Jenis dan Fungsi Pura di Komplek Besakih (Luhuring Ambal-Ambal)


Jenis Pura Yang Berada Di Luhuring Ambal-Ambal Pada Komplek Pura Besakih

Telah disebutkan sebelumnya, bahwa secara vertikal komplek Pura Besakih terdiri dari dua komplek yang disebut Soring Ambal-Ambal sebagai lapisan bawah dan Luhuring Ambal-Ambal sebagai lapisan atas. Luhuring Ambal-Ambal terdiri dari Pura Kiduling Kreteg, Pura Batu Madeg, Pura Gelap, Pura Penataran Agung Besakih, Pura Pengubengan, Pura Peninjoan dan Pura Tirtha. Masing- masing pura tersebut di dalamnya terdapat beragam pelinggih yang secara umum memiliki bentuk yang sama antara satu dengan yang lain, meskipun ada sedikit perbedaan bentuk pelinggih pada masing-masing pura sesuai dengan fungsinya masing-masing. Mengetahui bentuk pelinggih yang berada di masing-masing pura tersebut, maka dapat diketahui pula secara keseluruhan bentuk pura.

Secara umum bentuk pelinggih di masing-masing pura tersebut berbentuk linggih atau lingga sebagai simbolisasi dari sthana Tuhan. Akan tetapi, perkembangan seni dan budaya masyarakat Bali yang sangat tinggi, sehingga bentuk pelinggih memiliki keragaman ornamen yang khas, dan tentunya memiliki kandungan makna pilosofis yang beragam pula. Keragaman betuk pelinggih di masing-masing pura tersebut secara tidak langsung akan memberikan bentuk dan corak yang beragam, akan tetapi secara esensi memiliki bentuk yang sama. Supaya lebih jelas mengetahui bentuk masing-masing pura yang berada  di Luhuring Ambal-Ambal, berikut akan diuraikan bentuk masing-masing pura yang berada di Luhuring Ambal- Ambal komplek Pura Besakih:

1. Pura Kiduling Kreteg

Pura Kiduling Kreteg terletak di sisi selatan komplek Pura Besakih. Areal pura Kiduling Kreteg termasuk katagori pura yang luas, dan terdiri dari tiga mandala, yaitu utama mandala, madya mandala dan nista mandala. Masing-masing mandala pura dibatasi oleh tembok (panyengker) yang disatukan oleh paduraksa tembok, sehingga jelas dapat dilihat batas-batas mandala. Utama mandala terletak lebih tinggi dari madya mandala atau halaman tengah pura.

Seperti kebanyakan pura di Bali, untuk memasuki pura hendaknya melalui candi bentar yang terdapat di tembok paling luar pura, sebagai pembatas antara Madya Mandala dengan Nista Mandala atau halaman luar pura. Candi Bentar pura Kiduling Kreteg terbuat dari batu bata dan padas (paras) yang ditata sedemikian rupa dengan ornamen yang khas seperti kebanyakan candi bentar yang terdapat di pura pada umumnya di Bali.

Memasuki Madya Mandala, maka akan dilihat beberapa bangunan yang terdiri dari Bale Gong, Bale Wantilan, Bale Pesandekan dan Bale Kul-kul. Semua Bele atau bangunan tersebut menggunakan arsitektur Bali, terkecuali Bale Wantilan yang menggunakan ornamen sedikit modern. Untuk memasuki Utama  Mandala, kembali lagi hendaknya melewati Candi Bentar yang kedua. Candi Bentar untuk memasuki Utama Mandala sedikit berbeda dengan Candi Bentar sebelumnya. Di depan Candi dihiasi oleh ornamen Naga yang memanjang di kanan kiri tangga, dengan kepala menghadap ke luar ke bawah dan ekor Naga berada di atas  tangga.  Kemudian,  di  depan  Candi  dan tembok panyengker pura terdapat deretan patung.

Memasuki Utama Mandala atau halaman utama pura, maka akan terdapat beberapa palinggih, yaitu terdiri dari tujuh buah palinggih Meru dan palinggih lainnya. Disamping itu di Utama Mandala terdapat beberapa bangunan atau Bale, yaitu satu buah Bele Pelik, satu Bale Piyasan, dua Bale Pawedan, satu Bale Pegat, satu Bale Lantang, satu Gedong Panyineban dan Bale lainnya. Sehingga total palinggih dan Bale yang berada di Utama Mandala pura Kiduling Kreteg berjumlah 20 buah.

Palinggih berupa Meru menyerupai  bentuk gunung yang menjulang tinggi ke langit.  Palinggih berupa Meru tersebut mirip dengan bangunan Pagoda budaya Cina atau Buddha. Atap dari Palinggih Meru tersebut bertumpang yang mengerucut ke atas. Di Pura Kiduling Kreteg terdapat Meru Tumpang sebelas, Tumpang tujuh, Tumpang lima dan Meru Tumpang tiga. Kemudian, Palinggih yang lainnya berbentuk bebaturan dengan ornamen yang terdiri dari pepalihan  yang hampir sama dalam setiap bangunan Palinggih di Bali. Bale atau bangunan di Utama Mandala pura Kiduling Kreteg hampir semuanya menggunakan arsitektur khas Bali. Secara keseluruhan bangunan palinggih berbentuk linnga yoni. Lingga dapat dilihat dari atap bangunan palinggih, dan yoni sebagai bebaturan atau dasar Palinggih. Secara Keseluruahan pura dapat dilihat pada denah berikut:

Keterangan Denah Pura Kiduling Kreteg:

  1. Candi Bentar
  2. Bale Pegat
  3. Bale Gong
  4. Meru Tumpang Sebelas Ida Ratu Cili
  5. Bale Pesamuhan Agung
  6. Panggungan
  7. Meru Tumpang Tujuh Ida Ratu Bagus Bulusan
  8. Bale Pesambiangan
  9. Meru Tumpang Lima Ida Ratu Bagus Swa
  10. Meru Tumpang Sebelas Betra Brahma
  11. Meru Tumpang Lima Ida Ratu Gede Saa
  12. Meru Tumpang Tiga
  13. Meru Tumpang Tiga Pasimpangan
  14. Bale Tegeh
  15. 16-17. Bebaturan
  16. Bale Pawedan
  17. Bale Agung

Akan tetapi, nampak berbeda ketika hiasan ornamen masing-masing Palinggih. Secara umum ornamen tersebut menggambarkan event kosmik. Pada bagian bawah berhiaskan kekarangan yang disebut karang   Gajah,plok   taman   menggambarkan  tumbuh-tumbuhan atau bun-bunan dan bagian tengah palinggih berisi ornamen karang tapel dan karang simbar pada bagian atas bebaturan Palinggih. Secara keseluruhan Palinggih tersebut menggambarkan kehidupan alam semesta berserta isinya.


Sumber

Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M. Si

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT)



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Blog Terkait