Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa


Susunan Yoga dalam Wrhaspati Tattwa vs Astangga yoga Patanjali

Susunan Sadangga yoga dalam ajaran Wrhaspati tattwa berbeda dengan susunan Astangga yoga Rsi Patanjali.

Untuk dapat melihat perbedaan susunan yoga menurut kitab Vrhaspati tattwa dan Yoga sutra Patanjali dapat dilihat di artikel “Benang Merah Antara Yoga Vrhasapati Tattwa dengan Yoga Sutra Rsi Patanjali

Dengan memisahkan Nyama dan Yama dari kedelapan anggota yoga sehingga tinggal enam yoga itu disebut Sadangga Yoga.Susunan Saddangga itupun berbeda-beda dengan susunan dalam yoga sutra yaitu dengan mendahulukan dhyana dari prayanama dan mengganti asana dengan tarka yoga.

Tentang penjelasan masing-masing anggota yoga itu sesuai juga dengan penjelasan yoga sutra Patanjali. Dalam kitab wrhaspati tattwa ini ajaran yoga dimulai dengan jalan sadangga yoga dan kemudian ajaran Yama Nyama. Hal ini terbalik bila dibandingkan dengan susunan yoga sutra Patanjali, sebagai mana yang tersebut dalam kitab Wrhaspati Tattwa sloka 53 sebagai berikut :

Pratyaharastatha dhyanam

Pranayamasca dharanam,

Tarkascaiva samadhisca

Sedangga yoga ucyate

Artinya :
Demikianlah sadangga yoga namanya, Itulah saranannya orang yang ingin menemukan Sang Hyang Wisesa, biarlah terang hitam, janganlah kalut olehmu mendengar ajaran ini. Ada pratyahara yoga namanya, ada dhyana yoga namanya, ada tarka yoga namanya, ada Samadhi yoga namanya. Demikianlah sadangga yoga namanya.

Yang harus diketahui oleh seseorang untuk dapat mengendalikan diri adalah harus menyadari apa tujuan hidup dilahirkan sebagai manusia. Dari demikian banyaknya makhluk yang hidup yang dilahirkan sebagai manusia itu saja belum semuanya mampu berbuat baik. Adapun peleburan perbuatan buruk kedalam perbuatan baik juga merupakan manfaat menjelma menjadi manusia. Hendaknya janganlah seseorang bersedih meskipun tidak makmur kelahiran menjadi manusia itu hendaknya membesarkan hatimu sebab sesungguhnya sangat sulit itu yang menjelma menjadi manusia. Sebagai manusia merupakan phala dan karena itu merupakan suatu kesempatan bagi manusia untuk dapat memperbaiki diri dengan melebur atau mengalahkan perbuatan yang tidak baik dengan perbuatan yang baik selalu. Dalam ajaran agama hindu hidup itu sendiri adalah samsara yang harus disahkan oleh setiap orang menyudahinya, sebaliknya hidup sebagai manusia merupakan phala karena hidup itu ia akan dapat mengusahakan, membebaskan diri dari penderitaan sebagai akibat lahir itu dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sebab menjadi manusia sungguh utama juga karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan samsara dengan jalan karma yang baik, demikian keistimewaan menjadi manusia itu.

Orang yang tidak berhasil melakukan dharmaartha dan kama serta moksa, sayang benar padanya tetapi tiada berguna hidup ini, orang yang demikaian dinamai orang yang hanya mementingkan memelihara badan wadagnya, yang kemudian dicaplok oleh maut. Dengan melatih Dhyana yoga, pranayama yoga, dharana yoga dan Samadhi yoga, ketenangan bhatin, ketentraman dalam hidup ini maupun di akhirat akan terwujud. Ada Ongkara sabda nama tempatnya di hati, itulah supaya ditahan kuat-kuat. Bila ia lenyap tak terdengar lagi waktu melaksanakan yoga, itulah siwatman namanya. Pada saat demikian Bhatara Siwa bebadan Sunya. Jika konsentrasi terpusat keberhasilan pengendalian indria dapat kita lakukan.

Suasana yang digambarkan diatas dalah suasana yang luar biasa tenangnya lepas dari rangsangan duniawi karena kemampuan pengendalian diri atau pikiran yang luar biasa pula.SetelahPratyahara, Dhyanapranayamadharanatarka, samadhidapat dilakukan barulah dijelaskan dalam kitab Wrhaspati tattwa etika dalam yoga. Namun berbeda dengan yang dijelaskan dalam yoga sutra Rsi Patanjali, etika dalam kitab Wrhaspati tattwa bukan disebut dengan Yama dan Nyama melainkan disebut dengan Dasa Sila atau sepuluh sifat kebijaksanaan. Susunan Yama dan Nyama dalam kitabWrhaspati tattwa terdapat dalam sloka 60 dan sloka 61 sebagai berikut:

Ahimsa brahmacayanca, Satyam avyaharikam,

Astainyamiti pancaite, Yama rudrena bhasitah

Artinya:
Ahimsa namanya tidak membunuh, brahmacari namanya tidak berhubungan seksual, Satya namanya tidak berbohong, avyaharikanamanya tidak berjual beli, tidak  berbuat dosa karena kepintarannya, Asteya namanya tidak mengambil milik orang lain bila tidak mendapat persetujuan kedua belah pihak. Demikianlah susunan Yama dalam kitabWrhaspati tattwa.

Akrodha gurususrusa, Sauca aharalagawan,
Apramadasca Pancaite, Niyama Parikertitah
Artinya :
Akrodha namanya tidak marah saja, gurususrusa namanya berbakti kepada guru, selalu melakukan japa, memebersihkan badan, aharalagawa namanya tidak makan berlebihan, Apramada namanya tidak lalai.

Demikianlah susunan Nyama dalam kitab Wrhaspati tattwa.

Mengendalikan pikiran dalam konteks yoga merupakan hal yang terpenting, yang dimaksud mengendalikan dalam konteks yoga berarti “amuter tutur pinahayu “ membalik kesadaran secara benar” menurut Mpu Kanwa, X:I . Artinya kesadaran yang tadinya cenderung mengarah keluar dan suka berada di luar diri adalah kesadaran yang cenderung terjebakkarena sering kali didasari pemikiran yang keliru. Oleh sebab itu kesadaran itu perlu dibalik. Maksudnya pikiran hendaknya berdasarkan atas pengetahuan yang benar, pikiran diarahkan kedalam diri, hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti disiplin yoga.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga