Tradisi Pemujaan untuk Bhatara/i Śri Rambut Sedana


Bagi kepercayaan masyarakat Hindu di Bali, Ida Batara Rambut Sedana atau Peradah atau Dewi Śri adalah manifestasi Hyang Widhi Wasa sebagai dewa kemakmuran dan kekayaan kepada manusia yang dirayakan setiap piodalan rambut sedana tepatnya Buda Cemeng Klawu dilaksanakan dipemerajan keluarga, pura kahyangan tiga desa pakraman maupun pura kahyangan jagat.

Pemujaan terhadap-Nya berawal dari perkembangan dan penyebaran penanaman padi di Asia, kepercayaan terhadap dewi padi akhirnya bermigrasi dan mempengaruhi masyarakat di Nusantara. Mitologi yang serupa terhadap roh yang memberikan kesuburan di beberapa daerah sedikit berbeda dan tersebar luas di antara kawasan Asia Tenggara dan juga negara tetangga.

Mitologi Dewi Śri di Nusantara diperkirakan sudah ada sejak awal abad pertama, ia disamakan dengan dewi Hindu, Śri Lakṣmī, dan sering dianggap sebagai inkarnasi atau salah satu manifestasinya. Mitologi mengenai dewi padi juga dapat ditemukan di negara Asia lainnya seperti Phosop di Thailand, Po Nagar di Kamboja dan Inari di Jepang.

asal-usul Pemujaan Dewi Śri

Pemujaan terhadap dewi padi jaman purba diduga memiliki asal-usul prasejarah terkait perkembangan dan penyebaran pertanian padi di Asia, yang mungkin dibawa oleh masyarakat Austroasia atau Austronesia yang bermigrasi dan akhirnya bermukim di kepulauan Nusantara. Mitologi mengenai sosok roh, dewa atau dewi padi beredar luas di kalangan berbagai suku di Indonesia, serta di negara tetangga seperti di Thailand dan Kamboja.

Nama Śri berasal dari bahasa Sansekerta (श्री) yang artinya kemakmuran, kekayaan, kesehatan, kecantikan, keberuntungan serta nama lain dari dewi  Lakṣmī, yaitu Shakti dari dewa Wishnu. 

Beberapa arca yang terbuat dari batu dan perunggu yang disebut sebagai “Dewi Sri” ditemukan berasal dari zaman Jawa kuno. Dengan bentuk mudra (sikap tangan) dan laksana (atribut dan ciri-ciri) pada arca, ikonografi Dewi Sri di Indonesia berbeda dari murti dewi Sri Laksmi yang ditemukan di India. Di India Laksmi sering ditampilkan dengan memegang bunga padma (teratai merah) di tangannya. Sementara di Indonesia penggambaran Dewi Sri selalu terkait dengan padi. 

Ia dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah bumi dan juga bulan. Perannya mencakup segala aspek Ibu Dewi, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi: bahan makanan pokok masyarakat Indonesia; maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran. Berkahnya terutama panen padi yang berlimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno.

Dewi Śri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu ; kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian. Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Seringkali ia dihubungkan dengan tanaman padi dan ular sawah.

Berikut ini adalah beberapa kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi padi.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga