Lontar Usada Bali, Sumber Ilmu Pengobatan Penyakit Oleh Para Balian


Cara Pengobatan Balian Usada di Bali

Orang Bali mempunyai dua istilah untuk kata obat, yaitu “Serana” dan “tamba“. Serana bukanlah obat, tetapi ia hanya merupakan suatu perantara untuk kekuatan yang menyembuhkan, suatu upaya untuk menghubungkan kekuatan penyembuhan dengan penyebab penyakit dalam tubuh atau merangsang masuknya kekuatan itu. Setelah sang balian menggunakan atau memasuk­kan serana itu pada kekuatan penyembuh, maka ia disebut “tamba” atau ubad.

Selanjutnya di bawah akan disebutkan segala obat dan me­tode penggarapan yang dapat dipakai sebagai serana, yang harus dipergunakan oleh seorang Balian, untuk memberi kekuatan gaib. Umpamanya seorang balian mengurut seorang sakit, sambil bermantra, maka per­buatan mengurut itu adalah Serana upaya menghubungkan si sakit dengan mantra itu. Jadi pasien dapat memahami, bahwa mantra itu bagi sang balian adalah sesuatu syarat mutlak, jika ia ingin mengandalkan suatu obat, sedangkan sesuai dengan tersebut di atas tadi, untuk se­gala penyakit ditunjukkan ada obatnya, malahan untuk penya­kit-penyakit yang dilarang pun ia menggarapnya.

Kebanyakan penyembuhan yang bersifat magis atau penyakit karena hal gaib, dalam penyembuhannya memerlukan sesajen atau bebantenan untuk mendapat restu dari pa­ra Dewa, mendapat bantuan dari Sesuhunan atau bantuan dari sosok gaib yang membantu si Balian, disamping penggunaan dari yang ber­bentuk mantra, jimat, rerajahan, pekakas yang berisi gambar gaib atau lukisan dari penyakit-penyakit yang diberi bentuk tertentu agar dapat menakut-nakuti penyakit itu untuk menghalau keluar.

Penggunaan api dalam tubuh dan air hidup ( Amerta Kundalini) selanjutnya me­mainkan peranan amat penting. Api yang berada dalam tubuh dapat membakar segala sesuatu yang negatif, yang kotor dan segala penyakit, jika orang dapat mempergunakan­nya dengan baik.

Orang yang mahir dalam hal itu dapat memper­tahankan tubuhnya agar tetap suci dan bebas dari penyakit-­penyakit, suatu pendapat yang menuju kesimpulan, bahwa se­orang pendeta, pedanda harus menolong diri sendiri dengan akal budinya sendiri, tak ada obat lain dari pada kekuatan yang dimiliki olehnya yaitu “bayu-wisesa,” dan disebut “manah-budi-Cit­ta”. Untuk mencapai kemahiran itu, orang harus mengenal betul ajaran-ajaran mencapai Sidhi yang merupakan salah satu hasil dari melaksanakan Tapa Yoga, pengetahuan inilah menye­babkan orang mengetahui atau mengalami tempat kedudukan api dalam tubuh itu. Api itu dapat juga dikeluarkan dari tubuhnya dan dimasuk­kannya ke dalam tubuh orang lain atau dapat juga dibangkitkan api dalam tubuh si pasien dimanfaatkan sebagai penyembuhan.

Dilain sisi pada waktu pemindahan api itu orang juga dapat mempergunakan air; dan dalam hal ini air dapat dianggap berfungsi sebagai serana. Jika orang bertujuan menghilangkan penyakit maka balian memantrai air agar dapat menjadi “penawar”. Sebelum membuat penawar itu, tak jarang seorang Balian memanfaatkan api dalam tubuh di pasien dan mengeluarkan api dari tubuhnya si sakit dengan membayangkan bahwa api itu keluar ( misalkan dari tulang, hati, pusar, kerongkongan , mata, kaki, tangan, dsb) kemudian masuk ke dalam air yang telah disediakan (toya penawar).

Balian juga sering memakai sarana tertulis di atas air yang telah lama tersimpan. Air demikian diandalkan lebih besar mempunyai kekuatan gaib dari pada air yang baru dibuat, sama halnya dengan obat dan garam, yang lama tersim­pan. Air itu sering kali dimantrai atau dalam air itu ditaruh benda-benda gaib: umpa­manya kertas kecil-kecil yang bergambar lukisan gaib, atau gambaran itu dilukiskan pada cangkir atau kendi untuk minum.

Berikut beberapa contoh penggunaan mantra dalam pengobatan:

  • Obat untuk menghilangkan “mala” air dengan aksara “ang
  • Obat untuk melawan batuk kering dan muntah darah dan keluar nanah; air dengan mentra: Aung taya iya, Augn taya a i, ya ta a i aung
  • Obat untuk memperkuat kekuatan si sakit (babayon) : Ong Ang Ah Ah Ang Ong
  • Obat untuk melawan panas dengan pilek: Ong Ah lh Ah Ong
  • Obat untuk kelemahan (di ucapkan seraya menahan nafas), ma: Ong Ang Ah
  • Obat untuk memperkuat darah-darah: Ong Ah Ang, Ang Ah Ung
  • Obat untuk melawan keracunan : ma : ah Ih, lh Ah
  • Dan sebagainya.

Seorang balian yang ahli harus mengetahui tentang ajaran tubuh manusia sebagai mikrokosmos (bhuwana alit) segala sesuatu yang berlangsung atau terjadi, di luar tubuh manusia, ada analogisnya yang tak terlihat di dalam bhuwana alit, di mana sang balian dan penye­bab penya­kit, bertempur satu sama lain; ia (sang balian) sebaiknya dapat membayangkan (melakukan) “bila obat dan penyakit bertemu dalam pertempuran, bahwa barang siapa, membuat obat itu ber­kedudukan pada ujung lidah, barang siapa membuat penyakit itu berkedudukan pada dasar lidah dan bahwa keduanya meme­gang dan meminum obat itu; ia harus membuat seolah-olah si sakit berkedudukan pada dasar lidah, sang balian pada ujung lidah, jika ia mengucapkan mentranya, maka ia mengeluarkan Mrta dan memasukkannya dalam obat, kemudian ia sebaliknya memberikannya pada si sakit untuk diminum”.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga