Sadangga Yoga dalam Wrhaspati Tattwa


Transformasi Prakerti Menurut Wrhaspati Tattwa

Menurut teks Wrhaspati Tattwa, tahap transformasi prakerti yang pertama adalah adanya penampakan sifat-sifat tertentu daripada benih maya atau acetana. Melalui sifat-sifat tersebut unsur acetana atau maya memunculkan ahangkara, setelah itu memunculkan buddhi.

Hal tersebut menandakan bahwa sifat dari maya dapat digolongkan menjadi lima macam yang disebut dengan “Panca Tan Matra” yaitu: “lima benih yang belum berukuran”. Panca Tan Matra dikatakan demikian karena tidak dapat diukur secara kasat mata, kendatipun harus menggunakan alat-alat teknik modern, sebab amat terlalu kecil dan masih jauh lebih kecil daripada atom. 

Ātma yang serba Maha menyerupai asalnya, setelah mendapatkan Pradhāna menjadi kehilangan status asalnya. Oleh sebab itu, ia juga disebut dengan kesadaran yang tertutupi. Wrhaspati Tattwa menyebutkan bahwa Ātma yang termangu-mangu ini jumlahnya sangat banyak memenuhi perwujudan Māyā yang menjadi badan wadagnya. Ātma tersebut kemudian berkembang dari satu menjadi banyak, Ātma tunggal apah aparo.

Hubungan antara Ātma dengan perwujudan asas Māyā diandaikan seperti hubungn antara anak tawon dengan sarangnya. Perkembangannya sejalan. Seberapa banyak Atma sejumlah itu juga Māyā menyediakan wadah. Atma ini keadaannya seperti anak tawon yang kepalanya menghadap ke bawah yang menempati ruang-ruang bersekat berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Karena kepalanya menghadap ke bawah, maka mereka hanya mempunyai kecenderungan melihat dan ingin menikmati apa yang ada di bawahnya. Akibatnya, Atma menjadi ātma yang malang.

Tahapan transformasi prakerti selanjutnya adalah pertemuan antara Guna dengan Citta. Menurut teks Wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa triguna yang digerakan oleh kriya sakti  maka akan terlahir menjadi triguna tattwa, dan dari ketiga guna kemudian melahirkan buddhi. Pertemuan antara Puruṣa dan Pradhāna memunculkan citta dan guṇa. Citta artinya pikiran, maksud; hati, budi, sedangkan guṇa berarti sehelai benang dari tali; bagian, jenis, macam, kualitas, sifat, milik; unsur pokok prakerti. Selengkapnya dikutip teks Wrhaspati Tattwa sebagai berikut. 

Inulahakĕn Pwekang Pradhāna Tattwa Dening Kriyaśakti Bhaṭāra, An Panak Triguṇa Tattwa Ngaranya, Satwa, Rajah, Tamah.
Artinya :
Dia adalah asas yang disebut Pradhāna itu dengan daya kerjanya Bhaṭāra, maka membentuk anak triguṇa: Sattwa, Rajah, dan Tamah.
Wrhaspati Tattwa (14) 

ikang citta mahangan māwas yeka sattwa ngaranya, ikang madrĕs molah, yeka rajah ngaranya, ikang abwat pĕtĕng, yeka tamah ngaran.
Artinya :
Pikiran yang ringan dan memiliki pengendalian diri itulah yang disebut sattwa. (Pikiran) yang cepat bergerak itulah yang disebut rajah. (Pikiran) yang berat dan penuh kegelapan itulah yang disebut tamas.
Wrhaspati Tattwa (15)

Menurut teks di atas, dapat dipahami bahwa Bhaṭāra Mahulun dengan daya shakti-nya mengolah jiwa dan asas materi menjadi tattwa yang lebih kasar yaitu citta dan guṇa. Ada tiga macam guṇa: sattwam, rajas dan tamas. Setiap sifat guna tersebut memiliki karakter berbeda-beda yakni; guna sattwa memiliki sifat ringan dan mewaspadai diri, guna rajas memiliki sifat aktif, dan guna tamas sifat pasif. Triguna tersebutlah yang dijadikan sifat oleh citta sehingga ada yang disebut citta sattwa, citta rajas, dan citta tamas.

Pada tahap transformasi selanjutnya akan terciptanya buddhi. Buddhi merupakan perwujudan yang dilahirkan melalui penggabungan bentuk citta dan guna. Dikatakan bahwa citta terpengaruh oleh guṇa sehingga membentuk kekuatan yang disebut buddhi. Secara falsafah, buddhi memiliki arti sebagai kekuatan pembentuk dan penyiapan buah pikiran dalam menciptakan perasaan atau pemahaman terhadap watak dan pembawaan yang dihendaki.

Menurut Wrhaspati Tattwa, buddhi muncul dari Triguna Tattwa dan ada empat macam Buddhi yakni: Dharma, Jnana, Vairagya, Aisvarya Budhi dan lawannya adalah Adharma, Ajnana, Avairagya dan Anaisvarya.
Transformasi selanjutnya melahirkan Ahangkara. Menurut Wrhaspati Tattwa dapat dijelaskan sebagai berikut. 

Sangka ring buddhi mĕtu tang ahangkāra, tĕlu prakāranya, lwirnya, sātwika, rajasa, tamasa, nahan bhedanya, si waikṛta yeka sātwika, si taijasa yeka rajah, si bhūtādi yeka tamah.
Artinya :
Dari buddhi muncullah ahangkāra. Tiga jenisnya, yaitu sātwika, rajasa dan tamasa. Demikian perbedaannya. Si Waikṛta itu adalah sātwika, Si Taijasa itu adalah rajas, Si Bhūtādi itu adalah tamas.
Wrhaspati Tattwa (33)

Menurut teks di atas dapat diketahui bahwa ahangkāra lahir dari buddhi yang berkembang menjadi rasa keangkuhan (ego). Tahap triguṇa yang semula adalah unsur materi yang terang, aktif, dan pasif kini semakin menampakkan diri sebagai yang berpribadi, seperti si waikra, si taijasa, dan si bhūtādi. Tiga hal tersebut, dinyatakan sebagai pribadi yang melakukan aktivitas. Sementara itu, evolusi Prakerti berlanjut ke tahap munculnya Ekadasendriya. Aktivitas si waikreta dengan bantuan si taijasa memunculkan ekadasendrya yakni; manah, panca buddhindriya dan panca karmendriya. Sedangkan si bhutadi juga dengan bantuan si taijasa beraktivitas memunculkan panca tanmatra. Masing-masing diuraikan dalam teks sebagai berikut.

Sangka ring ahangkara siwaikrta metu tang manah lawan dasendrya, lwirnya, srotra, twak, caksuh, jihwa, ghrana, wak, pani, pada, payu, upastha, sangka ring ahangkara si bhutadi metu panca tan matra, ikang ahangkara si taijasa, yeka umilu metwaken karya nikang ahangkara si waikrta lawan si bhutadi, apan swabhawa ngulahaken, aparan sinangguh panca tan matra ngaranya, linganta, nihan nyang sabda, sparsa, rupa, rasa gandha.
Artinya :
Dari ahangkara si waikrta muncullah manah dan dasendrya, yaitu srotra, twak, caksuh, jihwa, ghrana, wak, pani, pada, payu, dan upastha. Dari ahankara si bhurtadi muncullah panca tanmatra. Sebaliknya ahangkara si taijasa, yaitu ikut memunculkan hasil karya si waikrta dan si bhutadi sebab memang sifatnya mengaktifkan. Apa yang disebut panca tanmatra itu, barangkali demikian pertanyaanmu. Inilah sabda, sparsa, rupa, rasa, dan gandha.
Wrhaspati Tattwa 33

Tahap transformasi prakerti selanjutnya adalah sudah memasuki ke asas yang kasar, yakni Panca Mahabhuta yang sudah dapat dikenali oleh panca indra. Menurut Wrhaspati Tattwa, Panca Mahabhuta merupakan lima unsur kasar muncul dari Panca Tanmatra.

Teks Wrhaspati Tattwa menguraikan tentang penciptaan alam semesta yang berujung pada transformasi prakerti menjadi asas benda yang dapat dikenali oleh panca indra yakni Panca Mahabhuta.

Wrhaspati Tattwa juga menggambarkan lapisan dunia yang bagaikan sarang tawon yang berlapis, bertingkat yang ditempati oleh anak tawon. Asas Panca Mahabhuta juga sama dengan analogi tersebut, bahwa segala di dunia terlahir oleh proses yang evolusif. Tahapan transformasi tersebut bermula dari proses materi kosmis yang tak kasat mata hingga menjadi asas material (Panca Mahabhuta). Dengan demikian, proses tersebut merupakan inti dari pembentukan dunia beserta isinya.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga