Tenung dan Diagnosa Penyakit di Usada Rsi Bawa


11a. -/n sema. Malih I Buta Mretyu nagih caru ring pakarangan, nasi wong-wongan, 1, nasi kuning, ulunya tri warna, awaknya, tanganya, sukunya barak, nging pawetwanya, ulunya tri warna, awaknya, tangannya panes tis laranya, grah awaknya, nyakitang sirah kebet-kebet, awaknya bilang buku maluwang, semutan mangancuk-ancuk, saget kebus awaknya, saget tis, kena teluh iya, kena pasangan, ya sedek mangguran di pisa/-

terdapat kuburan. Lagi I Buta Mretyu yang meminta caru di pekarangan dengan nasi berwujud manusia 1, nasi kuning, kepalanya tiga warna, badan dan tangan berwarna merah, namun keluarnya, kepalanya tiga warna, badan dan tangan panas dingin sakitnya, panas badannya, sakit kepala cenut-cenut, badannya setiap persendian nyeri, kesemutan menusuk-nusuk, tak terduga panas badannya, tiba-tiba dingin, ia kena teluh, kena pasangan, ketika ia berkunjung di tempat tetangga,

11b. -/ga, kena tamplikan di langkah-langkahane, kanti tigang dina laranya, mangke tangguhang ring sanggahnya, ngaturang pajati, ayunan putih kuning, peras panyeneng, sasantun, 1, jinahnya, 777, genep tingkah sasantun. Sa, tekanya wang atanya lara, aturu sangkanya lara, bumara ngendusin sakit basangnya tekeng siksikanya, pamali ring umahnya, anglaranin kasambet ring parampatan agung, laranya sirahnya, lara arip lesu tanpa walung, ma/-

kena imbas pada kakinya, sampai tiga hari sakitnya. Sekarang permaklumkan di Sanggah-nya dengan mempersembahkan pajati, ayunan putih kuning, peras panyeneng, sasantun 1 dengan uang 777, lengkap seperti yang disebut sasantun. Hari Sabtu orang datang menanyakan penyakit, karena tidur awalnya ia sakit, bumara yang mencium sakit perutnya sampai ke perut bagian bawah, ada pamali di rumahnya, yang menyebabkan derita adalah kena kesambet di perempatan jalan raya, sakit kepala, derita mengantuk dan lemas seperti tanpa tulang,

12a. -/ngke wehin caru, nasi mawadah lamak, 12, tanding, mabe udang mapalem pada mabesik, sore wehin caru ring natah umah genahing caru. Malih dewa saking desa nyakitin, dewa ring panataran kahyangan, antuk sasangi kumpinya marep, I kumpi luh pecak ipun kadalih ring kuna antuk prenah di nyama, kanti tigang sasih. Lamun mati musuh tityange sane nalih tityang, tityang sanggup ngaturang piodalan apisan tur magong, nga/-

sekarang berikan caru dengan nasi beralas lamak 12 suguhan, berlauk udang yang di-palem masing-masing satu, lakukan caru pada sore hari di pekarangan tempat melakukan caru. Lagi Dewa dari Desa dan Dewa di Panataran Kahyangan memberi sakit, sebab kaul yang diucapkan oleh kumpi terdahulu, I Kumpi perempuan dahulu pernah dituduh oleh saudara dekat, sampai tiga bulan. “Jika mati musuh hamba yang menuduh, hamba sanggup mempersembahkan piodalan satu kali dan dilakukan dengan besar,

12b. -/dayang tajen apisan, tur mangundang pyanak, nyama, cucu, mantu, miwah nyaman-nyaman tityange sami. Durung katuran utang ika, kanti tigang tiban, matine masasangi, ika amilara, tantun geringe ring kadangnya sane nyandang katagih, kena buta iya, kena teluh iya, ring marga agung kena iya, nanging pangadun sama sasangi amilara, pedemanya cacad, madegan salu watang, wehin caru nasi, 12, tanding, mabe siyap panggang, 1, ma/-

juga melakukan sabungan ayam satu kali, mengundang anak, saudara, cucu, menantu, dan saudara-saudara hamba.” Namun sampai saat ini belum dipersembahkan hutang itu, sampai tiga tahun, lalu ia mati dengan kaul yang belum dibayar, itulah yang menjadi sebab derita, masih penyakit di dalam keluarga yang patut ditagih, dicari oleh Buta ia, ia kena teluh di jalan raya, yang menyebabkan itu adalah kaul, juga karena tempat tidur yang cacat, bertiang salu watang, itu perlu dilakukan caru dengan nasi 12 suguhan, berlauk ayam panggang 1,

13a. -/lih caru nasi wong-wongan, 1, ulunya catur warna, awaknya tri warna, limanya kuning, sukunya ireng, genahing caru ring natah umah, nanging wetunya panes, nagih caru pawetwan, mabaju wekasan, apan pametwanya galakin desti muwang pamali. Nihan Resi Bawa ngaran, muwang de sapa ngucap luwirnya: Ra, wetunya lara, Hyang Guru mirudanin, laranya ring ulu, ring mata, ca, nasi, 5, kepel, ulamnya sabulu-bulu, we/-

lagi dengan caru nasi yang berwujud manusia 1, kepalanya empat warna, badannya tiga warna, tangan berwarna kuning, kaki berwarna hitam, tempat melakukan caru pada pekarangan rumah, namun keluarnya panas, meminta caru pawetwan, menggunakan baju selanjutnya, karena kelahirannya dicari-cari oleh Desti dan Pamali. Inilah Resi Bawa namanya, adapun yang disebutkan, diantaranya: Hari minggu kelahirannya membawa derita, Hyang Guru yang murka, sakitnya di kepala, di mata, adapun sarana untuk menghilangkan derita itu adalah nasi 5 kepal berlauk ayam apa saja

13b. -/nang pinanggang, ca, ring Sanggah Kamulan, Sang Buta Mrecu miruda ya, ca, 21, tanding, sata pinanggang, acaru marep kangin, esuk laranya, teka ya dawuh, 5, ebrara laranya teka, meh pejah wang mangkana, laranya mawatuk gumigil, Pitra ngrudaya, ca, nasi wong-wongan, lod desanya, putih ulunya, tri warna awak ya, tangan, sukunya ireng, marep kaja kangin acaru, sawengi, waras iya. Ca , tekaning atanya lara, saking kaja ka/-

dipanggang, lakukan caru di Sanggah Kamulan, Sang Buta Mrecu yang memberi derita ia, lakukan caru 21 suguhan, ayam dipanggang, lalukan caru menghadap ke timur, ilang deritanya, datang waktu 5, berduyun datangnya derita, sampai-sampai meninggal orang itu, sakitnya batuk sampai menggigil, leluhurnya yang murka, lakukan caru dengan nasi berwujud seperti manusia, di selatan tempatnya, putih kepalanya, tiga warna badannya, tangan dan kakinya hitam, menghadap timur laut mempersembahkan caru, dalam waktu satu malam ia sembuh. Hari Senin orang yang menanyakan sakit, dari timur laut

14a. -/ngin panangkanya lara, ring painuman witnya lara, dajan umahnya magawe wisya ika, ring weteng laranya, pamalinan laranya, tur kadurga dewi mirudanin, ca, nasi, 12, tanding, mabe sata pinanggang. Buta Pamali anglaranin, laranya angangsur, ca, nasi, 1, tanding mabe celeng, 1, tanding mapanggang, malih pamali manglaranin, malih pitra wadon anglaran saking kaja kangin, dawuh, 2, teka laranya, ca, nasi wong-wongan, pu/-

datangnya derita, di tempat minum sumber deritanya, di utara rumahnya yang membuat racun itu, di perut sakitnya, itu disebut sakit Pamali dan Durga Dewi yang membencanai, adapun sarana untuk menghilangkan dengan caru 12 suguhan berlauk ayang panggang. Buta Pamali yang memberi derita, deritanya sesak napas, itu dapat dihilangkan dengan caru nasi 1 suguhan berlauk daging babi panggang 1 suguhan, lagi Pamali yang menyakiti, juga leluhur perempuan yang menyakiti dari timur laut, jam 2 datang sakitnya, hilangkan itu dengan caru nasi yang dibentuk menyerupai manusia,

14b. -/tih ulunya, tri warna awaknya, kuning tanganya, sukunya, petang wengi waras iya. A, teka laranya, teka saking alas sangkaning lara, katututan laranya, sula walikaten laranya. Yan liwat saking irika, urip iya, ca, segeh ireng atanding, iwak celeng pinanggang, carukena wang agering. Malih, ca, ring pamuhun, nasi wong- wongan, putih ulunya, awaknya catur warna, acaru marep nariti, telung wengi, waras ya.

putih kepalanya, tiga warna badannya, kuning tangan dan kakinya, dalam waktu empat malam ia sembuh. Hari Selasa datang sakitnya, datang dari hutan sebab mepnyakitnya, terus menerus sakitnya, Sula Walikaten nama sakitnya. Jika lewat dari sana, hiduplah ia, adapaun perlu melakukan caru dengan Segehan hitam satu suguhan, lauk daging babi panggang, lakukan caru pada orang yang sakit. Lagi dengan caru di tempat pembakaran jenasah dengan nasi berwujud manusia; putih kepalanya, badannya empat warna, melakukan caru menghadap barat daya, dalam waktu tiga malam ia sembuh.

15a. Bu, tekanya atanya lara, wetengnya lara, Buta Dengen anglaranin, Dewa Gurunya angawe lara, ya ngaturang guru piduka, saji, ayunan putih, kuning, ca, ring Dengen, suyuk abesik, benya biyu tasak, raka woh-wohan, ca, ring jalan, ring parempatan marep kawuh. Malih nasi, 8, tanding, be siap pinanggang, maduluran nasi wong- wongan, tangan, sukunya kuning, awaknya tri warna, acaru marep kawuh,

Hari Rabu datang menanyakan penyakit, perutnya sakit, Buta Dengen yang menyakiti, Dewa Guru-nya yang menciptakan derita, ia perlu mempersembahkan sesajen Guru Piduka, Saji, Ayunan Putih Kuning, lakukan caru di Dengen, suyuk satu, lauknya pisang matang, raka dengan buah-buahan; caru di jalan, di perempatan menghadap ke barat. Lagi dengan nasi 8 suguhan berlauk ayam panggang, dilengkapi dengan nasi wong-wongan, tangan dan kakinya kuning, badan tiga warna, lakukan caru meghadap ke barat,

15b. sambat Sang Buta Catuspata, petang wengi, waras iya. Wre, teka laranya, sarwa sandi laranya, pakenyednyed laranya, pamali manglaranin, ca, nasi wong-wongan, sirahnya putih, tangan, sukunya tri warna, acaru marep kangin, sawengi waras iya. Su, tekanya lara, bawongnya lara, suku buka impus, ring weteng laranya muwang ngangsur laranya, muwang wong edi anak luh, anu rancana, mi/-

sebut Sang Buta Catuspata, dalam waktu empat hari ia akan sembuh. Jika pada hari Kamis datang sakitnya, seluruh persendian sakit, menusuk-nusuk sakitnya, itu adalah Pamali yang membuat sakit, adapun sarana penetralisirnya adalah nasi berbentuk manusia, kepalanya berwarna putih, tangan dan kaki tiga warna, melakukan caru menghadap ke timur, dalam waktu semalam ia akan sembuh. Jika pada hari Jumat datang sakitnya, lehernya sakit, kaki seperti diplintir, di perut sakitnya dan napas terhenga-henga, dan orang yang menyebabkan adalah perempuan, karena ada sesuatu yang direncanakan




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga