Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


BHAKTI DALAM NITI SASTRA

Agama Hindu memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain kepada Tuhan, ada empat keyakinan lagi yang sering disebut Panca Sradha. Panca Sradha berarti lima keyakinan atau kepercayaan. Kelima kepercayaan itu antara lain:

  • Percaya dengan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
  • Percaya dengan Atman (Jiva)
  • Percaya dengan Hukum Karma Phala
  • Percaya dengan Punarbawa (reinkarnasi)
  • Percaya dengan Moksa (pelepasan)

Lima keyakinan atau Sradha diatas sebagai dasar umat Hindu melaksanakan Bhakti. Bhakti merupakan wujud cinta kasih serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widhi. Penyerahan diri dilakukan berdasarkan pemahaman serta keyakinan bahwa sesungguhnya apa yang ada dalam diri manusia adalah diciptakan oleh Beliau. Seperti pandangan Rsi Sankaracharya bahwa segala yang ada ini adalah sesungguhnya maya, yang nyata hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam pelaksanaan Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilakukan dengan tiga cara yang disebut dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Ketiga kerangka dasar tersebut antara lain: Tattwa/Filsafat, Etika/Susila, dan Ritual/Upacara. Ketiga kerangka dasar ini sesungguhnya tidak berdiri sendiri dan selalu berkaitan. Kalau diibaratkan seperti telur Tattwa sebagai kuning telur, Etika sebagai putih telur, dan Ritual sebagai kulit telur. Jika salah satu lidak ada maka tidak sempurnalah telur tersebut. Begitu juga dengan pelaksanaan Tattwa, Etika dan Ritual, kurang sempurnalah apabila salah satu tidak dilaksanakan.

Ketiga kerangka dasar tersebut merupakan wujud jalan Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam ajaran Niti Sastra dijelaskan tentang bagaimana Bhakti.

Agni hotram bina Veda Naca danam bina kriyah Na hhavena bina siddhis Tusmad bhavo hi karanam

Canakya Niti Sastra, VIII. 10

Terjemahan:

Pelajaran Veda tanpa korban suci agni hotra (atau yajna yang lainnya) adalah sia-sia belaka. Korban suci tanpa disertai dana punya tidaklah sempurna. Tanpa disertai rasa Bhakti semua itu tidaklah berhasil. Oleh karena itu hal yang paling penting adalah Bhakti yaitu penyebab dari segala keberhasilan.

Pada sloka diates dijelaskan tentang seberapa banyak pun pengetahuan tentang Veda seseorang akan sia-sia tanpa penerapan. Penerapan yang dimaksud adalah mengamalkan ajaran dari kitab suci Veda tersebut seperti ajaran moral ataupun cinta kasih kepada sesama.

Orang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan akan tetapi tanpa diterapkan diibaratkan seperti seekor singa jantan yang tidak mempunyai kuku dan taring. Seberapa besarpun penerapannya tanpa didasari rasa Bhakti tidak akan ada gunanya. Bhakti adalah sebagai dasar dari segala persembahan yang dilakukan karena Bhakti merupakan ketulus iklasan yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam.

Karena sifat Tuhan yang Acintya yaitu tidak terpikirkan, serta keterbatsan dari manusia yang tidak bisa memikirkan keagungan beliau maka Beliau dibuatkan suatu simbol untuk memudahkan pemujaan kepada beliau. Simbol yang dibuat sebagai perwujudan Ida Sang Hyang Widhi disebut dengan Pratima. Selain Pratima juga dengan sarana benda-benda yang lain seperti pohon, atau batu yang dianggap memiliki kekuatan alam.

Pemujaan terhadap suatu benda-benda yang dianggap meiliki kekuatan-kekuatan alam disebut dengan Dinamisme. Walau masyarakat percaya dengan kekuatan-kekuatan alam yang ada di patung, batu, pohon atau benda-benda yang lainnya akan tetapi Hindu bukanlah pemuja patung, batu ataupun pohon. Melainkan menghormati beliau yang memiliki keesaan yang bisa berada disegala ruang.

Na devo vidyate kasthe Na pasane na mrnmaye Bhave hi vidyate devas

Tasmad bhavo hi karanam

Canakya Niti Sastra, VIII. 10

Terjemahan:

Tuhan tidak di dalam kayu, batu atau tanah. Tuhan ada di dalam Bhakti. oleh karena itu, Bhakti adalah sebab dari segalanya.

Dalam sloka ini dijelaskan bahwa walaupun percaya terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan alam seperti kayu, batu, area dan tanah akan tetapi sesungguhnya Tuhan tidak berada disana melainkan berada dalam Bhakti kita.

Akan percuma menyembah beliau tanpa didasari rasa Bhakti. Selain melakukan pemujaan kepada Beliau, hendaknya juga kila menjaga serta menghargai ciptaan beliau. Mereka yang memuja Tuhan tanpa menghargai ciptaan-Nya kuranglah sempurna. Cara menghargai ciptaan-Nya adalah dengan cinta kasih.

Santi tulyam tape nasty Na santosat param sukham Na trsnayahparv vyadhir Na ca dharmo daya-samah

Canakya Niti Sastra, VIII. 13

Terjemahan:

Tidak ada pertapaan lain yang menyamai pikiran yang damai, tidak ada kebahagiaan sejati yang menyamai kepuasan hati, tidak ada penyakit yang melebihi nafsu keinginan, dan tidak ada Dharma yang menyamai kasih sayang.

Makna pada sloka diatas mencerminkan tentang bagaimana bhakti dan kepuasan yang sesungguhnya. Dikatakan bahwa tidak ada pertapaan lain yang menyamai pikiran yang damai, karena dalam melakukan pertapaan sesiingguhnya bertujuan untuk mengendalikan pikiran kita. Apabila pikiran kita masiri belum bisa dikendalikan walau dengan melakukan tapa, akan sia-sia tapa yang dilakukan. Akan tetapi walaupun tanpa melakukan tapa kita sudah bisa mengendalikan pikiran, itu adalah sesuatu yang luar biasa karena pikiran yang damai adalah puncak dari tapa.

Tidak ada kebahagiaan sejati yang menyamai kepuasan hati, karena kepuasan hatilah sesungguhnya kebahagiaan yang sejati. Orang-orang cenderung mencari kebahagiaan kemana-mana, dan melakukan apa saja agar mencapai kebahagiaan. Seperti contoh orang akan bahagia ketika punya rumah atau mobil, apabila sudah punya mobil dan rumah dia akan bahagia. Sesungguhnya kebahagiaan tidak berada pada rumah atau mobil diatas, kebahagiaan berada dalam hati seseorang. Walau tidak memiliki rumah atau mobil, apabila seseorang mampu mensyukuri apa yang ada maka ia akan bahagia. Begitu juga walaupun sudah memiliki rumah dan mobil, akan tetapi dia tidak bisa mensyukuri pasti ia akan kurang bahagia dan ingin mencapai keinginan yang lebih tinggi.

Tidak ada penyakit yang melebihi nafsu keinginan, karena sesungguhnya penyakit kita yang abadi berada dalam diri kita yaitu keinginan. Seperti contoh diatas orang akan bahagia karena memiliki rumah dan mobil, itu semua karena keinginan yang memperbudak manusia. Setelah memiliki mobil orang akan menginginkan yang lain, ketika memiliki keinginan tetapi belum tercapai disanalah penyakit itu sesungguhnya. Maka dari itu kendalikan lah keinginan kita agar mencapai kebahagiaan yang abadi.

Yang terakhir adalah tidak ada Dharma yang menyamai kasih sayang, karena kasih sayang atau cinta kasih merupakan Dharma yang utama. Walaupun seseorang sangat ahli dalam Veda apabila ia tidak mempunyai rasa cinta kasih kepada sesama ciptaan tuhan ia tidak bisa dikatakan bijaksana .melainkan orang bodoh yang tidak mampu mengamalkan ajaran Veda. Dalam Veda ditekankan bagaimana mengamalkan cinta kasih terhadap sesama ciptaan tuhan, karena dengan menghormati ciptaan-Nya kita juga menghormati Beliau.


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga