnya oleh penerompong (penyaricikan Trompong).
Secara umum penyusun gending-gending tradisi diantaranya gending-gending Gong Gede, tidak diketahui penyusunnya. Lain halnya dengan gending-gending Gong Kebyar yang sekarang ini, jelas nama penyusun maupun kapan gending itu disusun.