Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


Peranan seorang Istri

Seorang yang sudah memiliki suami serta mempunyai anak sudah bisa disebut dengan ibu. Seorang ibu yang baik harus bisa melayani suami serta anak-anaknya dengan tulus iklas. Suami serta putranya adalah tempat bergantung bagi seorang istri apabila sudah tua nanti. Baik atau buruk kelakuan seorang istri akan berpengaruh kepada suami serta anak-anaknya, hendaknya seorang istri harus memiliki sifat yang suci nan mulia. Ketika dewi shinta diculik oleh Rahvana dan ingin dijadikan istri, Dewi Shinta menolak dan mengancam akan bunuh diri. Walaupun Rahvana seorang yang gagah berani, memiliki harta melimpah dan berkuasa. Dewi Shinta tetap setia kepada Sri Rama, karena baginya kesetiaan adalah mutiara yang paling indah di Dunia ini. Ketika Sri Rama meragukan kesucian Dewi Shinta, dan menyuruh Hanuman memberikan sebuah cincin untuk dipakai Dewi Shinta. Cincin tersebut sebagai pembukti apakah Dewi Shinta masih suci. Ketika Dewi Shinta memakai cincin tersebut ternyata Dewi Shinta masih suci dan bisa dibuktikan kesetiaanya. Karena kesetiaan dan kesucian Dewi Shinta akhirnya Sri Rama beserta pasukannya menyerang kerajaan Alengka dan merebut Dewi Shinta kembali dari tangan Rahvana.

Dari ceritra tersebut mencerminkan bahwa kesetiaan serta kesucian seorang istri merupakan harta yang paling berharga dan melebihi apa yang ada di dunia ini. Jadi sudah sepatutnya seorang istri menjaga hal tersebut, seperti tertera pada sloka dibawah ini:

Sa bharya ya sucirdaksa Sa bharya ya pativrata Sa bharya ya patiprita Sa bharya satyavadini

Canakya Niti Sastra, IV. 13

Terjemahan:

Seorang istri ia ialah berhati suci dan cerdas, Seorang istri ialah ia yang setia pada suami, Seorang istri adalah ia yang dengan cintanya menyebabkan suaminya bahagia, istri adalah dia yang selalu berkata-kata jujur.

Dari sloka diatas dijelaskan bahwa istri sebagai penerang dalam keluarga. Sehingga sudah seharusnya seorang istri memiliki hati yang suci, cerdas, setia, membahagiakan suami serta selalu berkata-kata jujur. Apabila seorang istri sudah memiliki sifat diatas bisa dipastikan keluarga pasti akan bahagia. Begitu juga sebaliknya apabila seorang istri tidak setia, bodoh, dan selalu berkata-kata tidak jujur maka akan ada penderitaan dalam keluarga tersebut.

Yantri raad yantri asi yamani, dhruvaa asi dharitrii

(Yajurveda XIV.22)

Terjemahan:

“Wahai wanita jadilah pengawas keluarga yang cemerlang, tegakkanlah aturan keluarga, dan jadilah penopang keluarga”.

Dikatakan juga seorang wanita hendaknya sebagai penegak peraturan dan juga sebagai pengawas dalam keluarga. Karena dianggap wanita memiliki control yang baik dalam keluarga. Apabila seorang suami mengalami masa ketidakstabilan dalam keluarga hendaknya seorang istri sebagai pengarah dalam keluarga.

Viirasuup devakaamaa syonaa,

sam no bhava dvipade, saw catuspade

(Regveda X.85.43)

Terjemahan:

“Wahai wanita, lahirkanlah keturunan yang cerdas, gagah, dan berani, pujalali selalu Hyang Widhi, jadilah insan yang ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dan peliharalah dengan baik hewan peliharaan keluarga”.

Seorang istri juga memiliki kewajiban untuk memberikan keturunan kapada keluarganya, keturunan ini bertujuan untuk meneruskan regenerasi keluarganya. Dengan keturunan juga bisa mempererat tali persatuan dalam keluarga karena kehadiran sang putra merupakan anugrah dari yang kuasa. Seorang istri hendaknya selalu setia kepada suami, rajin dan taat dalam menjalankan puja bhakti kepada Hyang Widhi, melahirkan dan memelihara Putra yang gagah berani, selalu menopang keluarga dan menjalankan aturan dengan baik, berbicara dengan lemah lembut kepada semua orang, menghormati keluarga mertua, menjaga dan mengatur harta keluarga, tanaman, dan hewan peliharaan milik keluarga dengan baik. Bila demikian, niscaya keluarganya akan bahagia dan sejahtera selalu.


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga