Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


Kebahagiaan

Semua makhluk yang masih mempunyai pemikiran pasti menginginkan kebahagiaan. Tolak ukur kebahagiaan seseorang itu sangat relatif. Beraneka ragam hal yang bisa membuat orang menjadi bahagia. Ada yang bahagia karena mempunyai anak laki-laki, ada yang bahagia mempunyai harta yang banyak, ada juga yang bahagia karena dia bisa mencapai keinginannya. Kebahagiaan seseorang akan hilang apabila orang tersebut selalu melihat hal yang lebih dengan ego dan dan tanpa mensyukuri apa yang dimiliki. Seperti contoh seseorang yang ingin memiliki sepeda, ketika sudah dibelikan sepeda dia merasa bahagia.

Apabila dia memiliki keinginan yang lebih tinggi, kebahagiaannya terhadap sepeda akan hilang. Misalnya dia ingin memiliki sepeda motor, begitu juga kalau sudah memiliki sepeda motor dia ingin memiliki mobil dan seterusnya. Selama manusia tidak bisa mensyukuri apa yang dimiliki dia akan selalu merasa kurang dan merasa tersiksa karena keinginannya. Begitu juga apabila  mampu bersyukur dengan apa yang dimiliki pasti akan merasa sangat bahagia. Sesungguhnya kebahagiaan itu berada dalam diri, perasaanlah yang merasakan kebahagiaan itu. Maka dari itu tiada salahnya kalau mampu bersyukur dan menjalani hidup seperti air mengalir.

Ayuh karma ca vittam ca Vidya nidhanam eva ca Pancailani hi srjyante Garbhasthasyeva dehinah

Canakya Niti Sastra, IV.1

Terjemahan:

Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan, dan kematian, kelima hal ini sudah ditentukan sewaktu kita masih dalam kandungan.

Makna yang bisa dipetik pada sloka diatas bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur, dan jangan pernah bersedih ataupun bangga. Masalah umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan, dan kematian sudah ditentukan oleh-Nya dan kita hanya menjalaninya. Semua itu berdasarkan Karma yang kita lakukan dikehidupan yang lalu dan sekarang kita hanya bisa menikmatinya saja. Alangkah baiknya apabila kita menjalani hidup dengan apa adanya dan tidak memiliki keinginan yang bersifat “terlalu” atau berlebihan.

Ati-rupena vai sita Ati-garvena ravanah

Ati-danad balir baddho Hyati sarvatra varjayet

Canakya Niti Sastra, III. 12

Terjemahan:

Karena terlalu cantiklah Dewi Sita diculik, karena terlalu sombonglah Ravana menemui ajalnya, karena terlalu banyak bersedekahlah raja Bali terkalahkan. Oleh karena itu segala sesuatu yang bernada terlalu hendaknya ditinggalkan.

Oleh karena itu hendaknya janganlah terlalu mengharapkan sesuatu, karena segala yang bersifat terlalu pasti akan berdampak kurang baik. Akan lebih baik kita hidup apa adanya dan selalu bersyukur dalam menikmati anugrah-Nya. Dengan demikian kita akan selalu merasa nyaman dan bahagia. Walau hanya memakan sesuap nasi kita patut bersyukur, karena masih banyak saudara kita yang tidak bisa makan. Walau hanya melihat burung berterbangan kita patut bersyukur, karena banyak saudara kita yang tidak bisa melihat, Apalagi kalau kita sudah di berikan kesehatan, makanan, dan memiliki keluarga yang sayang dengan kita itu patut kita syukuri.

Yasya putro vasibhuto Bharya chandanugamim Vibhave yasca santustas Tasya svarga ihaiva hi

Canakya Niti Sastra, II.3

Terjemahan:

Kalau seorang anak bhakti kepada orang tua, sang istri penurut, merasa puas terhadap harta benda yang dimiliki, sebenarnya kesenangan Surga dinikmati oleh orang tersebut di dunia ini.


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga