Tenung dan Diagnosa Penyakit di Usada Rsi Bawa


6a. -/ra, anging munyi telung buku anggonya dosa, kena teluh ya, kena pepasangan ya, suwe waras, mangke anda samayanya, puput juga iya, apan pitranya mamanes kalebang I Buta Kala, yan tan tawurin utang ika, nora waras iya. Bu, tekanya wang atanya lara, ibuk laranya, nyap-nyap, uyang, ngutah, mising laranya, tan kawasa iya mangan, limuh atinya, cliyak-cliyuk, runtag angkihanya,

namun suatu ucapan dijadikan sebab derita ini, terkena teluh ia, kena benda-benda mistik yang dipasang, lama sekali sembuhnya, sekarang ada perjanjiannya walaupun sudah selesai, leluhurnya masih ditenggelamkan oleh I Buta Kala, jika tidak dibayarkan hutang kaul itu, tidak dapat sembuh ia. Jika hari Rabu datangnya orang menanyakan penyakit, kawatir, gelisah, muntah, mencret, tidak mampu makan, hatinya gelisah, terasa goyah, napasnya tak karuan,

6b. Buta Dengan ngalaranin Hyang Widhi anglaranin, nagih nasi, 6, tanding, mabe rumbah gile, nyah-nyah geti-geti, arapin getih matah madaging pisang lebeng, 6, iris, macaru ring prampatan, malih dewanya nyakitin di desanya, antuk sasangi ring kuna, ring dalem desanya, krana masasangi ring kuna, ya salah kadu, ngohopin malegandang, katutugan di margi, prenah pyanaknya di nyama,

Buta Dengen yang menyakiti dan Hyang Widhi memberi penyakit, itu meminta nasi 6 suguhan, berlauk rumbah gile, nyah-nyah geti-geti, dibalur dengan darah mentah yang berisi pisang matang 6 iris, melakukan caru di perempatan jalan, dan juga dewata di desanya yang memberi sakit, karena ada kaul terdahulu di Dalem desanya, karena berkaul terdahulu, karena ada kesalahan, ia melakukan pemaksaan, sampai diikuti sampai ke jalan, ia adalah seseorang yang hubungan anak di dalam keluarganya,

7a. ne luh jumah nyawudang atur ring dalem. Inggih ratu Bhatara ring Dalem, lamun tityang sadya rahayu sanyaman tityange sami, tityang sumanggup ngaturang guling bawi aji, 225, raris tityang nyahagang apisan iriki ring Pura Dalem sareng ajak tityang sami nyama-nyaman tityang, mantu, cucun tityang sami. Munyi ika wajahnya luh, durung katawuran ring Dalem muwang di Puseh, I Buta Pasangdananjaya anglaranin nagih caru ring

atas kejadian itu istrinya berkaul di Dalem. Wahai paduka Bhatara di Dalem, jika hamba selamat dan daudara kami semua, hamba sanggup mempersembahkan guling babi seharga 225, lalu hamba melakukan persembahan ini sekali di Pura Dalem bersama saudara hamba semua, menantu, cucu-cucu hamba. Ucapan itu dari nenek yang perempuan, namun sampai saat ini belum dibayar di Pura Dalem dan di Puseh, itu akibatnya I Buta Pasangdananjaya menyakiti dan meminta caru di

7b. marga ngarepin sema, nasi, 8, tanding mabe siyap brumbun mapanggang, 1, malih nasi wong-wongan atanding, ulunya tri warna, awaknya kuning, sukunya barak, sore wehin caru ring prempatan, anging teduhang dumun di Dalem miwah ring sanggahnya, waras iya. Wre, tekanya atanya lara, makawit labuh laranya, suba makelo laranya, lara ika baya kena tinulung, pakatugtug laranya, wetengnya lara, runtag angkihanya,

 jalan yang di depannya terdapat kuburan dengan nasi 8 suguhan, berlauk ayam brumbun dipanggang 1, dan juga nasi yang berwujud manusia satu suguhan, kepalanya berwarna tiga warna, badannya kuning, kakinya merah. Waktu melakukan caru adalah sore hari di perempatan jalan, namun diturunkan terlebih dahulu di Dalem dan di Sanggah-nya, itu menyebabkan sembuh. Ketika hari Kamis datang menanyakan penyakit, sakitnya bermula dari terjatuh, sudah lama sakitnya, sakit itu sangat bahaya jika ditolong, sakitnya seperti dada berdebar, perutnya sakit, napasnya tak teratur,

8a. ngreres laranya, uyang cebar-cebur laranya, lelengedan laranya, kesyab-kesyab laranya, apan kadestyan laranya, kena papasangan, kena ataneman ring marga, iya sedek kayeh, geni pasu mulih nyane nyakitin kulit, daging, layah, gigi, ya ala polahnya anging baan alus, pecak majagilan lawan raramanya ring kuna, ya manglaranin, malih karangnya kena tataneman, ya mapanes ring

perlahan-lahan sakitnya, sakitnya membuat gelisah, gangguan pada perut, seperti terkejut, semua itu disebabkan oleh dirasuki oleh Desti, kena jimat yang dipasang, jimat yang ditanam di jalan, ia kena ketika sedang mandi, Geni Pasu datang kerumahnya menyakiti kulit, daging, lidah, dan gigi. Itu sangat buruk perlakuannya dengan cara halus, itu semua disebabkan terdahulu oleh orang tuanya, itu yang menyakiti, dan juga pekarangannya diisi hal yang negatif, sehingga menjadi panas sejak

8b. kuna karangnya, magenah ring sanggah kamulan, sa, ika daluwang kretas matulis rarajahan Durga Dewi, laranya suba dadi suduk pamali, laranya manunggek mailehan ring awaknya, nagih caru nasi, 12, tanding, mabe siyap brumbun maolah dadi roras tanding, ring natah umah acaru, malih tan meling ring kahyanganya, sering manglinyok ring kahyanganya, ring dewanya, ring panataranya, antuk sasa/-

dulu pekarangannya. Bertempat di Sanggah Kamulan dengan sarana kertas yang ditulis rajah Durga Dewi, penyakitnya sudah menjadi Suduk Pamali, sakitnya menusuk-nusuk di sekujur tubuh, itu yang meminta caru dengan nasi 12 suguhan dengan lauk ayam brumbun yang dimasak menjadi dua belas suguhan, pada pekarangan rumah melakukan caru. Dan lagi tidak ingat pada Kahyangan, sering ingkar pada Kahyangan, pada dewatanya, pada Panataran-nya, dengan kaul

9a. -/ngi ring kuna: Sang masasangi prenah kumpinya marep ring panataranya ring kahyangan, masasangi nuju ring dina buda, u, julungwangi. Mangkana sasanginya, pecak sakit pyanaknya luh, teka uli di carik, kanti solas dina nyakitang basang. Lamun seger pyanak tityange, ilang sakit basangne, tityang ngaturang jarimpen apasang, maruntutan daksina, 1, ring odalane riki, panataran rawuh ne mangkin, durung ka/-

terdahulu: Orang yang berkaul ada hubungan dengan buyut yang berkaul di Panataran tempat sucinya, ketika berkaul pada hari Rabu Umanis Julungwangi. Demikian kaulnya, yang disebabkan anak perempuannya sakit, datang dari sawah lalu ia selama sebelas hari mengalami sakit perut. “Jika sembuh anak hamba, ilang sakit perutnya, hamba sanggup mempersembahkan jarimpen satu pasang, beserta daksina 1, ketika odalan di Panataran yang akan datang ini. Itu belum

9b. -/tawuran, sasangi punika, gelisang rusak sang masasangi, ika nyakitin, mangke tedunang ring panataran muwang adeg semayanya, ngaturang pajati ring sanggah kamulan, miwah di panataran, managih panebusan atma, apan gering ika sarat kasengkalan dening dewa, saulan laranya, apang gelis teduhang, waras iya, apan geringe mabuwatan. Su, tekanya wang atanya lara, pecak ipun masasangi ring

dibayar kaulnya, karena terlebih dahulu orang yang berkaul tiada, itulah yang menyakiti, sekarang turunkan di Panataran dan hentikan perjanjiannya itu, lakukan dengan mempersembahkan pajati di Sanggah Kamulan, dan di Panataran, juga meminta untuk menebus jiwa, karena penyakitnya itu sangat menyebabkan bahaya yang disebabkan oleh dewa, selama sebulan sakitnya, supaya cepat itu dihentikan, sehingga ia menjadi sembuh, karena sakit ini sangat berarti. Jika hari Jumat orang datang menanyakan penyakit, itu disebabkan oleh ketika melakukan kaul

10a. kuna, prenah pyanaknya di nyama, kapendet ia sedek majenukan mabungkung mas, 2, masoca mirah, kanti telung dasa dina ring padesaan, krana nyawudang munyi. Lamun teka pyanak tityange luh tityang masanggup ngaturang paodalan apisan tur makarya pasimpenan gedong sari, gunung agung. Sampun matawur utang ika, naging durung tutug karyanya, kurang upasaksi, kurang rejang, dereng nyandakin,

terdahulu, ada hubungan sanak keluarga, ia tidak dapat pulang ketika melayat orang meninggal dengan mamakai cincin emas 2 berpermata mirah, sampai tiga puluh hari di desa yang lain, oleh karena itu lalu ada berkaul. “Jika datang anak hamba yang perempuan, hamba sanggup mempersembahkan paodalan satu kali dan membuat bangunan suci pasimpenan gedong sari dan bangunan gunung agung.” Kaul itu sudah dibayar, namun belum tuntas persembahan itu, ada kurang saksi, kurang tarian rejang, dan belum nyandakin,

10b. ika amilara, sangkan geringe suwe tan waras, tan tuna sakite ring kadangnya, munyi ika kumpi marep, ika nguninga sasangi, pecak sakitan ring kuna, I Buta Kala Graha nyakitin, wehin caru nasi, 7, lamak, mabe siyap putih, acaru ring natah sanggah, malih caru I Buta Dengen, nasi apangkon, 1, mabe lalasan idupan, talinin ring pangkonan, macaru ring marga ngarepi/-

10b. itulah yang menyebabkan derita, itulah yang menyebabkan sakit itu lama tidak sembuh, dan tidak berkurang sakit itu pada keluarganya, yang mengucapkan kaul itu adalah kumpi marep, seperti itu ia mengucapkan kaul, serta menyebabkan sakit-sakitan sejak lama. Itu I Buta Kala Graha yang menyakiti, berikan persembahan caru dengan nasi 7 beralas lamak, berlauk ayam putih, melakukan caru di halaman Sanggah, dan lagi dengan caru untuk I Buta Dengen dengan nasi satu pangkon, berlauk lalasan (sejenis kadal) yang masih hidup diikat pada pangkonan, malakukan caru di jalan yang di depannya




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga