Jenis dan Fungsi Pura di Komplek Besakih (Luhuring Ambal-Ambal)


3. Pura Gelap

Pura Gelap berada di sisi utara komplek pura Besakih, demikian pula pura Gelap berada diareal ketinggian, dan pura Gelap terbagi menjadi tiga mandala seperti pura pada umumnya. Tiga mandala ini meliputi utama mandala atau halaman utama pura, madya mandala atau halaman tengah pura dan nista mandala, yaitu halaman sisi luar pura. Bentuk bangunan pura secara keseluruhan berbentuk persegi empat memanjang membentang dari utara menuju selatan.

Utama mandala berada lebih tinggi dari madya mandala. Kemudian masing-masing mandala dibatasi oleh tembok panyengker pura yang tinggi, dan pada tembok penyengker terdapat paduraksa yang semakin menambah kesan megah pura Gelap. Keseluruhan bangunan pura, baik palinggih maupun bale, bebaturannya menggunakan batu padas alam yang berwarna gelap atau hitam. Dari halam sisi luar pura, nampak candi bentar yang menjulang tinggi sama seperti bentuk candi bentar pada umumnya.  Akan tetapi, candi bentar yang terdapat di pura Gelap menggunakan ornamen yang berbeda, yaitu terdapat lingkaran yang menyerupai cakra atau roda yang terdapat pada candi.

Memasuki madya mandala, hendaknya melalui candi bentar yang megah terbuat dari batu padas alam yang berwarna gelap. Berjalan memasuki halaman tengah harus melewati anak tangga yang cukup tinggi, dan ketika sudah berada di halaman tengah makan akan nampak pemamandangan di bawah pura yang sangat menarik. Di halaman paling luar pura Gelap terdapat satu buah bangunan berupa Bale gong. Halaman tengah atau madya mandala pura Gelap cukup luas dan ditumbuhi rerumputan yang menghijau. Demikian   pula,   di   madya   mandala   atau    halaman

tengah terdapat beberapa bangunan atau Bele, yaitu Bale Pegat, Bale Pesandekan dan Bale Kulkul. Semua bangunan atau Bale tersebut, menggunakan arsitektur Bali yang khas, dan hampir berbentuk persegi panjang.

Antara madya mandala dengan utama mandala atau halaman utama pura, dibatasi oleh tembok panyengker yang tinggi, dan di tembok panyengker terdapat candi gelung. Candi gelung diapit oleh candi bentar kecil disebelah kiri dan kanan. Untuk memasuki halaman utama atau utama mandala hendaknya melewati candi gelung atau candi bentar yang berada di kanan kiri candi gelung. Di depan candi gelung terdapat ornamen Naga dan candi gelung di  pura Gelap sangat megah. Candi terbuat dari batu alam, yakni batu padas yang berwarna gelap dengan ornamen yang khas, yakni terdapat  lingkaran menyerupai cakra, semakin memberikan kesan indah pada candi gelung. Candi gelung berbentuk gunung, ujung candi yang mengerucut, dan pada atas candi gelung terdapat mudra sebagai simbol dari keagungan candi.

Pada pintu masuk candi bentar terdapat pintu kuadi (pintu khas Bali), dan pada pintu tersebut terpahat ornamen pepatran. Pepatran ini merupakan ornamen kesetiliran dari tumbuh-tumbuhan yang merambat, dan pada pintu di pura Gelap terpahat ornamen pepatran punggel yang dipoles dengan prada emas, sehingga menambah kesan megah pura Gelap. Selanjutnya, setelah berada di halaman utama atau utama mandala ditemukan beberapa bangunan palinggih atau bale. Palinggih utama, yang terdapat di halaman utama pura Gelap adalah palinngih Meru dan sanggaran serta palinggih lainnya. Disamping itu, terdapat juga bangunan bale yang digunakan untuk tempat meweda atau  melakukan  puja  mantra  oleh  para  sulinggih atau dwijati. Pelinggih utama berada pada teras yang lebih tinggi dari halaman utama madala.

Bentuk palinggih Meru hampir sama dengan palinggih Meru pada pura lainnya, yakni meyerupai gunung yang menjulang tinggi ke lalngit. Palinggih Meru di pura Gelap memiliki tumpang (tingkat) tiga, menyerupai bangunan Pagoda. Atap Meru terbuat dari ijuk atau duk yang berwarna gelap. Bebaturan Meru terbuat dari batu alam, dan terdapat ornamen yang sama seperti ornemen palinggih pada umumnya, yakni pepalihan yang disebut dengan pae, ganggong, plok taman, kekarangan, simbar dan yang lainnya. Secara umum bentuk palinggih Meru ini menyerupai gunung yang diilhami oleh guru Mahameru. Pelinggih Sanggaran atau merupakan pelinggih sentral sebagai tempat memuja Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol atau penggambaran dari alam makrokosmos (alam semesta). Bentuk palinggih Sanggaran atau Padmasana ini meyerupai kursi atau tempat duduk sebagai linggih atau sthana Tuhan. Pada bagian atas padmasana terpahat relief acintya dan dibagian bawah bebaturan terdapat badawang nala yang dililit oleh dua ekor naga, yakni Ananta Boga dan Basukih. Secara keseluruhan pelinggih Sanggaran atau Padmasana memiliki bentuk gunung dengan pepalihan yang sedemikian rupa,  sebagai simbol dari alam makrocosmos. Pada bagian belakang pelinggih sanggaran terdapat ornamen arca Garuda dengan ditunggangi oleh Dewa Wisnu. Bentuk secara keseluruhan dapat dilihat pada denah pura berikut:

Keterangan Denah Pura Gelap:

  1. Candi Bentar Bale Pyasan
  2. Bale Gong Bale Bebaturan
  3. Candi Bentar Bale Penganteb
  4. Bale Kulkul Padmasana/Sanggaran
  5. Bale Kulkul Meru Tumpang Tiga
  6. Bale Pegat Panggungan
  7. Bale Pesandekan Bale Pelik
  8. Bale Pesandekan Bale Gedong
  9. Candi Gelung
  10. Bale Pawedan
  11. Bale Pyasan
  12. Bale Gong Bale Bebaturan
  13. Candi Bentar Bale Penganteb
  14. Bale Kulkul Padmasana/Sanggaran
  15. Bale Kulkul Meru Tumpang Tiga
  16. Bale Pegat Panggungan
  17. Bale Pesandekan Bale Pelik
  18. Bale Pesandekan Bale Gedong

Selain pelinggih Sanggaran, pelinggih lainnya juga memiliki bentuk yang sama dengan pelinggih di pura pada umumnya di Bali. Pelinggih di pura Gelap, bebaturannya hampir secara keseluruhannya terbuat dari batu alam yang berwarna gelap. Bentuk pelinggih menyerupai  lingga  dan  yoni,  namun  nampak berbeda karena ornamen yang menghiasi pelinggih berbeda sesuai dengan daya kreasi seni si pembuat. Jika diamati secara teliti, maka akan ditemukan bentuk pelinggih di pura Gelap menyerupai dengan bentuk lingga segi empat memanjang ke atas, dan ornamen pada bagian bawahnya terdapat kekarangan,pai, ganggong  dan plok taman, kekarangan simbar dan ornamen lainnya. Selain terdapat pelinggih Meru dan Sanggaran, terdapat juga pelinggih lainnya, yaitu pelinggih Gedong penyineban yang berbetuk segi empat yang dikurung dengan tembok. Demikian pula, pelinggih lainnya.

Selain bangunan suci berupa pelinggih, bangunan atau Bale juga terdapat di halaman utama pura. Namun Bale ini berada di teras lebih bawah daripada teras tempat pelinggih utama. Bale Pawedan tersebut berbentuk segi empat memanjang menggunakan enam saka sebagai tempat para sulinggih atau pendeta Hindu melakukan puja mantra. Seluruh pelinggih atau bale yang berada di madya mandala berjumlah sembilan buah. Ditengah-tengah halaman utama pura terdapat bale penganteb yang berbentuk segi empat kecil, sebagai tempat pinandita melakukan puja mantram. Ornamen yang terdapat dalam setiap pelinggih di pura Gelap semakin menambah kesan indah dan megah pura. Terlebih lagi pura Gelap terletak di atas ketinggian, sehingga semakin menambah kesan indah pura.Secara keseluruhan bentuk pura Gelap berbentuk segi empat memanjang yang terbentang dari arah utara samapai selatan di atas ketinggian.


Sumber

Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M. Si

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT)



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Blog Terkait