Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


8. Nawa Natya

Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa seorang raja dalam memilih pembantu-pembantunya (menterinya). Ada sembilan kriteria yang harus diperhatikan oleh seorang raja dalam memilih para pembantunya. Sembilan kriteria inilah yang dikenal sebagai Nawa Natya. Adapun kesembiian kriteria itu adalah:

  • Prajna Nidagda (bijaksana dan teguh pendiriannya).
  • Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang menyerah dalam setiap medan perang).
  • Paramartha (bersifat mulia dan luhur).
  • Dhirotsaha (tekun dan ulet dalam setiap pekerjaan).
  • Wragi Wakya (pandai berbicara atau berdiplomasi).
  • Samaupaya (selalu setia pada janji).
  • Lagawangartha (tidak pamrih pada harta benda).
  • Wruh Ring Sarwa Bastra (bisa mengatasi segala kerusuhan).
  • Wiweka (dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk).
9. Panca Dasa Pramiteng Prabhu

Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapanca menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itu pula yang mengahantarkan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Sifat- sifat utama tersebut ada 15 yang disebut sebagai Panca Dasa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Panca Dasa Pramiteng Prabhu tersebut adalah :

  • Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah)
  • Mantri Wira (pemberani dalam membela negara)
  • Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam memimpin)
  • Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya)
  • Satya Bhakti Prabhu (selalu setia dan taat pada atasan)
  • Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi)
  • Sarjawa Upasama (sabar dan rendah hati)
  • Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha)
  • Teulelana (teguh iman dan optimistis)
  • Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau pribadi)
  • Dibyacita (lapang dada dan (oleransi)
  • Nayakken Musuh (mampu membersihkan musuh-musuh negara)
  • Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam)
  • Sumantri (menjadi abdi negara yang baik)
  • Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari pebuatan buruk)
10.  Sad Upaya Guna

Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin negara. Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad Upaya Guna. Adapun keenam upaya tersebut adalah : Siddhi (kemampuan bersahabat); Wigrha (memecahkan setiap persoalan); Wibawa (menjaga kewibawaan); Winarya (cakap dalam memimpin); Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat) dan Stanha (menjaga hubungan baik).

Dalam lontar yang sama disebutkan pula ada 10 macam orang yang bisa dijadikan sahabat oleh Raja. Kesepuluh macam tersebut adalah orang yang :

  • Satya (jujur)
  • Arya (orang besar/mulia)
  • Dharma (baik)
  • Asurya (dapat mengalahkan musuh)
  • Mantri (bisa mengabdi dengan baik)
  • Satya Tawan (banyak kawannya)
  • Bait (kuat dan sakti)
  • Kaparamarthan (mempunyai visi yang jelas)
  • Kadiran (tetap pendiriannya)
  • Guna (banyak ilmunya)
11.  Panca Satya

Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada satu lagi landasan bagi pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan ini ada lima yang dikenal sebagai Panca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai landasan bagi seorang pcmimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah :

  • Salya Hrdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati)
  • Salya Wacana (jujur dalam perkataan / setia dalam ucapan)
  • Satya Samaya (setia pada janji)
  • Salya Mitra (setia pada sahabat)
  • Satya Laksana (jujur dalam perbuatan)

Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya. Sehingga ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan sebagainya. Tingkat keberhasilan dari seorang pemimpin dalam memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu : faktor usaha manusia (Manusa atau jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau jangkaning Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (Ksaya), tetap atau stabil (Sthana) dan peningkatan atau kemajuan (Vrddhi) (Kautilya,2004:392- 393)


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga