Balian Usada Bali

Analisis Penyakit Niskala dalam Sistem Tenung Bali


Karang Panes dan Gangguan Pekarangan

Tanah dan pekarangan di Bali bukan sekadar aset properti, melainkan entitas hidup yang memiliki “penunggu” (Sedahan Karang). Kualitas energi pekarangan ditentukan oleh tata letak (Asta Kosala Kosali), sejarah tanah, dan ritual yang dilakukan. Tanah yang memiliki energi buruk, tercemar, atau dihuni oleh Bhuta Kala yang ganas disebut Karang Panes (Pekarangan Panas) atau Karang Bhaya Pekarangan Berbahaya).

Lontar Bhama Kertih, Roga Sanghara Gumi, dan Tutur Bhagawan Wiswakarma memberikan daftar tatenger yang sangat rinci mengenai ciri-ciri pekarangan yang sakit. Diagnosis ini unik karena gejalanya muncul pada lingkungan fisik rumah, bukan hanya pada tubuh manusia.

Rumah di Bali dianggap hidup. Kepala adalahSanggah/Pura, Badan adalahBale(Tempat tidur), Kaki adalahDapur/Kandang.

Kepanesan terjadi ketika struktur ini kacau. Misalnya: Kaki lebih tinggi dari Kepala (Dapur lebih tinggi dari Pelinggih), atau ukuran badan tidak proporsional (Salah Sikut ).

1. Anomali Biologis (Flora dan Fauna)

Alam memberikan sinyal melalui perilaku hewan dan tumbuhan yang menyimpang :

  • Bhuta Salah Wetu (Mutasi Genetik) : Kejadian aneh seperti induk babi melahirkan hanya satu anak, pohon kelapa yang bercabang, atau pisang berbuah di tengah batang. Ini menandakan kekacauan kode alam di tanah tersebut.  
  • Intrusi Hewan Liar : Masuknya hewan hutan ke dalam pekarangan rumah ( Ular, Kijang, Tawon Sirah ). Ular yang masuk ke kamar tidur dianggap sebagai manifestasi Penunggun Karang yang meninggalkan posnya atau berubah wujud karena marah.  
  • Lulut Bhaya : Munculnya ribuan ulat Lulut (sejenis ulat tanah yang bergerak berkelompok) di lantai rumah. Jika Lulut Emas atau Perak muncul, itu pertanda Kepaten (kematian) atau perpisahan keluarga akan terjadi.  
  • Pertumbuhan Cendawan : Tumbuhnya jamur liar di dalam ruangan, khususnya di tempat tidur atau dapur, menandakan kelembapan energi negatif ( Yin berlebih).

2. Fenomena Fisika dan Elemental

Gangguan pada elemen dasar (Api, Air, Udara) di pekarangan :

  • Karaja Bhaya (Teror Darah) : Ditemukannya ceceran darah segar di halaman atau tembok tanpa ada hewan atau manusia yang terluka. Ini adalah tanda bahaya tingkat tinggi ( Danger Sign ) yang mengindikasikan ancaman fisik atau kecelakaan.  
  • Bumi Sayongan (Asap Misterius) : Munculnya asap putih atau hitam di dalam rumah tanpa adanya sumber api. Ini menandakan pengaburan pikiran penghuni.
  • Kageni Bhaya : Kebakaran tiba-tiba yang tidak menghabiskan bangunan tapi muncul misterius, atau perasaan hawa panas yang luar biasa di sudut tertentu rumah.
  • Pohon Tumbang (Kapanca Bhaya) : Pohon besar di pekarangan tumbang tanpa angin ribut, menandakan hilangnya “payung” pelindung niskala.

3. Dampak Psikososisal pada Penghuni

Lingkungan Karang Panes menciptakan atmosfer toksik bagi penghuninya:

  • Disharmoni Kronis : Penghuni rumah selalu bertengkar ( cekcok ) karena masalah sepele. Suami-istri yang harmonis di luar rumah bisa tiba-tiba saling benci begitu melangkah masuk gerbang rumah.
  • Sakit Bergilir : Pola penyakit “estafet”. Begitu anak sembuh, ayah sakit; ayah sembuh, ibu sakit. Energi rumah “memangsa” energi vital penghuni secara bergantian.
  • Masalah Kejiwaan (Kalebon Amuk) : Salah satu penghuni bisa tiba-tiba mengamuk ( amuk ) atau ingin bunuh diri ( ngulah pati ). Ini sering terjadi pada rumah yang dibangun di bekas kuburan tanpa upacara pembersihan yang benar.  

 

A. Diagnosis Kesalahan Pada Bangunan Rumah (Wewangunan)

Berikut adalah istilah-istilah penyakit bangunan yang menyebabkan penghuni sakit atau sial:

1. Sandang Lawe (Pintu Saling Beradu)
  • Definisi : Pintu kamar tidur atau pintu gerbang utama tegak lurus langsung berhadapan dengan pintu bangunan lain tanpa penghalang ( aling-aling ).
  • Efek Medis/Niskala : Penghuni mudah emosi, sering bertengkar (suami istri panas), rezeki numpang lewat (masuk langsung keluar).
  • Solusi : Membangun Aling-aling (tembok penyekat) atau memindahkan salah satu pintu.
2. Kincang-Kincung (Sudut Atap Memotong)
  • Definisi : Sudut atap bangunan satu memotong atau menunjuk langsung ke arah pintu/jendela bangunan lain.
  • Efek Medis/Niskala : Penghuni yang tinggal di kamar yang “ditunjuk” sudut atap itu akan sering sakit-sakitan (biasanya sakit dada atau kepala), seperti terkena panah energi terus menerus.
  • Solusi : Memotong sudut atap tersebut atau menanam tanaman rimbun sebagai perisai.
3. Sikut Satak (Kesalahan Ukuran Badan)

Dalam Bali, ukuran rumah harus menggunakan ukuran tubuh pemilik rumah (Rai), sepertiDepa(bentangan tangan),Hasta(siku ke jari),Musti(kepalan).

  • Masalah : Jika rumah dibangun pakai meteran tukang, bukan ukuran pemilik ( Sang Nruwenang ).
  • Efek : Rumah terasa asing, pemilik tidak betah di rumah, sering cemas ( Inguh ).
  • Analisis Wariga : Jika sisa hitungan ukuran jatuh pada Rogi (Penyakit) atau Baya (Bahaya), maka rumah itu cacat.
  • Target Ideal : Ukuran harus jatuh pada hitungan Guru , Ratu , atau Yasa .
4. Ngeleb / Numbak Rurung (Tusuk Sate)
  • Definisi : Halaman rumah ditusuk lurus oleh jalan raya atau gang.
  • Efek : Energi Bhuta Kala dari jalan raya masuk tanpa filter. Penghuni sering kena fitnah, kecelakaan, atau sakit keras mendadak.
  • Solusi : Membuat Pelinggih Penunggun Karang yang kuat dan tembok pembatas yang kokoh.

 

B. Diagnosis Kesalahan Pada Pelinggih (Tempat Suci)

Kesalahan padaSanggah/Merajanlebih berbahaya karena berdampak pada psikologis dan spiritual (Jiwa).

1. Pelinggih Cuntaka (Bahan Kotor)
  • Definisi : Menggunakan batu bata atau kayu bekas bangunan lain (bekas dapur, bekas WC, atau bekas kuburan) untuk membuat tempat suci.
  • Efek : Doa tidak sampai, penghuni sering mimpi buruk didatangi sosok menyeramkan, anak-anak sering kejang (step).
2. Salah Genah (Salah Letak)
  • Hulu vs Teben : Pelinggih harus di arah Kaja-Kangin (Timur Laut – Arah Gunung/Matahari Terbit).
  • Masalah : Jika Pelinggih diletakkan di arah Teben (dekat pembuangan air/WC) atau di Barat Laut tanpa alasan khusus.
  • Efek : “Dewa lari, Bhuta datang”. Rumah terasa gelap, suram, rezeki seret.
3. Karang Hulus (Pelinggih Terlalu Tinggi/Mewah)
  • Definisi : Membangun Pelinggih sangat megah, tapi rumah tinggalnya reot/kotor, dan penghasilan pemilik tidak mencukupi untuk biaya upacara ( Banten ) pelinggih sebesar itu.
  • Istilah : “Dewa nindih yang ndruwenang” (Dewa menindih pemiliknya).
  • Efek : Pemilik rumah sakit-sakitan karena energinya habis tersedot untuk “melayani” kemewahan pelinggih tersebut.
  • Prinsip : Pelinggih Alit, Manah Lega (Pelinggih kecil tapi hati ikhlas) lebih baik daripada mewah tapi membebani.

 

C. Tata Laksana Pengobatan (Solusi Bangunan)

Jika sudah terlanjur dibangun dan penghuni sakit (Kepanesan), Balian biasanya tidak langsung menyuruh bongkar (karena mahal). Berikut tahapannya :

1. Analisis Tenung Bangunan

Balian akan datang ke lokasi (Nyapuh) untuk melihat aura bangunan.

  • Jika panasnya dari tanah: Upacara Mecaru.
  • Jika panasnya dari salah ukuran: Ritual Ngulapin Bangunan.
2. Ritual “Pamenggag” (Pemutus)

Jika ada tiang atau tembok yang salah ukuran (Jatuh pada hitunganPati/Sakit), tidak perlu dirobohkan.

Caranya: Balian membuat pahatan/tanda silang kecil pada tiang/tembok tersebut sambil membacakan mantra untuk “mematikan” ukuran yang salah dan “menghidupkan” ukuran baru secara simbolis.

3. Pemasangan “Penyengker” (Pagar Gaib)

Menanam botol kecil berisi minyak,rerajahan(tulisan sakral), danPanca Datu(5 logam) di sudut-sudut bangunan yang bermasalah untuk menetralisir energi buruknya.

4. Guru Piduka

Menghaturkan sesajen permohonan maaf di Pelinggih Surya, menyatakan bahwa pemilik rumah tidak bermaksud merusak tatanan, melainkan karena ketidaktahuan.

 


TABEL RINGKASAN GEJALA KEPANESAN BANGUNAN
Jenis Kesalahan Nama Istilah Gejala Fisik/Psikis Penghuni
Pintu vs Pintu Sandang Lawe Emosi tinggi, boros, sering cekcok.
Atap vs Pintu Kincang-Kincung Sakit dada, sesak napas, pusing kronis.
Salah Ukuran Salah Sikut Gelisah, tidak betah di rumah, insomnia.
Dapur di Hulu Brahma Panes Sering demam, hipertensi, mata merah.
Pelinggih Mewah Dewa Nindih Lemas, sakit menahun, ekonomi merosot.

 

Identifikasi dan Pencegahan

Penghuni rumah sakit terus-menerus karena tanah tempat tinggal memiliki energi panas ( Panes ), berhantu ( Angker ), atau letak bangunan salah menurut Asta Kosala Kosali (Fengshui Bali).

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership



HALAMAN TERKAIT
Baca Juga