Menurut interprestasi lain basma itu adalah suatu campuran dari : beberapa butir beras, larutan cendana dan ludah (setelah makan sirih; campuran ini dipakai sebagai sarana agar suatu mentra menjadi kuat).
Pengobatan secara psychis dilakukan secara mensugestikan kesembuhan, sebagai diuraikan dalam lontar “Sasirep atangi” mempembicaraan berdasarkan pandangan umum yang rapi, dihubungkan dengan bagian “microskosmos (Bhuwana Alit).
Lepas dari apa yang telah dilakukan oleh Balian lung (patah pada tulang) dan perbuatan mengurut dan memijat, orang Bali tidak kenal dengan metode pengobatan secara ahli bedah, orang Bali sangat takut mempergunakan pisau itu sebab instrumen-instrumen demikian sampai waktu belakangan ini tidak dipergunakan. Di beberapa tempat orang mempergunakan pecahan botol-botol jadi beling untuk membuka bengkak-bengkak bernanah, tetapi itupun tidak sering dilakukan. Kadang-kadang dipergunakan duri-duri besar atau orang melekatkan bubuk dari gelas atau tembikar, yang mengakibatkan cepat masaknya dan meletusnya bengkak-bengkak bernanah.
Untuk menggores kulit pada infeksi atau bengkak bernanah yang letaknya agak dalam dipergunakan duri daun jenis pandan. Perbuatan itu kebanyakan dilakukan sebagai persiapan pada pembuangan darah atau penyedot dengan botol atau mangkuk. Untuk tujuan itu dipergunakan sebuah botol yang tadinya dipanasi dan mulut botol itu lalu ditekankan pada luka yang harus digarap, sehingga karena kembali dinginnya botol itu menimbulkan vacum (hampa udara) dan itu lalu berfungsi sebagai penyedot darah; juga dipergunakan pipa dari bambu untuk menyedot darah.
Penggunaan tangkai bunga tunjung yang kelompang, (bahasa Bali: bolong puyung ditengahne, tihing, buluh), Guga tangkai dari “jarak pageh” Jatropha Curcas dan Paderia Factida) sebagai perpanjangan dari pompa dan sebagai pipa khusus (pipa khusus: pipa yang dipakai untuk membersihkan usus pada manusia hidup ). Mungkin ini adalah (peng ganti) kateter (kateter = instrumen kedokteran berupa saluran dari karet atau baja, untuk dimasukkan, umpama, ke dalam saluran kemaluan orang laki jika ia tidak bisa kencing sendiri, karena suatu penyakit). Bahwa suatu saluran dari bambu yang kecil sebangsa dengan keteter, sebagai tersebut dalam literatur, tak dapat dibayangkan oleh orang sehat. Balian-Balian mempergunakan tangkai tersebut sebagai lazim pada pengkateteran, tetapi hanya untuk memasukkan obat ke dalam saluran kencing.
Selanjutnya dikenal juga adanya instrumen yang mirip dengan pompa dari bambu dibuat yang dipakai pompa pembersihan usus. Tetapi pada umumnya penggunaan sepotong saluran dari bambu, yang dilengkapi dengan bagian pemanjang yang ditempatkan demikian rupa, sehingga saluran membentuk suatu sudut siku-siku; bagian pemanjang yang kecil dimasukkan ke dalam dubur, pada mana si sakit harus berada dalam air yang mengalir. Air yang mengalir melalui saluran air itu, yang sering dibantu dengan air pemompa ke dalam usus, masuk ke dalam usus bagian akhir, hal ini dikenal untuk pembersihan usus.
Bersambung ke : Bahan Obat-obatan untuk berbagai penyakit dalam Usada.