Veda (Weda) Sebagai Sumber Ajaran Agama Hindu


2. SMRTI

Smrti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi.

Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.

2.1. Wedangga

Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:

2.1.1. Siksa (Phonetika)

Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara, mengurikan tentang petunjuk-petunjukk tata cara mengucapkan mantra yang tepat sesuai dengan tinggi-rendahnya tekanan suara.
Untuk dapat mengucapkan mantra ( weda Cruti ) dengan baik, fungsi kitab seksa ini adalah sangat penting. Dalam hubungannya dengan mempelajari mantra ( weda cruti ) kitab-kitab siksa, juga disebut dengan nama Pratisakhya. Adapun kitab-kitab Pratisakhya yang masih sampai saat ini adalah :

    1. Rg veda Pratisakhya
    2. Taittiriya Pratisakhya Sutra
    3. Wajasaneyi Pratisakhya Sutra
    4. Sama Pratisakhya
    5. Atharwa weda Pratisakhya sutra.
2.1.2. Wyakarana (Tata Bahasa)

Merupakan suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Kitab Wyakarana isinya menguraikan tentang tata bahasa, untuk dapat mnghayati Veda dengan benar, kecil kemungkinannya dapat diketahui, tanpa mengerti dan mengetahui tata bahasanya. Oleh karenanya kitab Wyakarana ini memiliki fungsi yang sangat penting di dalam mempelajari veda.
Para Maharsi yang mendalami tentang tata bahasa ( Veda ) adalah: Maharesi Sakatayana, Begawan Panini, Maharesi Patanjali, dan Begawan Yaska.
Di antara orang suci tersebut di atas, yang terkenal adalah Begawan Panini. Beliau menuliskan Kitab Asta Dhyayi dan Patajali Bahasa.
Begawan Panini adalah orang suci yang pertama kali mengenalkan bahasa Sansekerta popular ( bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat ) dan bahasa Daiwak yaitu bahasa para Dewa – Dewa.

2.2.3. Chanda (Lagu)

Adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Candra adalah cabang veda yang secara khusus membicarkan tentang aspek ikatan bahasa dalam veda yang disebut lagu. Dalam mempelajari veda kita perlu mendalami kitab chandra, karena bersumberkan pada pendalaman kitab Chandra semua ayat-ayat veda dapat dipelajari secara turun temurun. Hal ini kita dapat persamakan dengan berbagai macam nyayian yang dapat dinyayikan dan mudah dapat diingat.
Dari berbagai macam kitab-kitab Chandra, yang masih terdapat utuh sampai sekarang ada dua buah buku, yaitu: Midana sutra dan Chandra sutra. Kedua kitab ini dihimpun oleh Begawan Pinggala.

2.2.4. Nirukta

Kitab-kitab Nirukta berisi tentang penafsiran otentik yang berhubungan dengan kata-kata yang terdapat dalam veda. Kitab Nirukta ditulis oleh Bhagawan Yaska pada tahun 800 SM. Kitab Nirukta hasil karya Bagawan Yaska, isinya menguraikan tentang tidak macam sesuatu hal, yaitu :

    1. Memuat kata-kata yang memiliki arti sama atau Naighantuka Kanda.
    2. Memuat kata-kata yang memiliki arti ganda atau disebut Naighama kanda.
    3. Memuat tentang nama-nama para Dewa yang ada di angkasa, bumi dan sorga atau disebut Daiwatganda.
2.2.4. Jyotisa (Astronomi)

Merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya. Kitab Jyotisa, yang utama adalah mengurakan tentang peredaran tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dipandang dan dianggap memiliki pengaruh dalam pelaksanaan yadnya.
Kitab Jyotisa adalah kitab pendukung Veda, yang menguraikan tentang pokok-pokok pengetahuan dan bidang astronomi. Melalui pengetahuan yang terdapat dalam kitab Jyotisa juga kita dapat memahami, bahwa bagaimana veda mengajarkan kepada umatnya untuk dapat berhubungan secara harmonis dengan alam dan lingkungannya berdasarkan yadnya.
Di antara kitab Jyotisa , yang terdapat masih sampai sekrang adalah kitab Jyotisa Wedangga. Kitab ini memiliki hubungan dengan kitab Veda Cruti , Rg Veda , Yajur Veda.

2.2.5. Kalpa

Merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu : bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa.

    • Srauta. Kitab srauta atau juga disebut Srauta Sutra, isinya memuat berbagai macam ajaran mengenai tata cara melakukan yadnya. Tata cara melakukan yadnya yang dimakusud antara lain tata cara upacara yadnya, penebusa dosa dan lain-lain serta tata cara upacara yadnya yang berhubungan dengan upacara keagaaman, baik dalam tingkatan upacara besar, upacara kecil dan upacara harian (tiap-tiap hati).
    • Grhyasutra. Disebut dengan nama Grhya Sutra. Iisinya menguraikan tentang berbagai ajaran mengenai aturan pelaksanaan yadnya yang mesti dilaksanakan oleh orang-orang/masyarakat (Umat Hindu) yang telah hidup berumah tangga.
      Berhubungan dengan kitab Srauta dan Grhya Sutra (kalpa) terdapat kitab Sradha Kalpa dan Pitri Medha Sutra.
      Kedua kitab tersebut diatas (Sradha Kalpa dan Pitri Medha Sutra) isinya menguraikan tentang pokok-pokok ajaran yang berhubungan dengan tata cara upacara untuk arwah orang-orang yang telah meninggal dunia.
      Disamping itu pula terdapat kitab: Prayas Cita Sutra sebagai pendukung dari kitab waitana Sutra (Atharwa weda).
    • Dharmasutra. Isinya menguraikan tentang berbagai macam aspek mengenai peratura hidup bermasyarakat dan bernegara.
      Kitab Dharma Sutra juga disebut Dharma Sartra. Kitab Dharma Sutra dipandang sebagai kitab yang sagat penting diantara kitab-kitab jenis kalpa. Karena dipandang sangat penting, maka terdapatlah kesan bahwa Veda Smrti itu adalah Dharma Sastra.
      Di antara orang suci yang disebut sebagai penulis kitab Dharma Satra adalah Bhgawan Manu, Bhgawan Apastamba, Bhgawan Bhaudyana, Bhgawan harita, Bhgawan Wisnu, Bhgawan Wasistha, Bhgawan Waikanasa, Bhgawan Sanskha, Bhgawan yajnawalkya, Bhgawan Parasara.
      Dari nama-nama para orang suci penulis Dharma Sastra tersebut diatas, yang paling terkenal adalah Bhgawan Manu. Karya sastra beliau di bidang Manawa Dharma Satra ditulis oleh Bhgawan Bhrgu. Ajaran yang termuat dalam kitab Manawa Dharma Sartra yang ditulis oleh Bhgawan Bhrgu menyebar di seluruh peloso dunia, seperti di India, di Campa, Kamboja, Thailand, dan sampai di Indonesia.
      Agama Hindu mengajarkan kepada umatnya, bahwa dalam hidup dan kehidupan kita ini, dilalui oleh empat zaman atau disebut Catur Yuga. Bhagawan Sankhalikhita, bahwa masing-masing juga dari Catur Yuga mempunyai Dharma Sastranya tersendiri, seperti :

      • Pada masa Satya / Krtha Yuga berlaku kitab Manawa Dharma Sastra karya sastra dari Bhagawan Manu.
      • Pada masa Trita Yuga berlaku kitab Dharma Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Yajnawalkhya.
      • Pada masa Dwapara Yuga berlaku kitab Dharma Sastra buah karya Bhagawan Sankha Likhita.
      • Pada masa Kaliyuga dipergunakanlah Dharma Sastra yang ditulis oleh Bhagawan Parasara.
    • Sulwasutra, adalah memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur. Kitab Suliwa Sutra adalah merupakan bagian dari kitab-kitab Kalpa.
      Kitab Suliwa Sutra memiliki beberapa antara lain: Kitab Silpa Sastra, Kitab Kautuma, Kitab Wastu Widya, Kitab Manasara, Kitab Wisnu Dharmotara Purana, dan sebagainya.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga