Jenis dan Fungsi Pura di Komplek Besakih (Luhuring Ambal-Ambal)


6. Pura Pengubengan

Pura Pengubengan berada di sisi atas dari pura Peninjoan, dan pura Pengubengan merupakan pura dengan areal pura yang cukup luas. Dengan ketinggian pura, maka udara disekitar pura sangat menyejukkan, dan pura berada disekitar hutan pinus. Mengamati secara seksama, bentuk pura secara keseluruhan hampir sama dengan bentuk pura yang lainnya. Pura Pengubengan berbentuk segi empat panjang yang terbentang dari utara menuju selatan yang tentunya terbagi menjadi tiga mandala, yakni utama mandala, madya mandala dan nista mandala.

Sisi pura dibatasi oleh tembok penyengker, dan seperti pada umumnya tembok penyengker pura di Bali, ditembok terdapat paduraksa. Tembok peyengker mengitari pura agar, dan membagi pura menjadi tiga bagian mandala, yaitu utama mandala ataua halaman utama pura, madya mandala atau halaman tengah pura dan nista mandala atau halaman sisi luar pura. Ornamen penyengker menggunakan arsitektur khas Bali, sehingga menambah kesan estetis pura. Untuk memasuki pura, hendaknya dari sisi kanan pura, yaitu melalui candi bentar. Candi bentar tersebut memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi bentar pada umumnya.

Keterangan Denah Pura Pengubengan:

  1. Candi Bentar
  2. Bale Kul-Kul
  3. Bale Gong
  4. Bale Pesandekan
  5. Bale Pawedan
  6. Bale Peganteb
  7. Bale Pyasan
  8. Bale Pengaruman
  9. Pelinggih Sanggaran
  10. Penyawangan
  11. Bale Meru Tumpang 11
  12. Gedong Sari U
  13. Bale Pelik
  14. Panggungan
  15. Candi Bentar

Setelah berada di madyaning mandala atau halaman tengah pura, maka akan menemukan tiga buah bangunan, yaitu bale kulkul, bale gong dan bale pesandekan. Bale kulkul berbentuk segi empat lengkap dengan tiang saka yang berjumlah empat buah, dan menggunakan atap ijuk serta terdapat satu buah kulkul. Sedangkan bale gong dan bale pesandekan memiliki bentuk hampir sama, yakni berbentuk segi empat memanjang dengan masing-masing tiang saka berjumlah delapan buah tiang saka. Ornamen pada masing-masing bale hampir sama, dan tentunya menggunakan arsitektur khas Bali.

Antara utama mandala dan madya mandala dibatasi oleh tembok penyengker. Tepat pada ditengah- tengeh tembok penyengker terdapat candi bentar yang digunakan untuk umat Hindu masuk dan keluar saat melakukan persembahyangan. Demikian pula, bentuk candi bentar ini memiliki bentuk yang sama dengan bentuk candi bentar pada umumnya pura di Bali. Ornamen candi bentar juga memiliki kesamaan dengan ornamen candi bentar pada umumnya di pura lainnya, yaitu  menggunakan  ornamen  khas  Bali  dan pepalihan yang terdiri dari pai, ganggong, plok, kekarangan, penyu kambang dan pepalihan lainnya.

Berada pada utama mandala,  terdapat beberapa pelinggih utama, yaitu pelinggih Meru dan Padmasana dan pelinggih lainnya. Pelinggih Meru  di pura Pengubengan memiliki tumpang atau tingkat sebelas dengan bentuk yang hampir sama dengan bentuk Meru pada bangunan Meru di pura lainnya. Berbentuk gunung menjulang tinggi ke atas, dan pada bagian atas Meru mengerucut serta atap Meru menggunakan ijuk yang berwarna gelap. Posisi Meru tepat berada ditengah-tengah depan pura, dan tempat berdiri pelinggih Meru dan pelinggih utama lainnya berada pada teras yang lebih tinggi dari halaman utama pura.

Pelinggih utama lainnya adalah pelinggih Padmasana yang terdapat pada sisi depan timur pura. Bentuk Padmasana juga hampir sama dengan bentuk Padmasana pada pura lainnya, yaitu berbentuk menyerupai gunung atau liangga. Pada bagian atas berbentuk kursi sebagai sthana dari Tuhan, dan pada bagian bawah bangunan pelinggih terdapat badawang nala, yakni kura-kura raksasa yang dililit oleh  naga Basukih dan Anantaboga. Pada sisi belakang pelinggih Padmansana terdapat arca dewa Wisnu lengkap dengan wahananya burung Garuda. Di bawah burung Garuda terdapat relief boma sebagai simbol bumi atau semesta. Secara keseluruhan pelinggih Padmasana ini sebagai simbol semesta lengkap dengan isinya.

Bentuk pelinggih lainnya yang terdapat di utama mandala ini hampir sama dengan bentuk pelinggih di kompleks pura Luhuring Ambal-Ambal lainnya, yakni berbentuk segi empat yang secara implisit dapat menyerupai  lingga  yoni.  Bebaturan  pelinggih   sebagai lingganya dan atap sebagai yoninya. Kemudian, bebaturan pelinggih berisi ornamen yang hampir sama pula dengan ornamen yang terdapat pada  pura lainnya. Selain itu, di utama mandala atau di halaman utama pura terdapat bangunan bale yang difungsikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bangunan bale tersebut memiliki bentuk yang hampir sama dengan bangunan bale lainnya, yaitu berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang sedemikian rupa sesuai dengan kegunaannya.

Bangunan bale yang terdapat di utama mandala, yaitu bale Pawedan, bale piyasan, bale pengaruman dan bale lainnya. Secara keseluruhan bale tersebut memiliki ornamen yang beragam dan hampir sama dengan ornamen pada bagunan bale pada pura sebelumnya. Bangunan tersebut sudah barang tentu menggunakan arsitektur Bali yang khas, dan lengkap dengan ornamen yang mencirikan bagunan tersebut benuansa adat Bali. Keragaman ornamen tersebut, semakin menambah kesan estetika pura, dan tentunya menambah kesan spiritual pura. Dilihat secara keseluruhan, pura tersebut memiliki bentuk yang sama dengan pura lainnya yang terdapat dikomplek pura Besakih. Bagian sisi luar pura atau tepatnya di nista mandala pura terdapat bangunan yang disebut dengan wantilan pura. Wantilan ini tentunya digunakan untuk tempat beristirahat umat yang melakukan persembahyangan ke pura Pengubengan tersebut. Memperhatikan secara seksama denah pura, maka akan diketahui jumlah pelinggih atau bale yang terdapat di pura Pengubengan sebanyak tiga belas buah bangunan. Sepuluh bangunan ada di utama mandala, tiga bangunan terdapat di madya mandala dan satu buah wantilan terdapat di sisi luar pura Pengubengan.


Sumber

Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M. Si

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT)



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Blog Terkait