Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa


Panca Tan Matra dan Panca Maha Bhuta

Bila telinga ditutup, terdengar suara. Suara ini sangat halus dan disebut Sabda Tan Matra. Ada angin kencang, butir-butir angin itu terasa meresap pada kulit, itulah yang disebut dengan Sparsa Tan Matra. Ada yang disebut petang, setelah matahari terbenam, ada cahayanya berbekas, butir-butir cahaya  yang tampak itu, itulah yang disebut Rupa Tan Matra. Yang disebut Rasa Tan Matra adalah yang dimakan terasa manis atau pahit, adapun butir-butir rasa yang dirasakan itu tidak segera hilang ia berbekas pada lidah, ada sisanya yang tertinggal, itulah Rasa Tan Matra namanya. Gandha Tan Matra yaitu ada kayu cendana yang dibakar, butir-butir baunya yang dicium itulah yang disebut Gandha Tan Matra. Demikianlah yang disebut Panca Tan Matra.

Dari Panca Tan Matra lahir Panca Maha Bhuta yakni Ether (Akasa)lahir dari Sabda Tan Matra. Angin (Wayu) lahir dari Sparsa Tan Matra. Cahaya (Teja) lahir dari Gandha Tan MatraApah (air) lahir dari Rasa Tan MatraPrtiwi (tanah) lahir dari Gandha Tan Matra. Itulah yang disebut Panca Maha Bhuta. Berwujud nyata dapat dilihat dan dipegang. Demikianlah sifat seluruh tattwa-tattwa di atas menyusupi tattwa di bawahnya.

Sad Rasa dan Dasendriya

Adapun rasa itu enam jenisnya antara lain : Lawana, Amla, Katuka, Tikta, Kasaya, Madhura. Lawana artinya asin. Amla artinya asam. Katukaartinya pedas. Kasaya artinya sepet. Madhura artinya manis. Tikta artinya pahit. Demikianlah yang disebut Sad Rasa.

Srotendriya terletak pada telingga. Twagindrriya terletak pada kulit, menyebabkan atma merasakan panas dan dingin fungsinya. Caksurindriya terletak pada mata, menyebabkan atma melihat rupa dan warna fungsinya.Jihwendriya terletak pada lidah, menyebabkan atma dapat merasakan rasa yang enam fungsinya. Granendriya terletak pada hidung, menyebabkan atma dapat berfungsi mencium bau busuk dan harum. Wagindriya terletak pada tangan, menyebabbkan atma dapat mengambil atau memegang fungsinya.Padendriya terletak pada kaki, menyebabkan atma dapat bejalan fungsinya. Payuindriya terletak pada dubur, menyebabkan atma dapat berak, pletus fungsinya. Upasthendriya terletak pada venis dan vagina, menyebabkan atma dapat kencing dan mengeluarkan sukla dan swanita fungsinya. Demikianlah prihal dasendriya dalam badan.

 Badan itu diumpamakan hiasannya kereta. Perbuatan baik dan buruk ibarat dunia, yang berputar antara sorga dan neraka yang disebut cakraning gilingan (roda yang selalu berputar pada sumbunya). Atma ibarat lembu yang menarik kereta. Bhatara Iswara sebagai sais, menyuruh lembu itu menarik kereta, tidak mau ia tidak melaksanakan pertintah, karena itu pelayan yang seorang akan kepayahan.

Nadi dan Dasa Wayu

Ada sepuluh Nadi besar, seperti : Ida, Pinggala, Sumsumna, Gandhari, Hasti, Jihwa, Pusa, Alambusa, Kuhu, Sangkhini, itulah kesepuluh nadi besar itu. Dari kesepuluh ada tiga yang paling utama yaitu :  Ida adalah tenggorokan kanan. Pinggala adalah tenggorokan kiri. Sumsumna adalah tenggorokan tengah.

Semua Nadi itu sama-sama berisi Wayu (daya hidup), sepuluh banyaknya yaitu : Prana, Apana, Udana, Wyana, Naga, Kurma, Krkara, Dewadatta, Dhananjaya. Adapun penjelasan sebagai berikut:

Daya hidup yang disebut prana ada pada mulut dan hidung, fungsinya untuk bernafas, pada dada bawahnya, ia menggerakkan daya hidup (wayu) seluruhnya. Samana berada pada hati, fungsinya di sana mengolah sari-sari yang dimakan menjadi empedu. Udana berada pada ubun-ubun, fungsinya di sana adalah membuat berkedipnya mata dan berkerutnya dahi serta menumbuhkan rambut. Wyana ada pada seluruh persendian, fungsinya di sana menjadikan berjalan, melambat, memegang, menggerakkan semua persendian pada badan dan membuat lupa, marah dan usia tua. Nagafungsinya menyemburkan. Daya hidup Kurma membuat gemetar. SedangkanKrkara adalah daya hidup yang membuat besin, Dewadatta membuat menguap, Dhananjaya membuat suara. Inilah yang disebut dengan Dasa Wayu.

Apabila kita pengikatnya, itu sebabnya atma dengan damai mengembara ke dunia lain, mana yang disebut dengan dunia lain adalah Pancapada (lima dunia) yang mana merupakan stananya atma pada saat berwujud.

Ada yang disebut Jagrapada, Swapnapada, Susuptapada, Turyapada dan Turyantapada. Pada adalah dunia atau tempat berstananyaatma yang lima jumlahnya, karena itu disebut PancapadaJagrapada artinya terjadi, tiada terhingga keterjagaannya, saat demikian atma menjadi jelas terlihat dan dapat dirasakan. Adapun Swapnapada adalah tidak jelas bagaikan Maya (bayangan) yang ada dalam air, bila tenang airnya maka akan tampaklah bayangannya, bila bergolak airnya maka bayangannya itu tidak jelas dilihat. Demikian atma itu tidak akan jelas, karena segala pada (stana) sama dengan atma. Sang Taijasa namanya bila demikian.

Apabila dalam Susuptapada, tatkala tidur nyenyak, keadaan sepi itu, tidak berkesadaran, Nirwana, Nisprakamya, tak tampak dan tidak terpikirkan susuptapada itu. Demikianlah atma hilang kesadarannya bercampur dengan Acetana, tidak berkesadaran, lupa sebagai sifatnya.

Dasa Sila

Dasa Sila merupakan gabungan dari Panca Yama dan Niyama Brata. Bagian-bagian dari Dasa Sila meliputi :

  1. Ahimsa : artinya tidak menyakiti, tidak menyiksa, tidak melukai atau tidak mengambil nyawa makhluk apapun. Namun Himsa (menyakiti/pembunuh) itu boleh dilakukan untuk keperluanDharma, keperluan agama, bersedekah, untuk Dewapuja, Pitrapuja, Astithipuja ( untuk disuguhkan kepada tamu).
  2. Brahmacari : artinya bergerak di dalam ilmu pengetahuan suci Weda atau berkecimpung di dalam ajaran suci kerohanian.
  3. Satya : artinya benar setia atau jujur.
  4. Satya yang berarti benar setia atau jujur memegang peranan yang penting di dalam ajaran sastra kerohanian untuk mencapai kesempurnaan rohani kebahagiaan akhirat, penjelmaan yang baik dan kelepasan atau Moksa. Seseorang hendaknya satya dalam pikiran, perkataan, perbuatan serta jujur dan satya terhadap teman, terhadap janji.
  5. Awyawahara atau Awyawaharika : artinya peraturan hidup atau undang-undang. Seseorang hendaknya melakukan usaha-usaha yang selalu mengacu pada kedamaian dan ketulusan. Juga disebutkan Awyawahara berarti tidak terlibat atau terikat akan gelombang hidup sehari-hari atau pasang surut hidup keduniawian.
  6. Asteya artinya tidak mencuri atau berpantang terhadap perbuatan mencuri memperkosa hak milik orang lain. Mengambil hak milik orang lain, mencuri dan memaksa disebut steya atau staiya
  7. Akrodha : artinya tidak marah atau tidak dikuasai oleh kemarahan.
  8. Guru Susrusa : artinya mendengarkan atau menaruh perhatian terhadap ajaran-ajaran dan nasehat-nasehat Guru. Guru Susrusa itu bertalian erat dengan Guru Bhakti atau sujud terhadap Guru danAsewaka Guru yaitu mengabdi kepada Guru.
  9. Sauca : berarti kebersihan, kemurnian atau kesucian lahir bathin.
  10. Aharalaghawa : artinya makan serba ringan tidak semau-maunya saja. Oleh karena itu disarankan hendaknya orang-orang yang ingin mencapai kesempurnaan, harus berbadan sehat, karena sehat jasmanibisa mempengaruhi keadaan rohani. Makan yang melebihi batas kemampuan perut untuk mencernanya akan membawa penyakit.
  11. Apramada : artinya tidak bersifat ingkar atau mengabaikan kewajiban. Dapat pula diartikan taat tanpa ketakaburan mempelajari dan mengamalkan ajaran suci.

Dari bagian 1 sampai bagian 5 disebut dengan Panca Yamabrata sedangkan bagian 6 sampai 10 disebut dengan Panca Niyamabrata. Perlu ditambahakan bahwa orang harus mengabdikan hidupnya dalam melaksanakan Yoga Samadhi. Orang harus siap melaksanakan Sadhana. Sadhana artinya bersifat Yogi yang mempunyai pengaruh terhadap Dasa Sila. Dasa Sila menunjang yoga. Jika diperoleh pengetahuan yang tidak bersifat jasmaniah, tidak bersifat Maya Tattwa ini dinamakan Turyantapada. Maka ia dinamakan Jiwanmukta, mendapat pembebasan atau Moksa semasih hidup. Niskala telah dicapai melalui Samadhi, tetapi jasmaninya belum binasa karena ia menyadari bahwa  Karma Wasana belum binasa, maka ia memusnahkannya dengan api yoga. Dengan cara ini ia membersihkan kotoran. Jagrapada bertemu dengan Turyapada melahirkan Saptangga, Saptagni dan Saptamrta.

Tanah (Prthiwi), air (Apah), cahaya (Teja), udara (Wayu), ether(Akasa), akal (Budhi) dan pikiran (Manah) itulah yang disebut Saptangga.Yang disebut Saptagni. Adapun bagian-bagiannya yakni : Ghrata artinya alat penciuman, Rasayita artinya alat perasa enam jenis rasa. Drasta artinya alat penglihatan, Sprasta artinya yang digunakan merasakan sentuhan. Srota artinya alat pendengar. Manta artinya alat untuk berpikir. Bodha artinya alat untuk mengetahui. Itulah yang disebut Saptagni. Jenis-jenis Tattwa yang sepatutnya diketahui oleh Sang Yogiswara, sehingga dapat membakar kekotoran yang ada dalam badannya. Inilah yang disebut Saptamrta. Suara didengar, Sentuhan dirasakan, Bentuk dilihat, Rasa dikecap, Bau dicium, Gagasan dipertimbangkan dan Pengetahuan dipelajari. Inilah yang disebut Saptamrta. Usahakanlah semua itu, kesemuanya dan Karma Wasana itu diketahui oleh Sang Yogiswara.

Asta iswarya

Dalam Wrhaspati Tattwa dinyatakan apabila sang Yogiswara telah telah mantap dalam yoga, dalam artian Karma Wasana-nya telah terbakar musnah oleh Siwagni, konsentrasinya menjadi kokoh dan kuat. Tuhan selalu ada dalam dirinya. Karena itu ia dikatakan Cintamani (segala yang ia inginkan terpenuhi). Sebagai manifestasinya ia mendapat delapan Aiswarya. Yang meliputi Anima, Laghima, Mahima, Prapti, Prakamya, Isitwa, Wasitwa, Yatrakamawasayitwa. Dalam tataran ini, sang Yogiswara telah memiliki kekuatan sama dengan Tuhan/Iswara.

  1. Anima. Badan seperti yang diinginkan, meninggalkan wujud kasanya, dan menjadi sangat halus dan disebut dengan Anima. Badan kasarnya berubah menjadi sangat halus. Halus artinya bahwa ia mampu datang dan pergi tanpa diketahui oleh orang yang tak berpengetahuan, seperti anak kecil masuk dalam air. Begitu pula seorang Yogiswara masuk dan keluar dari tanah. Tiada yang menghalangi dalam geraknya. Yang mempu menembus gunung atau batu besar. Tak ada yang tertingga. Badannya lenyap begitu saja. Inilah yang disebut Anima.
  2. Lagima. Badan yang dahulu berat tiba-tiba menjadi sangat ringan seperti kapas. Oleh karena itu Yogiswara melakukan apa yang dikehendaki.semua mungkin baginya, apakah  pergi kesurga atau ketujuh alam atau ketujuh Bhuwana. Juga mungkin berkeliling dalam jagat raya ini. Ia mempunyai kekuatan untuk pergi kemanapun ia suka. Itulah yang disebut dengan Lagima (sangat ringan).
  3. Mahima. Kemana saja ia bisa pergi sesuka hatinya, disana ia bisa tinggal sesuka hatinya. dan karena dimana-mana ia dihormati ia dinamakan Mahima. Ia berkeliling diberbagai tempat. Di tempat itu ia disambut, dihormati, dan diberi segala yang menyenangkan, makanan dan hadiah. Itulah yang dinamakan Mahima.
  4. Prapti. Segala yang diinginkan oleh Yogiswara ia dapatkan tanpa mencari ataupun meminta. Apa saja yang diinginkan bahkan sejumlah besar karma wasana ia berhasil mendapatkan untuk kebahagiaannya. Bila ia mendapat kebahagiaan itu untuk segera menghentikan Karma Phala, ia merubah dirinya menjadi Sahasradeha yaitu mempunyai seribu badan untuk menikmati surga. Ia menikmati segala-galanya seperti wanita cantik yang ada disana, Bhoga, Upabhoga dan Paribhoga. Bila telah selesai menikmati semuanya ia merasa puas, ia pun tidak memikul beban Karma Phala, itulah Prapti.
  5. Prakamya. Jika wujud itu diciptakan oleh dirinya sendiri, juga dicapai oleh dirinya sendiri, maka wujud yang diciptakan sekehendak hatinya itu dinamakan prakamyaYathetccha Yogiswara yaitu wujud apa saja yang diinginkan, apakah Tuhan, manusia, atau binatang, wujud itu diberikan kepadanya dan berfungsi sebagai wadahnya. Itulah Prakamya.
  6. Isitwa. Bila ia pergi ke surga untuk menyenangkan hatinya, ia mempunyai kekuasaaan untuk menundukkan Brahma, Wisnu, Indra, dan Surya di surga juga para Dewa, karena Tuhan ada dalam Yogiswara. Karena itu Yogiswara mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan semua Dewa. Itulah Isitwa.
  7. Wasitwa.  Ia mempunyai kekuasaan untuk memberi perintah kepada para Dewa jika mereka tidak para Dewa tidak patuh Sang Yogiswara memiliki kekuasaan untuk menyerang mereka. Karena sebenarnya sang yogiswara pemilik seluruh jagat raya ini. Itulah Wasitwa.
  8. Yatrakarmawasayitwa adalah keinginan untuk mempunyai wujud sedemikian rupa sehingga dapat menghukumpara Dewa, manusia, dan binatang, bila ia melanggar perintahnya. Itulah Yatrakarmawasayitwa.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga