Jenis dan Bahan Obat-obatan Bali
Penggolongan segala tumbuh-tumbuhan menjadi 3 golongan yaitu : panas, dingin, panas dingin atau suam-suam kuku. Penataan adalah menurut kegunaan atau sifat-sifat cairan yang ada dalam tumbuh-bumbuhan itu, yang melekat dan sekaligus berwarna bening, putih, wama sawo, merah, orangnya, kuning, hijau, biru a tau cair tip is dan kemudian tiap warn a dari pu tih sampai kehitam dan campuran dari tiap warna dengan warna yang lain.
Tentang penggolongan tumbuh-tumbuhan obat-obatan itu, soal biasa bagi kebanyakan balian-balian, mereka menggolongkan sesuai dengan ketiga golongan penyakit-penyakit: panas, dingin, panas-dingin. Untuk dapat menimbang dalam golongan mana suatu tumbuh-tumbuhan harus dimasukkan, mereka memperhatikan bunganya;
- jika tak ada bunga buahnya, lalu bau dan rasa kayunya (bukan kayunya). Jika bunga dari fumbuhan itu putih, kuning atau hijau, maka ia tergolong panas;
- jika bunganya merah atau biru, dingin;
- jika bayak Wamanya panas + dingin (dumalada).
- Jika rasanya manis atau asam, tumbuh-tumbuhan itu adalah panas;
- pahit atau tajam adalah dingin.
Oleh karena banyak ada penyakit yang menyebabkan keadaan suhu berbeda pada beberapa bagian badan sisakit, umpama pada bagian A panas dan pada bagian B dingin maka sesuai dengan keadaan dipergunakan obat-obat yang berlawanan dengan keadaan tiap bagian. Jadi orang berbuat demikian umpamanya jika ada “dingin di dalam” di samping panas di luar.
Pada waktu menilai bahan obat-obatan sesuai dengan rasa nya, orang memperhitungkan bahwa obat itu jika dipakai dalam perut, mungkin akan mempunyai rasa lain dari pada waktu di dalam mulut. Sesuatu yang pahit di mulut adalah manis di dalam perut. Hampir segala obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai rasa memualkan atau tak enak menimbulkan di dalam perut suatu akibat pendinginan, kadang-kadang panas dingin dan jarang panas; apa yang pahit rasanya kebanyakan mendinginkan, yang manis, asam atau tajam menimbulkan panas di dalam perut (sama halnya dengan bahan-bahan makanan).
Banyak balian berpendapat, bahwa tiap tumbuh-tumbuhan mempunyai ketiga sifat, panas, dingin, panas-dingin, dan bagian-bagian yang berlainnan dalam susunannya, ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa sifat-sifat itu hanya terdapat pada beberapa tumbuh-tumbuhan saja.
Di antara bahan-bahan obat dari mineral hanya besi dan baja disebutkan dalam literatur; tetapi besi dan baja itu tidak dipakai untuk diminum, jadi bukan obat dalam, tidak pula untuk obat luar, keduanya hanya dipakai dalam bentuk pot, tempat untuk membuat obat di dalamnya; mereka tidak bertujuan melarutkan suatu bagian dari besi itu, tetapi bermaksud agar kekuatan gaib dari besi atau baja itu dialihkan ke dalam obat yang dibuat di dalamnya. Begitu pula halnya dengan benda pipih dari perak dan kuningan yang ditaruh di dalam air yang akan diberi minum pada si sakit; dapat diduga bahwa benda-benda itu digambari dengan gambaran gaib.
Sebagai obat dalam dan obat luar dipakai air rasa atau air raksa. Welirang dan gabungan-gabungan berisi welirang, bubuk hitam, batu bata, kapur, arang, garam, jelaga, cuka, batu timbul (bahasa Bali = batu kembong) dan salpeter, kuprisulfat keduanya zat garam, dan zat besi.
Rasa (air raksa) yang berupa besi-besian digosok dengan minyak dan dipakai sebagai obat dalam belirang ditumbuk menjadi bubuk dipakai sebagai obat luar, juga dihirup sebagai asap, sedangkan mata air, yang airnya mengandung belirang sering didatangi orang sebagai pengobatan.
Di antara mineral-mineral lain, yang banyak resep-resep disebut untuk dipakai untuk menempur penyakit yang sangat berbeda-beda pantas istimewa disebut yaitu: “batu merah”, batu-bata, yang dianggap bemilai tinggi, jika ada seekor anjing sebelum membakarnya berjalan di atasnya pada waktu bahan obat itu masih lembut, dan masih bekas jejak kakinya terdapat padanya; dia juga dicampurkan berupa bubuk dengan obat-obatan lain begitu pula orang memakai batu timbul, yang melainkan sebagai imbuhan pada obat-obatan lain kerap kali dipakai sebagai bagian pada racun, agar akibatnya lebih hebat. Batu-batu yang lain, sepanjang pengetahuan tidaklah dipergunakan.
Dalam soal garam ada dibuat perbedaan oleh orang Bali antara garam putih, garam hitam (dicampur dengan arang), garam yang lama telah disimpan (dari itu mempunyai kekuatan gaib), garam uku atau garam sinta itu adalah garam yang melekat pada batu-batu karang kecil atau batu-batu biasa yang dihanyutkan ke pantai oleh laut; Juga disebut-sebut “garam Bengali” yaitu gurun datangnya dari Bengali.