Chanakya Niti Sastra – Ilmu Politik, Kepemimpinan dan Moralitas


PENGETAHUAN DALAM NITI SASTRA

Artha yang paling abadi dan tak mungkin bisa dicuri oleh orang lain adalah pengetahuan. Dibandingkan dengan memiliki harta benda yang banyak, orang yang memiliki pengetahuan lebih dihormati serta dikenang. Seperti contoh tokoh- tokoh ilmuan di dunia dikenal karena hasil penemuannya dan bukan karena harta bendanya. Begitu mulianya seseorang yang memiliki pengetahuan, yang riwayatnya akan dikenang walaupun beliau sudah meninggal. Sama halnya dengan seorang Brahmana akan dihormati karena memiliki pengetahuan yang suci, Pemimpin akan dihormati karena memiliki pengetahuan memimpin, serta guru akan dihormati karena pengetahuannya sebagai seorang pendidik, Pengetahuan diibaratkan sebagai lampu yang bisa menerangi kegelapan, karena kegelapan yang dimaksud adalah kebodohan. Seperti yang tertera pada sloka dibawah ini:

Kama-dhenu guna vidya Hyakala phala dayini Pravase mattrsadrsi

Vidya gupla-dhanam smrtam

Canakya Niti Sastra, IV. 5

Terjemahan:

Ilmu pengetahuan ibaratnya Kamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu yang selalu memelihara kita. Orang bijaksana mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia, harta yang tak kelihatan.

Pada sloka diatas juga dikatakan bahwa pengetahuan sebagai penuntun,  dan memelihara kita ketika dalam kesulitan. Karena dengan pengetahuan orang bisa melewati kesulitan yang dihadapi. Pengetahuan juga dikatakan sebagai harta yang rahasia karena tak seorang pun yang tahu kecuali diri kita. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan selalu siap ditempatkan dimana saja, dan dengan mudah akan menyesuaikan diri dibandingkan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Begitu juga kedudukannya dalam keluarga, orang yang memiliki putra yang berpengetahuan akan menjadi terhormat dibandingkan dengan memiliki putra yang biasa saja. Dengan pengetahuan juga bisa mengangkat martabat dari ketuarga tersebut. seperti yang tertera pada sloka berikut:

Kim kulena visalena Vidyahinena dehinam Duskulam capi viduso Devairapi hi pujyate

Canakya Niti Sastra, VIII. 19

Terjemahan:

Apa gunanya lahir dikeluarga terhormat tetapi tidak memiliki ilmu pengetahuan suci. Walaupun lahir dikeluarga rendah tetapi jika ia terpelajar dan bijaksana, patut dipuja seperti dewa.

Pada sloka diatas dikatakan walaupun dilahirkan pada keluarga terhormat atau kaya raya sekalipun tetapi bodoh atau tidak memiliki pengetahuan maka tak akan ada gunanya. Walaupun lahir dikeluarga yang rendah atau miskin sekalipun tetapi memiliki pengetahuan maka keluarga tersebut akan disegani. Betapa sangat berharganya suatu pengetahuan bagi diri seseorang dan orang disekitarnya.

Pengetahuan pada diri seseorang tidak selalu sama, semua itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari beberapa pendapat para ahli mengetakan pengetahuan seseorang dipengaruhi karena tiga faktor, yaitu faktor Genetik/kelahiran, faktor sosial/lingkungan, dan faktor ekologi/perpaduan antara genetic dan sosial. Dalam Niti Sastra dikatakan juga bahwa ilmu pengetahuan juga dipengaruhi oleh kelahiran seperti pada sloka dibawah ini:

Ayuh karma ca vittam ca Vidya mdhanam eva ca Pancaitani hi srjyante Garhhasihasyeva dehinan

Canakya Niti Sastra, IV.1

Terjemahan:

Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima hal ini  sudah ditentukan sewaktu kita masih dalam kandungan.

Pada sloka diatas dikatakan bahwa kelima hal tersebut sudah ditentukan ketika kita masih berada dalam kandungan. Karena dalam agama hindu percaya dengan adanya karmaphala yaitu hasil dari perbuatan kita. Karmaphala yang kita dapat tidak selalu instan langsung kita terima, melainkan juga bisa diterima pada kehidupan yang akan datang atau dinikmati oleh keturunan kita. Karmaphala yang dinikmati sekarang karena perbuatan pada kehidupan sebelumnya disebut dengan Sancita Kharmaphala. Baik atau buruk perbuatan kita pada kehidupan sebelumnya kita akan nikmati pada kehidupan yang sekarang. Maka tidak heran ada orang lahir hampir sempurna, dan ada orang yang dilahirkan kurang sempurna. Begitu juga dengan pengetahuan, ada yang dengan cepat bisa memperoleh pengetahuan dan ada juga yang lambat.

Walau apa yang kita dapat sudah diatur dari dalam kandungan bukan berarti kita harus pasrah pada apa yang kita dapat. Tujuan manusia dilahirkan di dunia ini adalah untuk memperbaiki kesalahan pada zaman dahulu sehingga bisa mencapai pelepasan. Walaupun seseorang dikatakan kurang memiliki pengetahuan bukan berarti ia adalah orang yang ditakdirkan untuk menjadi orang yang bodoh. Sesorang bisa mencari ilmu pengetahuan dengan cara belajar yang lebih tekun dan serius. Hambatan bagi sesorang yang ingin mendapatkan pengetahuan sesungguhnya adalah dirinya sendiri yaitu rasa malas. Rasa malas timbul karena keinginan untuk kesenangan lebih tinggi dari  pada keinginan  untuk belajar. Seperti pada sloka dibawah ini:

Sukharti cetyajet-vidyam Vidyarthi cetyajet-sukham Sukhartinah kuto vidya Kuto vidyarthinah sukham

Canakya Niti Sastra, X.3

Terjemahan:

Kalau menginginkan kesenangan buanglah jauh-jauh ilmu pengetahuan. Kalau menginginkan ilmu pengetahuan tinggalkan kesenangan. Oleh karena bagi orang yang menginginkan kesenangan indria mana mungkin ada ilmu pengetahuan, dan sebaiknya bagi yang mengharapkan ilmu pengetahuan mana mungkin ada kesenangan.

Visadapyamrtam grahyam Amedhyadapi kancanam Nicadapyuttaman vidyam Stri-ratnam duskuladapi

Canakya Niti Sastra, I.16

Artinya:

Saringlah Amerta meskipun ada dalam racun, ambilah emas meskipun ada di dalam kotoran. Pelajari ilmu pengetahuan keinsyafan diri walaupun dari seorang yang masih anak-anak atau orang kelahiran rendah. Dan juga meskipun seorang wanita lahir di keluarga yang jahat dan hina, tetapi kalau ia berkelakuan mulia bijaksana ia patut diambil sebagai istri.

Pada sloka Canakya Niti Sastra, X.3 diatas dijelaskan bahwa pengetahuan dengan kesenangan berbanding terbalik. Apabila seseorang lebih menginginkan kesenangan, maka pengetahuan akan sangat susah untuk didapat. Apabila seseorang lebih menginginkan pengatahuan maka kesenangan susah untuk didapat. Akan tetapi apabila seseorang merubah pola pikirnya dangan menjadikan pengetahuan sebagai kesenangan maka akanlah mudah untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus kesenangan.

Pada sloka Canakya Niti Sastra, 1.16 diatas dikatakan juga walaupun sesulit apapun ilmu pengetahuan hendaknya dikejar. Diibaratkan seperti mancari amertha didalam racun, asalkan dengan hati-hati dan penuh keseriusan pasti akan diperoleh amertha tersebut. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan, walaupun banyak kendala hendaknya dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh pasti bisa dicapai. Pengetahuan tidak hanya bisa diperoleh pada orang yang bijaksana saja, melainkan pada siapapun kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan. Asalkan kita bisa memilah serta mengambil hikmah dari apa yang kita dapatkan.

Selain karena faktor kemalasan dari diri sendiri dan faktor kelahiran juga dikarena faktor-faktor yang lainnya. Dalam Kakawin Niti Sastra Sargah XIV, sloka 3 dan 4 dikatakan ada enam hambatan atau musuh seseorang dalam memperoleh ilmu pengetahuan yaitu:

  1. Kelalaian
  2. Kebiasaan melakukan hal-lial yang buruk atau dusta
  3. Penyakit atau kelcmalun badan atau fisik
  4. Pada orang yang masih muda yaitu gila asmara dan berzinah
  5. Kemiskinan terus menerus
  6. Berjudi

Keenam musuh diatas sangatlah menjadi penghalang bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena keenam musuh tersebut bisa meracuni pikiran seseorang, dan ilmu pengetahuan hanya bisa didapat dengan pikiran yang suci dan jernih. Maka dari itu jauhilah keenam musuh tersebut apabila menginginkan ilmu pengetahuan.

Apabila memiliki ilmu pengetahuan hendaknya selalu diterapkan dan depergunakan untuk kebaikan. Dalam Canakya Niti Sastra dikatakan juga bahwa ilmu pengetahuan yang tidak dipraktikan akan hilang, maka dari itu terapkanlah selalu ilmu pengetahuan tersebut. Dikatakan juga baiiwa ilmu pengetahuan yang tidak diterapkan sebagaimana mestinya adalah sebagai racun bagi diri sendiri dan orang lain.


Sumber :

Drs. I Wayan Darna, M.Pd.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga