Kanda Pat (Catur Sanak), Kekuatan Antagonis pada Manusia


 

Ajaran Rahasia Kanda Pat Rare

Berawal dari terbentuknya bayi dalam kandungan, lahirnya seorang anak berawal hubungan asmara orang tuanya. setelah itu pertemuan kama bang dan kama petak maka terbentuklah rare. berikut ini urutan perkembangannya.

Terbentuknya Bayi

Bayi dalam kandungan bisa terwujud karena pertemuan antara kama petak dan kama bang, atau pertemuan antara cukla yang keluar dari purusa (laki-laki) dan swanita yang keluar dari pradana (wanita).

  • Kama petak adalah air mani laki-laki yang juga disebut cukla, yang dengan Sang Hyang Semara. 
  • Kama bang adalah air mani perempuan yang disebut swanita , disimbolkan dengan Dewi Ratih. 

Kama petak dan kama bang juga disebut cukla swanita, yang disimbolkan dengan Sang Hyang Semara Ratih.Tumbuhnya bayi di dalam kandungan menurut agama Hindu adalah berkat bertemunya sang cukla swanita. Pertemuan itu baru dapat dibenarkan secara agama, apabila dilakukan oleh suami-istri yang sah.

Seperti diketahui, bahwa unsur kelaki-lakian dan unsur kewanitaan, didalam lontar-lontar di Bali maupun dalam buku medis yang lain, mempunyai beberapa macam sebutan.

  • Unsur laki-laki itu disebut kama petak, sukla, kamajaya, Sang Hyang Semara, sperma, sel mani, airmani. 
  • Unsur kewanitaan itu disebut kama bang, swanita, kama ratih, Dewi ratih,ovum, sel telur dan air mani. 

Pertemuan sang cukla-swanita dari pria-wanita yang belum menikah sah, sebelum melakukan upacara perkawinan di anggap “kotor”. Pertemuan semacam itu disebut capa. Jika pertemuan capa ini menurunkan anak, maka anak yang lahir disebut astra. Anak astra tidak dapat disebut sebagai keturunan yang utama, karena kelahirannya itu semata-mata berdasarkan atas kepuasan nafsu birahi belaka (hanak-hanaking asmara dudu).

Pertemuan antara cukla dan swanita atau sperma dan ovum dari suami-istri, yang diwujudkan dengan melakukan hubungan senggama atau persetubuhan, mengakibatkan terjadi pembuahan atau kehamilan. Pertemuan antara sel mani tau sel telur (cukla-swanita) inilah yang kemudian menghasilkan manik, cikal bakal si jabang bayi. Sedangkan menurut lontar anggastyaprana, pertemuan kama itu disebut Sang Ajursulang. Pertemuan itu setelah luluh menjadi satu, disebut Sang Bubur Rumaket. Pada saat itulah datang Sang Hyang Nilakanta memberikan berkah, sehingga kentalah kama itu bagaikan telur. Telur tersebut dinamakan Sang Hyang Antigajati. Telur yang telah dihasilkan di dalam tube ampulla yang oleh getaran halus selaput lendir, pada dinding tube, menyebabkan telur itu masuk lebih jauh ke dalam tube, dan akhirnya sampai ke dalam rahim. Setelah sampai pada rahim, telur itu lalu melekat atau membenamkan dirinya, seolah-olah berakar pada lapisan lendir endometrium. Peritstiwa ini dinamakan implantasi atau “nidasi”.

Jadi setelah pertemuan sperma dan ovum (cukla-swanita) sehingga terjadi pembuahan, yang disebut sygote atau telur yang dihamilkan, atau Sang Hyang Antigajati, inilah yang dimaksud dengan manik. Manik ini masuk ke dalam garbha-pradana (perut sang ibu), dan akhirnya nidasi (mengendap) di dalam kunda cacupu manik itu mengalami proses pertumbuhan, semakin hari semakin besar, dan mengubah dirinya sehingga nantinya berbentuk seorang bayi (rare).

Masih menurut lontar Aggastya prana, pertumbuhan embrio atau Sang Antigajati hingga nantinya mencapai kesatuan tubuh yang lengkap, adalah berkat para Dewa yang asih dan memberikan berkah, agar embrio atau Sang Antigajati, maka datanglah para Dewa, antara lain : Sang Hyang Murcohaya, Sang Hyang Taya, Sang Hyang Ngalengis, Sang Hyang Rajatangi, Sang Hyang Murtining Luwih. Selain itu, datangjuga para Dewa Nawasanga, Sapta Rsi, Panca Rai, dan Sang Hyang Tiga Wisesa, lalu mewujudkan Sang Antigajti dari manik menjadi janin (bayi).

Pada saat embrio atau Sang Antigajati diwujudkan sebagai bayi (janin) dinamakan Sang Pratimajati. Jadi, yang dinamakan Sang Pratimajati tiada lain adalah janin itu sendiri, yaitu embrio atau Sang Antigajati setelah berumur 2 bulan kandungan.

Para Dewa dan Resi dalam Pembentukan Bayi

Selanjutnya para Dewa pun bergotong royong merampungkan proyek tersebut, merampungkan si jabang byi dari manik hingga menjadi bayi, antara lain :

  • Sang Hyang Akasa memberikan kepala, 
  • Sang Hyang Ajining Akasa memberikan rambut, 
  • Sang Hyang Surya-Candra memberikan mata kiri dan mata kanan, 
  • Sang Hyang Baruna dan Sang Hyang Margalaya memberikan hidung, 
  • Sang Hyang Margacraya memberikan kedua lubang telinga, 
  • Sang Hyang Yama memberikan mulut, 
  • Sang Hyang Margayama memberikan lubang mulut, 
  • Sang Hyang Parigimanik memberikan gigi, 
  • Sang Hyang Rijasi memberikan gusi, 
  • Sang Hyang Maneptan memberikan bibir, 
  • Sang Hyang Madulatha memberikan pantat, 
  • Sang Hyang Cittawawaca memberikan perasaan, 
  • Sang Hyang Lape memberikan pipi, 
  • Sang Hyang Ngelaning memberikan dagu, 
  • Sang Hyang Atunggal memberikan leher, 
  • Sang Hyang Watu Gumulung memberikan “batun salakan”, 
  • Sang Hyang Taya memberikan tangan dan kaki, 
  • Sang Hyang Rontek memberikan jeriji, 
  • Sang Hyang Pancanaka memberikan kuku, 
  • Sang Hyang Munyang memberikan usehan (pusaran pada kepala) dan pungsed (pusar pada perut), 
  • Sang Hyang Angantala memberikan hulu hati.

Begitu pula Panca Rsi, turut ambil bagian dalam membentuk si jabang bayi seperti :

  • Sang Korsika memberikan kulit, 
  • Sang Garga memberikan daging, 
  • Sang Metri memberikan otot, 
  • Sang Purusa memberikan sum-sum. 

Dan ternyata Dewa Nawasangha pun tak mau ketinggalan, beramai-ramai menyempurnakan wujud si jabang bayi, seperti :

  • Sang Hyang Iswara memberikan papusuh (jantung), 
  • Sang Hyang Maheswara memberikan paru-paru, 
  • Sang Hyang Brahma memberikan hati, 
  • Sang Hyang Ludra memberikan usus, 
  • Sang Hyang Mahadewa memberikan ungsilan (ginjal), 
  • Sang Hyang Sangkara memberikan limpa, 
  • Sang Hyang Wisnu memberikan ampru (empedu), 
  • Sang Hyang Sambu memberikan ineban (ubun-ubun), 
  • Sang Hyang Siwa memberikan tumpuking hati. 

Yang bernama tumpuking hati adalah bhayu, yang bernma bhayu adalah atma, dan atma itulah berwujud “Sang Hyang Urip”, yaitu Dewa yang memberikan kehidupan pada semua mahluk di dunia ini.

Mengenai proses terjadinya janin (bayi) sebagaimana di paparkan tadi, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa, kejadian jasmaniah janin (bayi) itu berasal dari unsur-unsur Panca Mahabutha, dan inti sari dari Panca Mahabutha disebut Panca Tanmatra. Adapun perwujudan janin (bayi) yang tersisa dari unsur-unsur Panca Tanmatra dan Panca Mahabhuta adalah sebagai berikut.

Panca Mahabutha yang membentuk bayi
  1. Pertiwi, menjadi serba padat, misalnya : kulit, daging, otot-otot, lemak dan sebagainya.
  2. Apah, menjadi serba cair, misalnya : darah, keringat, air kencing dan sebagainya. 
  3. Teja, menjadi serba bercahaya, misalnya : mata, panas badan dan sebagainya. 
  4. Bayu, menjadi serba bergerak, misalnya : bernafas, berjalan, makan dan sebagainya. 
  5. Akasa, menjadi serba berlubang, misalnya : lubang hidung, lubang telinga, lobang pantat dan sebagainya.
Panca tanmatra yang membentuk bayi
  1. Sabda Tanmatra menjadi telinga
  2. Sparsa Tanmatra menjadi kulit
  3. Rupa Tanmatra menjadi mata
  4. Rasa Tanmatra menjadi lidah
  5. Ganda Tanmatra menjadi hidung
Umur Manik Dalam Kandungan

Mengenai umur berapa sebenarnya manik dalam kandungan berubah enjadi bayi, menurut beberapa catatan, baik berupa lontar maupun buku, menerangkan secara berbeda-beda, diantaranya:

  • Cecangkriman Kanda Pat, menyebutkan bahwa setelah kandungan itu berumur 2 bulan (karongulan suba meraka manusa). 
  • Lontar Kanda Pat Rare, menyebutkan setelah berumur 5 bulan. 
  • Begitu pula keterangan dalam buku Manusa Yadnya, menyebutkan kira-kira 3 bulan (sawatara tigang sasih). Sedangkan menurut buku upacara Manusa Yadnya, menyebutkan kira-kira berumur 5 bulan (lebih kurang 6 bulan kalender). Proses perkembangan dan pertumbuhan manik hingga akhirnya menjadi bayi sempurna, hingga siap dilahirkan, itu disebut Kama-reka. Sebagaimana diungkapkan dalam buku Manusa Yajna. Begitu pula menurut Drs. I Gusti Ketut Adia Wiratmaja, bahwa manik yang mengalami pertumbuhan disebut kama-reka.

Menurut salinan lontar Kanda Pat Rare, proses pertumbuhan manik hingga menjadi janin (bayi) adalah sebagai berikut :

Pada saat itu terjadi pertemuan ayah dan ibu (bersenggama). Ketika itu, benih laki-laki keluar dari ayah dan benih perempuan keluar dari ibu. Setelah sebulan pertemuan itu berlalu, aka tibul pancaran matahari dan bulan. Dua bulan pertemuan berlalu, maka timbulah suara, pikiran dan tenaga. Tiga bulan pertemuan berlalu, maka terbentuklah pancawarna (lima warna). Empat bulan pertemuan berlalu, maka terbentuklah Dewata Nawasanga (Sembilan Dewa). Lima bulan pertemuan itu berlalu, terbentklah bumi dan langit, kemudian bersatu membentuk manusia, bermata, bertelinga, berhidung, bermulut, bertangan, berkaki, berkemaluan, berpantat, dan pada saat ini si jabang bayi bernama Sang Hyang Putih Majati.

Enam bulan ada di dalam kandungan, maka ada saudara dari jabang bayi, yang keluar dari ayah disebut Babu Lembana.Tujuh bulan di dalam kandungan, maka ada saudara jabang bayi, yang keluar dari ibu, bernama Babu Abra. Delapan bulan ada di dalam kandungan, lagi ada saudara jabang bayi, yang keluar dari ayah bernama Babu Ugian. Sembilan bulan ada di dalam kandungan, keluar lagi saudara si bayi dari ibu, bernama Babu Kadered. Setelah sepuluh bulan ada didalam kandungan, maka bayi sudah siap untuk dilahirkan.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Dapatkan Dalam Versi Cetak
Baca Juga