Pelaksanaan (Dudonan) Upacara Ngenteg Linggih


Maksud dan tujuan upacara Ngenteg Linggih

adalah untuk menyucikan atau mensakralkannya sthanakan Hyang Widhi dan manifestasi-manifestasinya, sehingga bangunan itu memenuhi syarat sebagai “niyasa” (simbol) objek konsentrasi pemujaan. Upacara ngenteg linggih mempunyai makna upacara mensucikan dan mensakralkan niyasa tempat memuja Hyang Widhi. Dalam bahasa Bali ngenteg artinya mengukuhkan, dan linggih artinya kedudukan. Pelaksanaan upacara ngenteg linggih dilakukan telah selesai pembuatan bangunan dalam bentuk padmasana, sanggah pamarajan dan pura.

Tahapan upacara ngenteg linggih

1)  Upacara mamangguh yaitu upacara mencari sebidang tanah yang cocok untuk di jadikan pura dengan memohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha  Esa).  Memangguh  asal  katanya  :  “pangguh” atau “panggih” artinya menemukan. Memangguh lebih cenderung diartikan sebagai menemukan bidang tanah secara niskala. (niskala = tidak nyata)

2)  Upacara memirak dilakukan untuk memohon ijin kepada Sang Hyang Widhi guna membangun tempat suci dalam bentuk padmasana, sanggah, pamarajan dan pura. Memirak berasal dari kata “pirak” artinya membeli.

3)  Upacara nyengker ini bermakna memberi batas luas tanah yang akan di jadikan bangunan tempat suci dengan cara membangun pagar keliling atau dengan menaburkan tepung beras putih.nyengker berasal dari kata “sengker” artinya batas.

4)  Upacara macaru bermakna sebagai korban suci/pengorbanan yang tulis ihklas kehadapan Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) untuk keseimbangan dan keselarasan. Macaru berasal dari kata “caru” artinya korban suci. Pemahaman  ini terdapat dalam ajaran Hindu Tri Hita Karana (tri = tiga, hita = kebaikan, karana= sebab. Jadi Trihitakarana adalah tiga hal yang menyebabkan kebaikan). Tentang tingkatan upacara Caru disesuaikan dengan kemampuan umat Hindu setempat.

5)  Upacara mlaspas dilakukan sebagai wujud rasa terima kasih  kehadapan Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), yang telah memberikan alam berserta isi nya untuk kebutuhan manusia berupa bahan bahan keperluan untuk membangun tempat suci (terdiri dari kayu dan batu), yang akan digunakan berdasarkan keperluan yang ada, dan sisanya akan di kembalikan lagi kealam semesta. Mlaspas berasal dari kata pas (tidak lebih-tidak kurang).

6)  Upacara mamangku bertujuan menyatukan bagian-bagian bangunan, mulai dari pondamen, tiang dan atap, sehingga berbentuk suatu bangunan, yang pada awalnya berupa tumpukan material saja. Mamangku berasal kata dari pangku yang berati memegang dengan tangan, juga berarti kukuh/kokoh yang artinya kuat.

7)  Upacara ngurip  bermakna untuk menghidupkan kembali segala sesuatu yang berasal dari alam, yang diguna sebagai bahan material untuk membangun tempat suci, misalnya pohon jati, pasir, tanah liat dan lain-lain. Saat pohon di tebang, pasir di keruk dan tanah liat di bakar (bata/genting) untuk di jadikan bahan bangunan, semua material tersebut mati, dan segala yang mati itu bangkai Agar palinggih (niyasa) tidak terdiri dari bahan-bahan yang sudah mati/bangkai, maka bangunan itu perlu dihidupkan atau di-urip dengan puja mantra, dan upacara ngurip berasal dari kata urip yang artinya hidup.

8) Upacara masupati ini dilakukan untuk mensakralkan  bangunan (Niyasa) dengan  cara memohon kepada Sang Hyang Widhi (tuhan Yang Maha Esa) agar diberikan kesucian dan nilai magic. Masupati asal dari katanya pasupati berarti menjadikan sakral. Pelaksanaannya dengan memercikan tirta/air  pasupati dan menoreh tanda dengan warna   merah (dari darah) sebagai simbol Brahma, putih (dari kapur) sebagai simbol Siva dan hitam (dari arang) sebagai simbol Visnu.

9)  Upacara piodalan. Setelah upacara ngenteg linggih dilanjutkan dengan upacara piodalan, yakni penyambutan yang pertama bahwa pura telah berdiri yang diikuti persembahyangan bersama.

10) Upacara nganyarin. Upacara ini berlangsung sehari setelah hari upacara ngenteg linggih dan piodalan, berturut-turut setiap hari sampai upacara Masineb.

11) Upacara masineb. Secara simbolis upacara telah berakhir, Sang Hyang Widhi diiringi para Dewa dan roh suci para rsi agung dan roh suci leluhur kembali ke svarga atau kahyangan-nya yang sejati.

Demikian makna simbolisasi upacara ritual ngenteg linggih. Semoga melalui upacara yang sangat suci kita semua memperoleh karunia dan sukses melaksanakan tugas dan kewajiban yang menjadi swadharma masing-masing.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga