Tradisi Pemujaan untuk Bhatara/i Śri Rambut Sedana


Banten / Upakara Untuk Bhatara Śri Rambut Sedana

Berdasarkan bahan secara umum bahan yang digunakan untuk membuat banten dalam upacara pemujaan Batara Sri Rambut Sedana adalah daun, buah-buahan dan air.

Banten dalam lontar Yadnya Prakrti memiliki tiga arti sebagai simbol ritual yang sakral. Dalam lontar tersebut banten disebutkan:

Sahaning bebanten pinaka raganta tuwi, pinaka warna rupaning Ida Bhatara, pinaka anda Bhuvana.

Artinya dalam lontar ini ada tiga hal yang dibahasakan dalam wujud lambang oleh banten yaitu pinaka raganta tuwi sebagai lambang diri atau lambang diri kita, pinaka warna rupaning Ida Bhatara artinya lambang kemahakuasaan Tuhan dan pinaka anda bhuvana artinya lambang alam semesta (Bhuwana Agung).

Sedangkan menurut lontar Widhisadtra Tapini bahwa banten merupakan wujud Sang Hyang Widhi hal ini dinyatakan sebagai berikut :

kalingannya ikang bebanten juga reka rupa warnanira batara rirekani pura kadi tingkahing kawongan.
Artinya :
pada hakekatnya yang namanya upakara/ banten itu merupakan perwujudan Sang Hwidhi bagaikan wujud manusia.

Dengan demikian banten yang digunakan dalam pemujaan Bahatara Sri Rambut Sedana memiliki struktur tubuh layaknya manusia. Berdasarkan penjelasan susastra diatas, maka banten yang di gunakan mengikuti konsep prinsip triangga. Sehingga dengan demikian ada banten yang menempati posisi atau kedudukan sebagai banten uttama angga atau hulu (kepala), banten yang menempati posisi madia angga atau badan dan ada banten yang menempati posisi nista angga atau bagian kaki.

Dalam bentuk susunan banten, tidak lepas dari konsep harmonisasi sebagai suatu wujud Manu yang baik dan benar serta indah dalam bentuk yang harmonis. Artinya antara besarnya bagian kepala, badan dan kaki ini demikian rupa sehingga bentuk Manu itu benar-benar cantik, tampan dan menarik, dengan demikian prinsip inilah yang dipakai dasar untuk menentukan besar kecilnya bagian-bagian dari banten tersebut. Banten Linggih (hulu) ini menyimbolkan banyak sedikitnya manifestasi Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan yang kita undang atau diharapkan hadir dalam upacara tersebut dan tidak lepas dari tujuan upacara dengan harapan semua Dewa sebagai manifestasi Hyang Widhi Wasa memberikan anugrah.

  1. Banten yang bisa dikategorikan sebagai banten hulu sering juga disebut banten Linggih Ida Betata (Lingasstana) atau simbol stana beliau adalah sebagai berikut : canang sari, daksina, suci, Dewa-dewi.
  2. Banten yang dikategorikan sebagai badan atau sering juga disebut dengan banten ayaban adalah canang ajengan atau canang raka atau canang ketipat, sehetan (sorohan), dedari pulogembal dan runtutannya, serta pebangkit dan runtutannya.
  3. Banten yang dikategorikan sebagai banten kaki adalah nasi sega, nasi kepel, segehan panca waerna, segehan atuhunan, nasi wong-wongan, segehan agung gelar sanga, dan caru dari tingkatan eka sata sampai tawur agung.

 

A. Banten Saat Buda Cemeng / Wage Kelawu Pujawali
  1. Suci sari, 1 sorohan
  2. Banten sorohan = 1
  3. Peras pejati = 1
  4. Daksina linggih = 1
  5. Jerimpen pasangan = 1
  6. Pangkonan = 1
  7. Segehan agung = 1
  8. (Pajegan = 1
  9. Sesayut amerta sari

Proses upacarannya antara lain :

  1. Ngarga tirta dan membuat tirta, kadang dalam hal ini pedagang banyak nunas tirta kepada Sulinggih jadi pedagang hanya menuangkan tirta tersebut.
  2. Pereresik/penyucian pelinggih/plangkiran, dengan menggunakan tirta penglukatan atau banyuawang, di plangkiran tempat Ida Batara R.S.
  3. Piuning kepada ida batara R.S. dalam hal ini banten atau upakara di ayab (ngayab) dan berdoa kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya yakni Ida Batari R.S untuk memohon agar diberikan rejeki yang berlimpah.
  4. Nunas tirta, pedagang nunas tirta dan di percikkan di areal pedagangan.

 

B. Banten yang digunakan sehari-hari

Sehari-hari menghaturkan cangang burat wangi dan rarapan (jaja, permen). Purnama tilem menghaturkan canang raka, canang burat wangi, rarapan, segehan putih kuning. Buda cemeng / wage kelawu.

Hari pemujaan Ida Batari Sri Rambut Sedana dengan menghaturkan peras pejati, canang Burat Wangi, sesayut amerti sari / sari amerta, segehan manca warna dan rarapan (dihaturkan di masing-masing plankiran.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga