Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa


Wrhaspati Tattwa vs Samkhya tentang Purusa dan Prakerti

Saṁkhya berasal dari dua kata yaitu Sam yang berarti bersama-sama dan Khya yang berarti bilangan. Jadi Saṁkhya berarti susunan yang berukuran bilangan. Kata Saṁkhya juga berarti pengetahuan yang sempurna. Menurut Saṁkhya pribadi yang tampak bukanlah pribadi yang sebenarnya melainkan khayalan, pribadi yang sesungguhnya adalah puruṣa atau jiva itu sendiri.

Saṁkhya menekankan pada unsur dualitas sebagai awal terjadinya alam semesta yakni puruṣa dan prakerti. Puruṣa ialah asas rohani, dan prakerti ialah asas kebendaan atau jasmani. Keduanya tanpa awal (anadi) dan tanpa akhir (ananta). Puruṣa adalah jiwa-jiwa yang jumlahnya banyak, sedangkan prakerti adalah unsur materi yang tidak berbentuk, jumlahnya tidak terkira dan berputar dalam kegelapan. Prakerti mendapat bentuk tertentu setelah bercampur dengan puruṣa. Dalam kehidupan keduanya tidak dapat dibedakan dan dipisahkan. Jika puruṣa dan prakerti terpisah, maka kehidupan akan berakhir dan kelahiran baru akan mulai.

Prakerti hanya bergantung pada aktivitas dari unsur pokok guna-nya sendiri (sifat metafisika). Prakerti merupakan ketiadaan kecerdasan, seperti seutas tali yang terdiri dari tiga bagian pintalan yang terbentuk dari tri guna. Ajaran Saṁkhya menjelaskan bahwa asas prakerti merupakan pantulan dari yang maha kuasa.

Konsep puruṣa dan Pradhāna sangat melekat dengan ajaran Saṁkhya karena prakerti merupakan refleksi dari puruṣa. Saṁkhya menjelaskan bahwa guna bukanlah kualitas, melainkan unsur materi Prakerti, seperti;

  1. Sattwa adalah unsur materi yang mempunyai sifat terang dan menerangi,
  2. Rajas adalah unsur materi yang menjadi sumber aktivitas dan perluasan, dan
  3. Tamas adalah unsur yang bersifat menentang segala aktivitas, sehingga menimbulkan segala keadaan yang apatis, kemalasan dan ketidak-tahuan.

Wrhaspati Tattwa memandang bahwa puruṣa adalah Jiva yang merupakan perwujudan pertama dari asas yang disebut Atma (Atmika). Sebaliknya, pradhāna adalah benih alam semesta yang merupakan perwujudan pertama dari asas Māyā. Seperti yang dijelaskan dalam Upanisad, Māyā juga diartikan prakerti, asas objektif yang digunakan oleh kepribadian Tuhan untuk mencipta. Jadi, Puruṣa dan Pradhāna adalah esensi yang telah terwujud dari Ātma yang disebut turu, sedangkan wujud Māyā disebut Pradhāna. Di samping itu, keduanya bersumber dari dua esensi purba, Śiwa-Māyā. Dua asas tattwa membentuk ajaran Saṁkhya.

Tetapi, konsep Puruṣa dan Prakerti dalam ajaran Saṁkhya sangat berbeda dengan konsep Wrhaspati Tattwa.

Saṁkhya memandang Puruṣa sebagai entitas yang bersifat spiritual (cit, citi, cetana, caintanya) yang berarti tidak memiliki pengetahuan, tidak kreatif, tidak berkembang tidak berjumlah, tidak kekal dan tidak bersifat.

Wrhaspati Tattwa memandang Puruṣa adalah jiwa yang berkembang aktif sebagai perwujudan kesadaran Śiwa yang menyusup menguntai pada Māyā. Sementara Saṁkhya memandang Prakerti atau Pradhāna adalah asas materi sebagai penyebab utama dari segala ciptaan yang berubah-ubah. Sementara itu, Wrhaspati Tattwa memandang Pradhāna adalah efek aktif dari mulainya kesadaran Śiwa yang telah menyusupi dan menguntai. Karena itu, kesadaran Śiwa perlu dikembangkan sebagai wadah dari segala ciptaan-Nya.

Menurut ajaran Saṁkhya, buddhi disebut juga mahat. Buddhi adalah asas kejiwaan, sedangkan mahat disebut asas intelek kosmis. Mahat artinya agung. Pertemuan antara puruṣa dengan Prakerti melahirkan Mahat yang merupakan benih alam semesta biasanya disebut dengan Buddhi. Buddhi dalam pengertian Saṁkhya adalah asas kebajikan, pengetahuan dan tidak bernafsu. Selanjutnya Mahat dikontekskan pada asas kosmis sedangkan Buddhi sebagai kejiwaan, yakni zat yang sangat halus dari segala proses percakapan mental untuk dijadikan pertimbangan. Buddhi adalah zat halus dari segala proses mental dan unsur percakapan yang berbeda. Buddhi berfungsi sebagai pertimbangan dan memutuskan dari segala yang diajukan oleh alat persepsi. Buddhi juga memiliki unsur kejiwaan yang tertinggi, sebagai instansi terakhir dari segala macam perbuatan moral dan intelektual.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga