Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


1.  Catur Pariksa

Catur Pariksa sering disebut dengan nama Catur Upaya Naya Sandhi.

Dalam Kakawin Niti Sastra dikatakan :

Dhana wisesa ring catur upaya Lene-kenekaheh rinji sama bheda danda trayaningdhana tnhhana karna sang maharep musuh catur upaya juga kena-kena byakta kasoraning ripu, balanta maealak ring ayun.

Artinya:

Dari keempat macam alat Uang yang paling utama, jika tiada uang akan sia- sia penyelesaian perselisihan dengan damai (sama), maupun usaha memecah belah (bheda) atau dengan kekerasan (perkosa). Mereka yang akan pergi perang harus mengunakan keempat alat itu juga (dhana, sama, bheda dan dandha) pasti musuh dapat ditundukkan oleli bala tentara jika mereka maju dengan gagah berani.

Dikatakan bagi seorang pemimpin harus memiliki keempat sikap tersebut untuk menjadi pemimpin yang disegani oleh rakyat maupun musuhnya. Keempat sikap tersebut adalah:

  • Dhana berarti uang, dapat pula diartikan pemberian, dan bermurah hati. Jadi seorang pemimpin hendaknya rela memberikan bantuan untuk memenuhi sandang, pangan, dan papan kepada rakyatnya dengan tulus iklas demi kesejahteraan
  • Sama adalah seorang pemimpin harus berbuat adil, berbuat dan memandang sama kepada seluruh anggota/bawahannya. Setiap orang hendaknya diberikan kesempatan yang sama untuk maju dan
  • Bheda adalah seseorang pemimpin harus dapat mengatur dan memelihara disiplin kerja dan tata tertib yang berlaku bagi bawahannya. Walaupun memiliki latar belakang agama yang
  • Dandha seorang pemimpin harus tegas dalam menghukum bawahannya, siapa pun yang bersalah hendaknya dihukum secara adil tergantung dari tingkat.
2. Panca Stiti Dharmaning Prabhu

Panca Stiti Dharmaning Prabhu ini merupakan wejangan ajaran dari Arjuna Sastra Bahu, yang kemudian dikembangkan oleh Ki Hajar Dewanlara. Menurut Sudirga (dalam Suhardana, 2008:60-1) dikatakan bahwa Panca Slhiti Dharmaning Prabhu memberikan tuntunan agar seorang pemimpin dapat menunjukan lima sifat baik dan keteladanan kapada bawahannya. Kelima sifat keteladanan tersebut yakni:

  1. Ing Arsa Asung Tulada, yang artinya didepan anak buah  selalu memberi  suri teladan/contoh untuk melakukan perbuatan yang baik dan memberikan semangat pengabdian yang luhur unluk kepentingan nusa dan bangsa
  2. Ing Madya Mangun Karsa, bila berada ditengah-lengah anak buah memberikan penerangan/pcnjelasan dan membangkitkan semangat mereka dan membangun kemauan untuk maju berprestasi lebih
  3. Tut Wuri Andayani, berarti melepas anak buah dan mengikuti dari belakang sambil melihat kemajuannya juga memberikan arahan apabila ada penyimpangan dari tugas dan kewajiban.
  4. Maju Tempo Bala, relakan mereka maju sendiri, mengembangkan diri dengan penuh inisiatif.
  5. Sakti Tanpa Aji, artinya setelah berhasil melaksanakan tugas janganlah terlalu mengharapkan balas jasa atau tanpa pamrih
3.  Sad Warnaning Rajaniti

Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang raja. Konsep ini ditulis Candra Prakash Bhambari dalam buku “Substance of Hindu Politiy”. Adapun bagian- bagian Sad Warnaning Rajaniti ini adalah :

  1. Abhigamika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu menarik perhatian positif
  2. Prajna, artinya seorang raja atau pemimpin harus bersifat bijaksana, cerdas, dan menguasai ilmu pengetahuan sehingga menjadi tauladan
  3. Utsaha, artinya seorang raja atau pemimpin harus memiliki daya kreatif yang tinggi.
  4. Alma Sampad, artinya seorang raja atau pemimpin harus bermoral yang baik
  5. Sakya samanta, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang tidak baik
  6. Aksudra Parisatka, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu memimpin sidang para menterinya dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua pihak yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga