Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa


Ajaran Siwa Siddhanta dalam Wrhaspati Tattwa

Ajaran Siva Siddhanta di Bali sebagai sebuah kristalisasi dari semuapaksa yang pernah berkembang di Bali memiliki sumber-sumber ajaran salah satu sumber ajarannya adalah Wrhaspati TatwaWrhaspati Tattwa sebagai pustaka suci tradisional Bali memiliki nilai-nilai suci yang sarat dengan religius ajaran siwa (siwaistik)Siwaistik adalah sebuah personifikasi azas yang disebut Siwa-SaktiSiwa adalah simbol Purusa atau Iswara atau disimbolkan dengan kiblat Timur warna putih. Sakti  adalah simbol Prakerti yang disimbolkan juga sebagai kiblat utara warna hitam. Siwa-sakti inilah pasangan dewata yang paling dimuliakan oleh penganut paham Siwa .

 Dari pemaparan diatas terkait dengan ajaran-ajaran inti Siva Siddhanta yang terkandung dalam Wrhaspati Tattwa, secara garis besar dapat penulis kaji nilai-nilai ajarannya sebagai berikut :

Wrhaspati Tattwa menyebutkan bahwa ada dua elemen tertinggi yang menjadi sumber adanya segala sesuatu yakni Cetana dan Acetana. Cetanamerupakan unsur kesadaran (consciousnees) yang terdiri atas Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa dan Siwa Tattwa dan acetana merupakan unsur ketidaksadaran (unconsciousnees). Cetana Telu yakni tiga tingkat kesadaran.Paramasiwa memiliki tingkat kesadaran tertinggi, Sadasiwa menengah dan Siwatma terendah. Tinggi rendahnya tingkat kesadaran tergantung pada frekuensi pengaruh Maya.

Lebih lanjut, bahwa dari sudut pandang filsafat dengan banyak sedikitnya pengaruh Maya terhadap Cetana maka ia digolongkan menjadi tiga wujud Tri Purusha yaitu : (1) Parama Siwa atau Tuhan dalam keadaan Nirguna Brahman; (2) Sada Siwa atau Saguna Brahman;  (3) Siwatma Tuhan dalam keadaan Maya yang menjadi jiwa semua mahkluk. Perbedaan wujud seperti diatas bukanlah mengandung arti Polytheis karena pokok atau sumbernya tetaplah satu. Namun digolongkan menjadi tiga wujud yang didasarkan atas sifat, fungsi, dan aktifitas tertentu sebagai akibat adanya pengaruh Maya.

Analogi dari Tri Purusa bisa dicontohkan seperti seseorang yang mengajar mata kuliah Siwa Siddhanta, ketika mengajar di kampus maka orang tersebut disebut dosen, jika orang tersebut pulang ke rumah maka ia menjadi suami bagi istrinya, dan ayah bagi anaknya, jika orang itu berbaur dengan warga lainnya disebut anggota masyarakat, jika sedang bertani di sawah disebut petani. Dari semua sebutan nama tadi sebenarnya orangnya adalah satu tetapi karena pekerjaannya banyak, maka orang tersebut mempunyai banyak nama sesuai dengan pekerjaan, sifat, tempat dan tanggung jawabnya. Demikian juga Tuhan yang memiliki tiga fungsi yang pada dasarnya Tuhan hanya satu.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga