Tenung dan Diagnosa Penyakit di Usada Rsi Bawa


Lontar Usada Rsi Bawa menjelaskan tentang tenung atau ramalan yang diagnose dan sebab-sebab penyakit melalui hari-hari tertentu ketika orang sakit atau seseorang menanyakan penyakit kepada seorang dukun (Balian) yang menggunakan pedoman teks ini.

Selain itu, memuat sebab datangnya penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh kaul leluhur yang belum terbayar sampai saat ini, dan beberapa jenis obat, serta sesajen yang digunakan untuk menghalau penyakit. Selain itu ada mempergunakan alat-alat tertentu untuk meneropong penyakit. Dalam teks ini juga dijelaskan tentang meneropong kehilangan sesuatu yang ditentukan dengan perhitungan hari-hari tertentu.


1b. Om awighnamastu nama sidhiyang. Ra, tekaning atanya lara, katepuk tegah dening pitra ring marga agung, kajamah tan maleking ring kahyangan, manyama pasah ring pisaganya tukaran, wong wadon lawanya, I Buta Pasangdananjaya anglaranin, laranya: wetengnya lara, teka luwas laranya, tunggal peteng ibuk atinya, nyakitang sirah, petang peteng tingalnya, grah marapah raganya, tan kawasa

Om semoga tidak ada aral yang melintang. Jika hari Minggu datang menanyakan penyakitnya, bertemu dengan leluhurnya di jalan raya, diambil dengan tidak ada di kahyangan, tidak akur dengan tetangga, berseteru dengan perempuan, itu I Bhuta Pasangdananjaya yang menyakiti, ciri sakitnya: perutnya sakit, datang dan pergi penyakitnya, setiap malam merasa sumpek, kepalanya sakit, uring-uringan pengelihatannya, panas membara badannya, tidak mampu

2a. mangan nyakitang awak bilang buku, baya gering ika tan kena tinulung, nagih caru ring sanggah kamulan, nasi mawadah lamak, 6, tanding, rakanya biyu pada maiyis, mabesiap mapanggang, sore wehin caru ring sanggah, sambatang I Buta Pasangdananjaya, malih caru nasi, 12, tanding mawadah lamak, mabe siyap selem panggang, 1, marep wetan acaru, ring katah umah sambatang

makan, badan sampai ke persendian sakit, itu disebut sakit yang berbahaya dan tidak bisa ditolong, namun itu meminta caru untuk di sanggah kamulan: nasi beralas lamak 6 bagian, masing-masing diisi raka pisang yang diiris, menggunakan daging ayam panggang, pada sore hari dipersembahkan di sanggah, yang ditujukan kepada I Buta Pasangdananjaya, dan juga menggunakan caru yang berisi 12 bagian beralas lamak, dengan daging ayam hitam panggang 1, mempersembahkan caru menghadap ke timur, pada setiap rumah sebut

2b. Buta Mretiyu, muwang acaru nasi mapindan jalema, matatakan don biyu, 3, tugel, ulunya, nasi putih, awaknya tri warna, lima batis kuning, acaru ring natah kahyangan, sambatang I Buta Pamali, anging teduhang ring kahyangan dumun, yan tan teduhang pejah pwa kita, apan gering ika mabuwat pejah. Ca, teka wang atanya lara, saking inuman laranya teka, makawit nginum toya, raris sakit weteng/-

Buta Mretyu, juga mempersembahkan caru berupa nasi seperti wujud manusia, bealas daun pisang tiga lembar, kepalanya dengan nasi putih, badan dengan nasi tiga warna, tangan dan kaki dengan nasi berwarna kuning, caru tersebut dipersembahkan di Kahyangan, sebut I Buta Pamali, namun lakukan teduhan terlebih dahulu di Kahyangan, jika tidak teduhang dapat menyebabkan kematian, karena penyakit itu sangat berdampak memberikan kematian. Ketika hari Senin orang menanyakan penyakit, dari minuman datangnya penyakit, bermula dari minum air, lalu perutnya sakit,

3a. -/nya, manunggek-nunggek kenyat siksikanya, macelos atinya, kata tanpa bayu, tanpa walung manahnya, ring umahnya nagih caru, nasi mawadah suyuk, 2, tanding, mabe bawang uyah areng, ring natah umah acaru. Malih dewa saking desanya amilara, antuk sasangi ring kuna di sanggah kemulan, nama sasangi kumpi di nyama, kumpinya luh, pecak ipun kelangan bawi, 2. Lamun teka ba/-

menusuk-nusuk dan terasa kaku pada perut bagian bawah, hatinya seperti lepas, kata-kata tanpa tenaga, seperti tanpa penopang perasaannya, oleh sebab itu pada rumahnya memerlukan caru: nasi beralas suyuk 2 buah, berlauk garam areng, tempat melakukan caru pada halaman rumah. Dan lagi dewata dari desanya sebagai sumber penyakit, disebabkan karena kaul masa lalu di Sanggah Kemulan, yang melakukan kaul adalah kumpi yang ada hubungan saudara, kumpi perempuan, karena dulu kehilangan 2 ekor babi. Adapun kata-katanya: “Jika datang

3b. bawin tityange maka dadwa, tityang masanggup ngaturang guling, 1, aji, 225, maduluran suci asoroh. Durung katuran utang ika, kanti roras tiban, gelisan rusak sang masasangi, sering pada katagih ring kadangnya, during katauran, mangkana serah kadalem, durung mataur, ada pyanaknya sakit, tigang undag geringe ring kadangnya, apan paweh ring dalem, mangke teduhang ring sanggah kamu/-

3b. babi saya keduanya, saya bersedia mempersembahkan seekor gulung seharga 225, dilengkapi pula sesajen suci selengkapnya. Namun kaulnya itu belum dipersembahkan sampai dua belas tahun, karena orang yang berkaul sudah tiada, dan hal ini yang sering ditagih kepada keluarganya karena belum dibayar kaulnya, demikian yang semestinya dipersembahkan ke Dalem, namun belum dibayar kaulnya, oleh sebab itu menyebabkan anaknya (keturunannya) sakit, tiga generasi dari keturunannya menderita penyakit, karena semestinya dipersembahkan di Dalem. Sekarang perlu diupacarai peneduh di Sanggah Kamulan,

4a. -/lan, raris ka dalem tebusin, ngaturang pajati ring sanggahnya, yan tan teduhang ika pejah pwara kita, apan panyakit I Buta Pamali, lesu, lesu runtag angkihanya, ayang menek tuwun tan arep mangan, ibuk laranya, sarwa sandininya lara, mabuwat tan pejah laranya, ika apan katemah dening dewanya. A, tekanya wang atanya lara, saking alas laranya teka, tu/-

lalu ke Dalem ditebus dengan mempersembahkan pajati di Sanggah-nya. Jika tidak dilakukan upacara peneduh, itu dapat menyebabkan kematian, karena disebabkan oleh penyakitnya I Buta Pamali, menjadi lemas, napasnya kecil, kondisinya naik turun karena tidak mau makan, bingung penyakitnya, semua persendiannya sakit, namun tidak menyebabkan kematian penyakitnya, itu sebab dikutuk oleh dewatanya. Hari Selasa jika ada orang datang menanyakan penyakit, dari hutan penyakitnya,

4b. -/twali kawan laranya, teka luwas laranya, bilang buku laranya, ring paleyokan laranya manunggek-nunggek, buwat laranya, dewanya anglaranin, nagih caru nasi, 6, tanding mabe celeng mapanggang, siyap mapanggang, 1, genahing caru ring margga agung ngarepin sema, malih I Buta Catuspata nyakitin, nagih nasi mapindan jalma atanding, ulunya nasi catur warna tekeng limanya, a/-

4b. tututwali kawan penyakitnya, datang dan pergi penyakitnya, setiap persendian sakit, pada pinggang sakit menusuk-nusuk, karena ia sakit, dari dewatanya yang memberi sakit, itu meminta caru dengan nasi 6 suguhan berlauk babi panggang, ayam panggang 1 ekor, tempat persembahan caru pada jalan raya yang di depannya ada kuburan, dan juga I Buta Catuspata yang menyakiti, meminta nasi dibentuk menyerupai manusia satu buah, kepala dan tangan terbuat dari nasi empat warna,

5a. -/waknya kuning tekeng sukunya, macaru ring natah umah marep nariti, nanging pangadun kumpi ring kuna, pangadun sang masasangi ring kuna, de numadi ngaba lara, kranane masasangi ring kuna, pecak mamitra, madrewe belingan bawu kalih bulan, ika kranane masasangi ring kahyangan, panataranya di desanya: Lamun tityang sadya rahayu, ulung belingan tityange, miwah kari tityang maurip, kari tityang magenah jumah tityange,

badan dan kaki berwarna kuning, melakukan caru di pekarangan rumah menghadap barat daya, adapun juga yang dilakukan oleh Kumpi terdahulu dengan berkaul mengenai kelahiran supaya tidak membawa derita, itu sebabnya berkaul, sebab berselingkuh dan sampai menyebabkan kehamilan dua bulan, itu yang membawa ia melakukan kaul di tempat suci, pada tempat suci Panataran di desanya. Adapun kata-katanya, “Jika hamba terhindar dari marabahaya dan gugur kandungan ini, dan saya masih tetap hidup, serta saya masih tinggal di rumah saya sendiri,

5b. tityang masanggup ngaturang suci asoroh, mabe bebek putih jambul maguling maduluran cendekang akatih mapontang salaka pontang telu. Rawuh odalane riki, durung matawuran utang ika, gelisang rusak sang masasangi, sering katagih, mangke teduhang ring kahyangan panataranya, ngaturang pajati ring sanggah kamulan, hana wonge ring prenah ipeni ya asiki, prenah raramanya di mindon asiki, matungak, sangkanya la/-

saya sanggup mempersembahkan sebuah sesajen suci berlauk guling bebek putih jambul dilengkapi pula sebuah cendekang ber-pontang perak tiga lingkaran. Sampai hari odalan ini kaul itu belum dibayar, namun kini yang melakukan kaul tiada. Itulah yang sering diminta, kini lakukan upacara peneduh di tempat suci Panataran, juga mempersembahkan pajati di Sanggah Kamulan, ada orang yang berhubungan ipar yang menyakiti, juga ada hubungan sebagai orang tua pada sepupu yang menyakiti, itu tertunda belum terbayar sehingga menyebabkan derita,




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga