Tutur Gong Besi, Pinugrahan dari Bhatara Dalem


Perwatakan dalam Tutur Gong Besi (Wariga Cina)

Perwatakan Sesuai Panca Gati

itu hendaknya dihitung naik turunnya yaitu:

  • U (Umanis) = Sang Sri Gati
  • Pa (Pahing) = Sang Asu Ajag
  • Pwa ( Pwon) = Sang Empas
  • Wa (Wage) = Sang Gumarang
  • Ka (Kliwon) = Sang Kutila

Itu hendaknya dihitung naik turunnya.

  1. Kalau U (Umanis) lahirnya bayi, Sri Gati di bawah, wataknya, hatinya selalu belas kasihan, sayangnya sangat besar, baik menanam padi, kelapa, subur. Kalau ingkel Sato, jangan berlaku meminjam, membuat dagangan baik. Kalau naik Sang Sri Gati, lahirnya bayi, wataknya, selalu membicarakan pemberiannya.
  2. Kalau Pa (Pahing), lahirnya bayi, Sang Asu Ajag di bawah, watanya, selalu membuat jijiknya pikiran, itu sebabnya ditakuti oleh sesamanya. Kalau membuat gambelan baik. Kalau naik sang Asu ajag, lahirlah bayi, selalu dikerjai oleh orang lain. Jangan menanam padi, buruk dimakan hama.
  3. Kalau Pwa (Pwon), lahirnnya bayi, turun Sang Empas di bawah, wataknya, Sato pada bodri, kalau mulai menutup gambelan baik. Kalau naik Sang Empas, watabnya, senang mengadu, memmbuat dosanya teman. Tidak boleh berccocok tanam, buruk, kemungkinan tumbang dan dimakan hama.
  4. Kalau Wa (wage), lahirnya bayi, turun Sang Gumarang di bawah, wataknya,, senang merusak yang diajak berbuat baik, membuat rumah jaksa baik. Kalau naik Sang Gumarang, wataknya, ditakuti oleh sesamnya, dan disayangi oleh keluarganya. Jangan bercocok tanam, buruk dirusak oleh bintang.
  5. Kalau pada Ka (Kliwon), lahirnya bayi, turun Sang Kutila di bawah, wataknya, doyan berbuat curang, dan berbuat daya upaya, bebbuat dosa pada orang lain, tetapi dia pandai, tahu dengan segala kerja. Kalau naik Sang Kutila di atas, wataknya, senang menyesali hati orang lain. Kalau menanam padi direbut oleh binatang hama tikus. Selesai

Kalau menuju Wisesa Sagara, lahirnya bayi, wataknya, besar wibawanya, panjang pikirannya, tahu dengan kata-kata, mengetahui tentang yang buruk dan yang baik. Kalau menuju Satriya Wibhhawa, lahirnya, wataknya, baik segala yang ditepati, mendapatkan kedudukan/pangkat, tidak menderita ia.

Kalau menuju Sumur Sinabha, lahirnya, wataknya, tahu dengan tempat yang dicari, dipakai tempat berguru. Kalau menuju Satriya Wirang lahirnya, wataknya, segala yang titempati mendapatkan malu dan kemarahan. Kalau mendapatakan malu dan kemarahan, mohon maaf diutamankan, supaya tidak tertimpa malu dan kemarahan. Kalau menuju Bhumi Kapetak, lahirnya, wataknya, pikirannya kuat dan suci, tahu dengan segala kerja, dan kuat menghadapi lawannya. Kalau malas tidak kuasa menahan lapar, itulah sebagai sebab akan melarat. Kalau menuju Lebhu Katiup Angin, lahirnya, wataknya, nista dan miskin sangat lama sengsara, kurang makan dan pakaian, segala keinginannya tidak terlaksanakan, hidup terlunta-lunta ke luar desa.

 

Perwatakan Sesuai Sad Wara
  • Kalau Tungleh, lahirnya, artinya, Ingkel Daun, wataknya, ingkar pada janji, baiknya dalam pemikirannya. Jangan menanam yang menghasilkan daun. 
  • Kalau pada Aryang, lahirnya, artinya, Ingkel Wong, wataknya, sering lupa, kalau membuat racun sangat berkhasiat, janganlah bercocok tanam, dan juga menjadi tukang rumah, sangat buruk. 
  • Kalau pada Wurukung, lahirnta, artinya, wataknya, Ingkel Sato, ceroboh kurang hati-hati, keberhasilannya berburu, berpikat, memasng jaring, janganlah berkeinginan merabas hutan. 
  • Kalau Paniron, lahirnya, artinya, Ingkal Paksi, wataknya, takabur banyak bicaranya, menangkap segala burung, dan menembak burung, jangan membuat sangkar. 
  • Kalau pada Was, lahirnya, artinya, Ingkal Mina, wataknya, iri hati, keberhasilannya membuat jarring, pancar, krakad, jangan membuat telaga, bendungan sangat buruk.
Perwatakan Sesuai Asta Wara
  1. Kalau pada Sri lahirnya, wataknya senantiasa welas asih, besar kasih sayangnya, jangan menanam padi, kelapa. 
  2. Kalau pada Indra lahirnya, wataknya cerewet angkuh dan teguh pada pendapat sendiri, keberhasilannya mempelajari segala ilmu, cepat bisa.
  3. Kalau pada Guru lahirnya, wataknya doyan mencoba untuk mendapatakan hasil, sangat cerewet, keberhasilannya memasang tombak, pasti berhasil. 
  4. Kalau pada Yama, lahirnya, wataknya banyak pertimbangan, manis pandangannya, keberhasilannya berdagang. 
  5. Kalau pada Rudra lahirnya, wataknya pikiran baik, doyan mempercayai kata-kata orang lain, keberhasilannya membuat sumur dan membuat parit. 
  6. Kalau Brahma lahirnya, wataknya miskin tidak ada kesentosaan, mengaku-aku, keberhasilannya merabas hutan yang lebat, membajak baik. 
  7. Kalau pada Kala lahirnya, wataknya dengki, serakah, suka mengadu, keberhasilannya membuat rancanngan peraturan (awig-awig).
  8. Kalau pada Uma lahirnya, wataknya sangat kasihan, sering mendapatkan kesusahan, tetapi jahil, keberhasilannya membuat batas, teras sering dan pagar.
Perwatakan Sesuai Sangha Wara
  • Kalau kelahirannya jatuh pada Dangu, artinya batu, wataknya, manis, halus, gagah, jahil, keberhasilannya membuat pagar, dan pintu, jebag. 
  • Kalau kelahirannya jatuh pada Gigis, artinya tanah, wataknya, sangat kuat, keberhasilannya, segala yang ditinggalkannya pasti akan datang. 
  • Kalau kelahirannya jatuh pada Ogan, artinya ulat bulu, wataknya, rajin dan ulet, keberhasilannya membuat segala perkakas perang.
  • Kalau kelahirannya jatuh pada Herangan, artinya matahari, wataknya, rajin, senantiasa berdoa, keberhasilannya menjadi pegawai, tukang bicara. 
  • Kalau kelahirannya jatuh pada Urungan, artinya api, wataknya, selalu marah, keberhasilannya membajak, bercocok tanam di sawah. 
  • Kalau kelahirannya pada Tulus, artinya air, wataknya, banyak keinginanya, dan cepat berhasil, keberhasilannya membuat sumur, parit, telaga. 
  • Kalau kelahirannya pada Dadi, yang artinya kayu, wataknya, tidak mau ketinggalan, keberhasilannya segala bercocok tanam.
Perwatakan Sesuai Wuku
  • Kalau pada Wuku Sinta lahirnya, seperti raja orang bertapa brata, wataknya memperhatinkan, banyak angkuhnya, membersihkan diri dengan Mewinten.
  • Kalau pada Wuku landep lahirnya, seperti cayaha matahari wataknya, hatinya selalu terang, baik ingatannya, tetapi beraneka ragam, demikian pula pengetahuannya, tahu memikat hati orang lain.
  • Kalau pada Wuku Ukir lahirnya, seperti gunung dilihat dari jauh, wataknya, baik kellihatnnya, kalau didekati kelihatan buruknya, dan selalu bingung dalam hatinya, gampang di luar dan sukar di dalam, tetapi murah hati, tahu kasih sayang, pintar dengan sekala kerja, pandai bernyanyi dan mengarang.
  • Kalau pada Wuku Kulantir lahirnya, seperti buah-buahan wataknya, sekejap suka sekejap duka, yaitu suka duka silih berganti.
  • Kalau pada Wuku Tolu lahirnya, seperti sinar api wataknya, cerewet dan angkuh, tetapi tidak menerus, takabur senang dipuji, suka berbohong, tetapi banyak orang yang senang memperhatikan dia.
  • Kalau pada Wuku Gumbreg lahirnya, seperti huru hara gemuruh di dunia wataknya, banyak bicaranya dan banyak kecakapannya, suci bersih pikirannya, tetapi tidak memperhatikan keluarga, karena kepandaiannya membuat takabur.
  • Kalau pada Wuku Warigalit lahirnya, seperti kayu meranggas wataknya, segala yang ditempatinya berhasil, tetapi cacatnya tidak langgeng.
  • Kalau pada Wuku Warigadyan lahirnya, seperti getaran gempa wataknya, dungu tidak dinasehati, dan dalam hatinya selalu bohong.
  • Kalau pada Wuku Juluwangi lahirnya, seperti bunga yang sedang merekah wataknya, manis kata-katanya, tahu dengan segala kerja, tahu berbuat kebaikan, tetapi mempunyai sifat bosan, selalu menghadapi ketidakbaikan.
  • Kalau pada Wuku Sumsang lahirnya, seperti merahnya kembang sepatu wataknya, selalu marah, tetapi dapat dicegah.
  • Kalau pada Wuku Dungulan lahirnya, seperti burung di udara, wataknya, selalu mendapat hasil, prilakunya selalu menunduk, selalu mengikuti tata tertib, suka berdusta.
  • Kalau pada Wuku Kuningan lahirnnya, seperti air terjun wataknya, banyak kata-katanya yang bukan-bukan dan ingkar, kalau diselidiki tidak terbukti.
  • Kalau pada Wuku Langkir lahirnya, seperti suara angina di pegunungan wataknya, segala kata-katanya membuat hati jengkel, tetapi tidak lanjut.
  • Kalau Wuku Medangsya lahirnya, seperti batu yang datar bertempat di ketinggian wataknya, besar dan tinggi, kalau dia marah tidak ada yang dapat menghalangi.
  • Kalau pada Wuku Pujut lahirnya, seperti perahu di laut wataknya, segala yang ada dapat dilihat/diperhatikannya, lagi tiada kurang hasilnya.
  • Kalau pada Wuku Pahang lahirnnya, seperti pulau yang dilihat dari jauh, habis barang-barangnya, wataknya selalu ditimpa keprihatinan, susah di dalam hati, tetapi diluar telihat senang.
  • Kalau pada Wuku Klurut lahirnya, seperti banjir besar wataknya, keras dan pedas kata-katanya, lagi pula kerjanya tidak pernah berhasil.
  • Kalau pada Wuku Merakih lahirnya, seperti bunga yang tidak dipagari, wataknya selalu angker dan bengis, kikir, halus rapi manis, pedas kata-katanya kalau diucapakan menyebabkan sasar, suka membuat dosa orang lain.
  • Kalau pada Wuku Tambir lahirnya, seperti gajah yang masuk ke dalam persembunyiannya wataknya, besar wibawanya, tetapi besar amarahnya, tetapi banyak orang yang memperhatikannya.
  • Kalau pada Wuku  Mendakungan lahirnya, seperti bunga perkutut yang berada di gunung wataknya, memamerkan tapa bratanya, akhirnya menjumpai kesengsaraan, pikirannya selalu dipengaruhi noda dan malas, kurang kebenaran.
  • Kalau pada Wuku Matal lahirnya, seperti gunung yang jatuh dari langit wataknya, kata-katanya menyakiti sesamanya, tetapi pada akhirnya hati dan perasaannya menjadi baik.
  • Kalau pada Wuku Uye lahirnya, seperti suaranya sinapang, sernging, dikenlai dari asapnya, berkumpul jadi satu, wataknya, sedikit kesusahannya selalu dibesar-besarkannya/dibicarakan, kesusahannya tiada bisa seperti harapannya.
  • Kalau pada Wuku Menail lahirnya, seperti awan yang berdampingan dengan bintang wataknya, malas kurang bekerja, pikirannya tamak.
  • Kalau pada Wuku Prangbakat lairnya, kelihatan seperti besi berani, berani wataknya, sangat malu-malu, banyak pengetahuannya, pikiran dan perasaannya kalem atau tenang dan terampil.
  • Kalau pada Wuku Bala lahirnya, seperti hujan tidak pada musimnya, tidak bisa atau tidak mau dinasehati wataknya, sering salah sasaran, mencari sesuatu mendapat halangan, sampai akhirnya bertambah mendapat kesesatan. Tidak dapat ditangguhkan, golongan sering salah pantaran, bahayanya mencari kala, sampai bertambah parah.
  • Kalau pada Wuku Ugu lahirmya, seperti kosong, golongan orang yang suka mengharapkan suatu yang sulit, besar hati, pandangannya luas.
  • Kalau pada Wuku Wayang lahirnya, dapat menghilangkan hatinya yang bingung, hatinya suci bersih, kemudian ia akan menjadi kaya, sejahtera, budinya menawan.
  • Bila lahir pada Wuku Kalawu seperti tumbuhan melata tumbuh di kandang, golongan miskin pada masa mudanya, pada kahirnya ia menjadi kaya.
  • Bila Pada Wuku Dukut kelahirannya, pandangan matanya indah, golongan orang yang dikasihi oleh raja, tampan rupanya, keburukannya tidak punya rasa malu.
  • Bila lahirnya pada Wuku Watugunung seperti binatang tertutup, pada waktu terang bulan, golongan orang yang berhati dan berbudi terang, mengerti segala pekerjaan dan pantas.

Berikut adalah penjelasn tentang Uku:

  1. Sinta, matinya manusia, cerdik pandai
  2. Landep, matinya ikan.
  3. Ukir, tusunya bintang hutan.
  4. Kulantir, matinya burning gagak.
  5. Tolu, didatangi oleh semua Uku.
  6. Gumbreg, matinya pohinn.
  7. Wariga, matinya orang.
  8. Warigadean, matinya ikan paus.
  9. Julungwangi, lumpuhnya banteng.
  10. Sungsang, matinya bangsa burung.
  11. Dungulan, gugurnya bamboo.
  12. Kuningan, segala yang berdaun, lurah brindil, baik untuk menanam kayu.
  13. Langkir, sapi galak.
  14. Medangisa, ikan tidak mendapat air.
  15. Pujut, keturunan sapi gumarang, banyak penyakit.
  16. Pahang, banyak burung tertangkap.
  17. Krulut, hama bagi kapas.
  18. Mrakih, rusaknya barang-barang
  19. Tambir, badan keletihan.
  20. Medakungan, matinya ular.
  21. Matal, harimau lapar.
  22. Uye , burung berpasangan.
  23. Menail , bijinya terbanting dan pecah.
  24. Prangbakat, beringin hancur di hutan besar.
  25. Bala, Sang pendeta mengurangi kenikmatannya.
  26. Ugu, ikan hiu bertarung samapai mati.
  27. Wayang, seperti jalannya cahaya, matinya benteng.
  28. Kulawu, punahnya manuk dewata (burung Cendrawasih)
  29. Dukut, memelihara semua yang ditanam.
  30. Watugunung, matinya raja makhluk hidup, membuat pagar di luar baik.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Dapatkan Dalam Versi Cetak
Baca Juga